Share

06.This is your mother, dear..

Langit, cowok itu terus meracau tidak jelas, mengumamkan kata yang Karlina tidak mengerti.

Karlina berdiri mendekati sang putra yang sempoyongan. "Ha, sialan perempuan itu!" gumam Langit.

Karlina menyentuh pundak sang putra, Langit sepontan menatap Karlina tidak suka. "Jangan sentuh! Najis, lo bukan Milea!" seru Langit.

Karlina diam, memandang sang putra yang menatapnya tajam. "A-aku ibumu Lang--"

"Mama gue udah mati karna kecelakaan besar itu! Jangan ngaku-ngaku, mau gue bunuh lo?!" sentak Langit.

Karlina memandang putranya tak percaya, apa ini benar Langit Aishakar Husein? Putranya itu? Kenapa  Langit bersikap seperti ini? Apa dulu sifat antagonisnya membuat puteranya tertekan?

"Minggir!" teriak Langit mendorong tubuh Karlina, membuatnya mundur lima langkah, hampir jatuh tapi untung saja Johan ada di belakangnya.

Keo kebingungan harus apa, begitu juga Andra. "Em, Tuan, Nyonya. Kita pamit yah..." kata keduannya kompak.

Karlina mengangguk, menghapus airmatanya. "Terimakasih yah, sudah membantu Langit," katanya membuat kedua lelaki itu tertegun dan memaksakan senyum.

Keduanya keluar, diluar keduanya menampilkan raut aslinya.

"Eh nggak salah, Tante Lina bilang makasih sama kita?" tanya Keo, kedengarannya sulit dipercaya, seorang arogansi seperti Karlina  mengucapkan terimakasih?!

Ini termasuk hal paling langka di Dunia.

Andra mengangguk. "Kayaknya bener Tante Lina emang amnesia,  karna kecelakaan itu."

"Dia sekarang jadi tokoh Protagonis gitu?"

"Entahlah..."

***

Langit pingsan saat menuju kamarnya,  cowok itu benar-benar mabuk berat. Akhirnya Karlina dan Johan membopong tubuh besar Langit.

"Milea..." racau Langit.

"Milea.."

"Milea.."

Karlina menyentuh dahi putranya,  sangat panas. 

"Mas telpon dokter! Langit sakit!" kata Karlina cemas.

Johan mengangguk, namun sedikit heran biasanya saat anak-anaknya sakit Karlina tidak akan peduli seperti ini. Ia akan bersikap seolah  semua baik-baik saja. 

Namun, lihatlah sekarang. Bahkan Karlina mengompres dahi putranya dengan air dingin dan rautnya sangat khawatir, Johan tertegun. Apakah benar ini isterinya?

"Mas udah telpon dokter belum? Aku takut Langit kenapa-napa!"

"I-iya udah, sebentar lagi datang ko.."

Karlina menciumi punggung tangan anaknya, ia khawatir jika sesuatu terjadi pada Langit. Suhunya kian panas, seiring racauannya semakin terdengar jelas.

"Jangan tinggalin aku Lea.."

"Le, maafin aku.."

"Aku bakal bunuh wanita itu."

"Milea..."

Karlina semakin dibuat penasaran dengan sosok gadis bernama Milea itu, sampai-sampai anaknya berakhir mengenaskan seperti ini.

Karlina hendak bertanya kepada Johan, namun niatnya terurungkan karna kedatangan dokter.

***

Pagi-pagi sekali Karlina pergi ke Supermarket bersama Killa untuk membeli bahan makanan yang sudah menipis. Killa sudah berkali-kali menyuruh majikannya untuk diam di rumah saja namun sikap keras kepala Karlina ternyata masih melekat.

"Aku mau membuat bubur untuk Langit, kasihan dia semalam demam tinggi," kata Karlina.

"Kenapa tidak aku saja Nyonya?" tanya Karlina. 

Karlina mengeleng. "Aku ingin berubah menjadi Mama yang baik," kata Karlina.

Killa tentu saja tersentuh, ternyata majikannya ini memang berubah. Tuhan mengizinkan sang Antagonis itu berubah menjadi Protagonis. 

"Lina?" panggil seseorang.

Karlina yang merasa namanya dipanggil berbalik badan, itu ... entahlah Karlina tidak menginggatnya, namun terasa tidak asing dipikirannya.

"Apa kabar?" tanyanya membuat Karlina kebingunggan.

"B-baik."

Killa yang menyadari kebingunggan majikannya pun berkata. "Maaf Tuan, Nyonya Lina kehilangan ingatannya saat kecelakaan besar kala itu," kata Killa membuat pria itu mengangguk paham.

Siapa yang tidak tahu tentang kecelakaan besar yang menimpa Karlina hingga menguncangkan seluruh dunia entertainment, Karlina dikenal jago dalam hal bisnis. Hingga membuat beberapa perusahaan besar mau berkerja sama dengannya. 

"Berarti mulai dari awal yah?" tanyanya, Karlina mengangguk saja.

Pria itu tersenyum tipis, sangat manis, dan berwibawa. "Aku Devan. Mantan pacar kamu waktu SMA," kata Devan sembari menyodorkan tangannya.

Karlina mematung, apa yang dia bilang tadi? Mantan pacar? Apa Karlina tidak salah dengar?. 

Devan menarik tangannya kembalu karna Karlina tidak kunjung membalas jaba tangannya, Devan menyadari raut kebingunggan Karlina  tersenyum miring.

Killa sudah pamit, untuk membeli bahan pangan, dan membiarkan Nyonyanya mengobrol leluasa dengan teman masa SMA nya.

