Dengan terpaksa Vania melangkah mengikuti Alex masuk ke dalam rumah. Ia melangkah sambil menundukkan kepala. Jantungnya tidak berhenti memompa apa lagi saat telinganya mendengar suara Felicia menyambut kedatangan mereka.
Vania menegakkan kepala dan tersenyum kepada orang yang ada di sana, sambil menjabat tangan Felicia "apa kabar Tante ?" sapa Vania
"Baik sayang" jawab Felicia "kamu bagaimana ?" Lanjutnya
"Saya baik Tante" jawab Vania sambil melepas jabat tangannya dari Felicia. Setelah itu ia beralih untuk menjabat tangan wanita yang duduk di samping Felicia.
"Saya Vania Tante" ucapnya untuk memperkenalkan dirinya
"Ya, saya sudah tahu" jawab Donna "kita kan sudah pernah bertemu waktu itu" lanjutnya sambil tersenyum seribu arti
Vania memperhatikan wajah Donna dan berusaha mengingat, di mana dan kapan mereka bertemu. Hanya butuh 1 satu menit untuk ia mengingatnya "oh iya Tante. Vania ingat" ucapnya sambil tersenyum
"Baguslah" sah
Tepat pukul 11 lewat 30 menit, Alex sudah tiba di kediaman Winata. Pria tampan itu langsung menuju kamar putrinya yang berada tepat di samping kamarnya. Dengan lembut ia mengetuk pintu dan memanggil nama Tia.Tidak lama pintu pun terbuka. Alex disambut dengan wajah cemberut putrinya. Bahkan wanita cantik itu tidak membuka mulut untuk menyapa atau mempersilahkan ayahnya masuk ke dalam kamar."Apa daddy boleh masuk ?" Ucap Alex dengan nada yang bercanda. Ia berusaha tetap bersikap lembut terhadap putrinya, agar masalah tidak semakin panjang dan rumit."Ya" sahut singkat Tia dengan angkuhAlex melangkah masuk ke dalam kamar, ia duduk tepat di samping putrinya "sayang, sebenarnya........." Alex belum selesai berbicara tetapi Tia sudah memotongnya"Jika daddy ingin bicara tentang wanita kampung itu ! Sebaiknya daddy ke luar saja dan kembali ke kamar untuk istirahat karena besok pagi Daddy harus ke kantor" ucap Tia. Ia bangkit dari sofa, melangkah
Ting.....suara pesan masuk di ponsel Vania.Dengan lembut tangan wanita cantik itu meraih ponselnya dari atas meja. Matanya refleks membulat dan bibirnya sedikit terbuka setelah melihat jumlah notifikasi SMS banking yang masuk di ponselnya."Abang pasti salah kirim" ucap Vania sambil memainkan ibu jari di layar ponselnya untuk mencari nomor telpon Alex.Tu.....tu.....tu...suara telepon masuk"Iya sayang" suara bariton dari seberang sana."Abang pasti salah kirim uang" todong Vania tanpa basa-basi"Emang kenapa sayang ?" Tanya Alex yang berpura-pura tidak tahu"Abang transfer uangnya kebanyakan" ucap Vania"Emang berapa Abang transfer ?""Tiga ratus juta abang""Ow....Abang enggak salah transfer sayang. Abang sengaja memberikannya kepadamu, karena abang mendapat tender baru" jawab Alex."Benarkah ?" Tanya Vania dengan rasa tidak percaya."Iya sayang""Terima kasih abang, terim
Niat Alex untuk bercinta dengan Vania harus gagal karena kliennya yang datang dari luar negeri telah tiba. Alex membawa Vania untuk bertemu dengan kliennya sambil makan siang. Ini pertama kalinya Alex membawa wanita dalam pertemuan bisnisnya. Selama ini Alex terkenal sebagai pria yang anti wanita dalam urusan kerja atau bisnis, walaupun teman-temannya membawa istri atau kekasihnya ! Alex tetap saja tidak tertarik untuk mengikuti mereka, pria tampan itu lebih nyaman tanpa wanita."Abang, aku tunggu di mobil saja ya ?" Ucap Vania saat mereka tiba di parkiran sebuah kafe"Kenapa sayang ?""Aku malu abang. Ini kan urusan bisnis" jawab Vania. Ia merasa tidak pantas ada di sana, karena ini adalah urusan bisnis"Enggak usah malu sayang, kan ada abang" bujuk Alex untuk menyakinkan Vania.Dengan berat hati, Vania akhirnya mengikuti Alex menemui kliennya yang sudah menunggu di dalam kafe. Tubuhnya gemetar saat Alex menggandeng tangannya, ia benar-benar gugup
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Vania sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kampus, walaupun Alex masih melarangnya agar tidak masuk kampus dalam satu minggu ini, tetapi ia tetap pergi. Bagi Vania dengan menghindar dari Tia tidak akan menyelesaikan masah.Saat tiba di kampus, ia langsung disambut oleh Regina. Wanita cantik itu langsung mengajukan beberapa pertanyaan kepada Vania.“Van, apa benar kalau Tia itu adalah anaknya om Alex ? terus kapan kamu bertemu dengannya ?” ucap ReginaVania menutup mulut Tia dengan tangannya “st......jangan keras-keras, nanti ada yang mendengar” ucapnya“maaf,maaf. Aku terlalu bersemangat, aku tidak menyangka kalau wanita gila itu adalah putri om Alex” ucap Regina “kok bisa ya ! dia jadi putri om Alex ?” lanjutnya dengan rasa tidak percaya“pertanyaan kamu ada-ada saja” sahut Van
