Share

Drama Remaja

16 Oktober 2020

Mencatat pelajaran yang tertinggal. Ana tidak tahu siapa yang berbaik hati meminjamkan bukunya padanya. Ia hanya diberikan Shoan untuk mencatat yang ketertinggalan, karena bolos pelajaran pertama. Mungkin salah satu fans Shoan? Entahlah. Yang pasti Ana akan mengembalikan bukunya dengan cepat dan berterima kasih pada Shoan.

Brak!

Ana mendongak melihat siapa yang mengganggunya. Perempuan berambut panjang dengan ombre violet sudah duduk di atas mejanya.

"Heh! Jalang!" ketus perempuan itu.

Ana yang melihat kelauan itu menegakkan dan menyenderkan punggungnya pada kursi, melipat tangannya di depan dada, menatap malas tepat pada mata perempuan itu.

"Berani banget ya pake catetan si culun! Oh ... Selain jalang, kamu juga tukang bully, ya?" tuduhnya.

Kali ini Ana menghelakan napasnya merasa bosan dengan ocehan perempuan itu.

"Samalah kayak Ibumu! Sama-sama jalang!" lanjutnya.

Brak!

Sudah cukup! Setelah menggebrakan meja Ana bangkit menatap datar, perempuan itu juga membalas tatapan Ana dengan tampang jumawanya, mengangkat dagu tinggi-tinggi.

"Jadi gitu?" Singkat Ana.

Membereskan buku di atas meja dan membawanya. Baru beberapa langkah, tangannya sudah dicekal kuat bahkan hampir terpelintir.

"Berani ya kamu mengabaikanku gitu aja!" teriak perempuan itu yang tidak terima dirinya diabaikan.

"Eshht ... Mau kamu apa?" tanya Ana tajam, ia menahan rasa sakit dari pelintiran perempuan itu yang tidak main-main.

"Kurang ajar! Berani kamu lawanku?!"

"Ana!"

Suara orang asing yang dikenal membuat perempuan itu tegang. Ia langsung melepas kasar cekalannya pada Ana. Merapihkan rambutnya mengadap lelaki di belakangnya dengan senyum sumringah. "Hi, Shoan! What are you doing?"

Shoan mengangkat sebelah alisnya memandang aneh gadis cantik di hadapannya. "Who are you?"

Perempuan itu sempat tersentak dengan reaksi Shoan yang tidak mengenalnya. Secara, siapa yang tidak kenal dirinya? Perempuan most wanted, seorang model remaja yang kecantikannya selalu dipuja-puja. Bahkan banyak yang mengatakan, ia cocok berdampingan oleh Kulin, pemeran komik dan film 'Terlalu Tampan'.

"Oh ok, emang aku belum memperkanalkan diri sih ... Kenalin namaku Arin Queenila, kamu bisa panggil aku Arin." Dengan penuh percaya diri perempuan bernama Arin itu mengulurkan tangannya.

Shoan diam sejenak sebelum membalas uluran Arin, lalu dengan cepat ia melepas jabatan tangan mereka yang sedikit sulit. Shoan merasakan Arin mempererat genggaman tangannya tadi. Walau begitu tetap tenaga Shoan lah yang lebih besar dan berhasil melepas jabatan tangan itu.

Melirik ke arah belakang Arin, Shoan sudah tidak melihat Ana. Matanya langsung mengarah pada pintu kelas, terlihat Ana berbelok keluar kelas. Dengan terburu-buru ia mengejar Ana.

Arin melongo melihat dirinya ditinggal seakan tidak diperdulikan oleh Shoan. Ia akui Shoan sangat luar biasa tampan. Tinggi dan bentuk badan yang proposional di balik seragam. Ia sampai membayangkan betapa sempurnanya mereka jika disandingkan dalam satu frame pemotretan. Sempurna.

Siapa yang tidak tergila-gila dengan Shoan? Awal kedatangannya saja membuat heboh SMA Horizon. dan puncak kepopularitasan ada di tangannya jika Arin berhasil mendapatkan Shoan. Arin sudah bertekad, akan naklukan Shoan dan menjadi miliknya.

***

“Baik, kita tutup rapat hari ini, terima kasih atas kehadirannya. Selamat siang.”

Lelaki ber-name tag Alfin Hermansyah. Membalas senyum dari mereka yang akan keluar dari ruang OSIS. Ia adalah ketua OSIS di SMA Horizon  yang baru saja selesai mengadakan rapat untuk event sekolah yang sebentar lagi dilaksanakan.

Melihat jam menujukkan pukul 12.30 PM, rasanya ia memiliki janji pada seseorang. Tapi siapa? Sifat pelupanya ini benar-benar akut. Membuka tasnya yang berada di atas meja. Ia mengambil buku kecil dan membukanya yang sudah mencapai halaman terakhir.

‘Jam 12.15 PM. Janji dengan Ana untuk tepat waktu di kantin.’

Segera ia keluar dari ruang OSIS untuk menemui Ana. Bisa gawat jika membuat gadis itu menunggu, mungkin besok ia hanya tinggal nama yang tertulis di papan yang sudah tertanjap di tanah.

Melewati kelas Ana, Alfin mengintip sejenak memastikan apakah gadis itu masih di dalam kelas atau tidak. Ternyata Ana masih di dalam kelas. Tapi, perempuan cantik yang sedang berbicara dengan Ana membuat Alfin mengepal kuat menahan emosi.

Arin, hanya gadis itu yang selalu menciptakan masalah dengan Ana.

Ingin memasuki kelas, dari belakang ada yang mendahuluinya dengan langkah cepat. Alfin merasa asing dengan siswa satu ini, pasalnya rambut pirang dan berkulit putih ... bule? Alfin langsung mengaitkannya pada siswa pindahan yang menjadi topik panas minggu ini.

“Ana.”

Alfin terkejut mendengar siswa pindahan itu memanggil Ana, ia jadi merasa banyak hal yang harus Ana ceritakan padanya.

***

Ana yang muak dengan Arin yang mulai tebar pesona pada Shoan, tidak sengaja menangkap sosok yang ia tunggu sudah berada di ambang pintu kelasnya. Karena bosan dengan drama remaja yang terjadi di hadapannya, Ana segera menghampiri Alfin.

"Nunggu lama?"

"Tidak, apa Arin membuat ulah lagi? Kamu nggak diam saja, kan?" tanya Alfin yang terlihat khawatir.

"Kamu pikir aku akan diam saja?"

"Tadi keliatannya gitu."

Ana sebal kalau dengan sikap Alfin yang tidak mau mengalah padanya. "Udah nggak udah dipikirin, aku cuma lagi males debat aja sama tuh orang. Oh ya, ada petunjuk yang aku temukan, tapi aku butuh lagi bantuan Om-"

"Sstth ... Ayo kita ke kantin, di sini mudah didengar dengan jelas."

Ana mengangguk dan mengikuti Alfin ke tempat yang aman untuk membicarakan pembicaraan mereka. Tempat yang ramai adalah tempat paling aman untuk menyimpan rahasia, karena terlalu berisik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status