Ting-nong ting-nong suara dering ponsel membangunkan Vania dari tidur panjangnya di pagi hari. Ia membuka mata dengan malas lalu meraih benda pintar itu dari atas meja kecil yang terletak di samping tempat tidur. Vania refleks bangkit dari posisi tidur menjadi duduk ketika melihat nama yang muncul di layar ponselnya."Iya ibu" ucapnya setelah mengusap layar ponselnya"Bagaimana keadaan kamu sayang ? Apa kamu baik-baik saja ?" Suara serak dari seberang sana "Saya baik buk, ibu dan Dita bagaimana ?" "Ibu baik dan adik kamu juga kondisinya sudah mulai membaik. Oh iya ! Ibu ingin mengatakan sesuatu""Syukurlah jika ibu dan Dita baik-baik saja. Tapi kenapa suara ibu berbeda ?" Tanya Vania, ia merasa suara ibunya berbeda dengan biasanya.Tentu saja suara ibunya berbeda, karena satu malam ini Susan tidak bisa tidur dan menagis memikirkan apa yang dikatakan pria itu kepadanya. Walaupun ia tidak percaya sepenuhnya dengan kata-kata pria itu ! Tetapi ia sudah mulai curiga dari mana Vania bisa
Vania sudah berusaha membantah tuduhan adiknya, namun Dita tetap saja tidak percaya. Wanita yang baru berusia 14 tahun itu, masih saja memaksa Vania untuk berkata jujur, bahkan ia meminta dokter untuk melepaskan jarum infus dari tangannya. Dita lebih memilih mati daripada harus mengorbankan kakak kesayangannya, dia tidak mau jika Vania menjadi wanita murahan hanya untuk mendapatkan uang untuk biaya pengobatannya."Dita, kakak mohon jangan lakukan ini" ucap Vania dengan nada yang memohon."Lepaskan saja mbak, aku sudah merasa lebih baik" desak Dita kepada perawat."Tapi dokter mengatakan, kalau infusnya belum bisa di lepaskan. Nanti saya jadi bermasalah nona" sahut perawat"Jika begitu, biar aku sendiri yang melepaskannya" Dita berusaha melepaskan jarum dari tangannya, tetapi Susan melarangnya."Jangan sayang, ibu tidak mau terjadi sesuatu kepadamu. Untuk saat ini kondisi kamu masih lemah" ucap susah untuk membujuk Dita."Baiklah, semua ini demi ibu" Dita memeluk Susan dengan erat samb
Karena desakan dari Dita dan Susan, akhirnya Vania menceritakan tentang hubungannya dengan Alex. Ia mengatakan kalau Alex adalah seorang duda dan memiliki satu anak, tetapi Vania tidak menceritakan bagaimana awalnya ia bisa memiliki hubungan dengan Alex. Tentu saja Vania tidak berani mengatakan kalau dia adalah sugar baby. Di saat mereka sedang asik bercerita, tiba-tiba ponsel Vania berdering. Siapa lagi kalau bukan Alex, karena hanya pria tampan itulah yang selalu menghubunginya setiap saat."Aku ke luar sebentar" ucap Vania sambil tersenyum. Ia merasa canggung bicara dengan Alex di depan adik dan ibunya"Kakak bicara di sini saja, aku juga ingin bicara dengan calon kakak iparku" goda Dita yang membuat Vania menjadi malu.Vania baru saja mengusap layar ponselnya, tetapi Dita sudah meraihnya dari tangannya."Ha....." Dita menghentikan ucapannya karena suara bariton terdengar dari seberang sana "Sayang, kenapa ponsel kamu sudah satu hari satu malam tidak bisa dihubungi ? Jika dalam s
Satu bulan telah berlalu, hubungan Vania dan Alex sudah semakin dekat, bahkan keluarga Winata sudah membuat janji dengan keluarga Vania, kalau mereka akan segera melamar Vania untuk menjadi istri Alex. Tetapi dalam satu bulan ini, Vania sering mendapat teror dari orang yang tidak dikenalnya, begitu juga dengan ibu dan adiknya di desa.Hari ini Vania tidak pergi ke kampus, dia merasa malu untuk menunjukkan wajah di hadapan teman-temannya. Bagaimana ia tidak malu ? Tia sudah mengatakan di muka umum kalau dia adalah wanita simpanan ayahnya. Tia mengatakan kalau Vania menjual diri kepada ayahnya demi untuk mendapatkan uang dan kemewahan. Hal itu membuat banyak orang-orang menganggapnya hina, bahkan tidak banyak diantara mereka yang meludah saat Vania berjalan melewati mereka. Hanya Regina dan Rico lah yang selalu mendukung dan membelanya.Ting-nong ting-nong suara dering ponsel. Vania bangkit dari tempat tidur, ia melangkah menuju meja rias untuk meraih ponselnya."Iya abang" ucap Vania s