"Kita dipisahkan saat SMA, Lina. Johan jahat telah merebut kamu dari aku. Andai saja Johan tidak muncul saat itu, mungkin kita sudah hidup bahagia dan memiliki anak sekarang,"  kata Devan setengah memprovokasi. 

Karlina mematung. Apa benar itu? Namun detik berikutnya wanita itu mengeleng kukuh. "Nggak mungkin kata Mas Jojo aku dan dia dijodohkan!" kata Karlina.

Devan mengeleng pelan. "Bukan Lina, dia merebut kamu dari aku," Devan memegang bahu Karlina. "Dia juga udah nikah lagi saat kamu koma di Rumah sakit, sama sahabat kamu." 

Karlina menitihkan airmatanya, tolong siapapun katakan pada Karlina bahwa semua yang dikatakan Devan adalah kebohongan!

Karlina menghempas tangan Devan yang memeganggi bahunya. 

Plakk!

Wanita itu menampar Devan keras. "Kamu jangan fitnah suami aku! Aku nggak suka sama kamu!" kata Karlina lalu pergi menyusul Killa.

"Aku selalu ada disamping kamu Lina!" teriak Devan namun Karlina tidak mengubrisnya.

Karlina menangis namun ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, membuatnya terkadang menabrak orang yang lalu lalang.

"Killa ayo pulang..." kata Karlina sebisa mungkin menahan tangisnya.

Killa cemas ingin menanyakan kenapa Karlina bisa begini namun terurungkan. Lebih baik Killa segera membawa Nyonya-nya pergi dari sini.

***

"Nyonya kenapa?" tanya Killa, saat ini Karlina sudah berada di dapur rumahnya. Di kelilingi banyak asisten yang mencemaskannya.

Karlina mengeleng. "A-aku gapapa kok," katanya dengan seulas senyum yang dipaksakan.

Karlina menghapus airmatanya yang hendak turun. "Eh aku mau buat bubur ayam untuk Langit, tolong ajari aku," kata Karlina. 

Killa selaku juru masak mengangguk, dengan senang hati ia akan mengajari masak majikannya, suatu kehormatan baginya.

"Kita mau mulai kapan?" tanya Killa.

"Sekarang.."

***

Bubur ayam buatan Karlina sudah siap, aromanya sangat enak membuat para asisten yang mencium baunya ingin merasakannya.

Karlina tersenyum puas, akhirnya bubur ayam buatanya jadi. Dan rasanya pun lumayan enak. Langit pasti mrnyukainya.

Karlina dibantu Killa menuju kamar Langit. Disana ada Keo dan Andra yang menemani putranya bermain game, ya kondisi Langit sudah mulai membaik. 

Langit yang awalnya tertawa kini menampilkan raut sinisnya saat melihat kehadiran Karlina.

Karlina tersenyum senang melihat kondisi anaknya yang kian membaik. "Andra sama Keo kalau mau makan dibawah yah, tante udah siapin," kata Karlina. 

Kedua manusia itu mengangguk senang. 

"Mau apa lo kesini?" tanya Langit dingin.

"Mama hanya ingin memberikan bubur untuk Langit," kata Karlina. 

Langit berdecih. "Ga usah sok peduli," balasnya sinis.

Hati karlina sakit rasanya mendengar penuturan sang putra. Ia hanya bisa memaksakan senyum, ini salahnya dulu karna menjadi seorang antagonis.

"Makan yah Langit, Mama suapin," Karlina mendekat kearah Langit. Langit mengeser tempat duduknya menjauh dari Karlina. 

Karlina mengambil satu sendok bubur hendak menyuapi Langit namun...

Pyarr!!

Langit menghempas tangan Karlina,  membuat mangkuk yang berisi bubur itu pecah berserakan dilantai. Karlina kaget menatap anaknya tak percaya.

"Mama udah masak itu untuk kamu Langit!" seru Karlina namun intonasinya masih sedikit kalem.

"Lo kenapa? Jangan sok peduli lo sama gue!" cecar Langit.

Killa sudah tidak bisa diam lagi, akhirnya juru masak itu angkat bicara. "Tuan muda Langit, Nyonya Lina sudah memasak itu dengan susah payah, setidaknya anda bisa menghargai,"kata Killa tanpa menghilangkan rasa hormatnya.

Langit berdecih lagi. "Menghargai? Dia aja nggak pernah menghargai kenapa gue harus menghargai?" tanya  Langit membuat Karlina membeku.

"Mama hanya ingin berubah Langit, Mama ingin menjadi Mama yang baik untuk kamu," ujar Karlina.

Langit tertawa sinis, "Telat lo. Kemarin-kemarin kemana aja?"

Karlina diam membisu,  Iyem, Andra dan Keo datang saat mendengar suara pecahan mangkuk. Ketiganya kaget melihat Karlina sudah menitihkan  airmatanya. Semua hanya bisa diam, Iyem langsung membereskan pecahan itu.

"Mabar lagi ga?" ajak Langit.

Keo dan Andra tersenyum kaku. Mereka tidak enak hati karna datang pada waktu yang tidak tepat. 

"Nggak deh, kita balik dulu yah Ngit," pamit mereka.

"Lah?"

Karlina tersenyum tipis, "Mama pergi dulu. Jangan lupa makan yah. Mama udah masak bubur banyak buat kamu," kata Karlina menghapus airmatanya. 

"Gue nggak mau makan masakan lo!" tajam langit. "Bi Killa, masakin Langit sop dong.." 

Killa mengangguk terpaksa, tidak enak hati kepada majikannya, ia menatap kearah Karlina. Karlina mengangguk, memaksakan senyum kearahnya.

"B-baik tuan.." Killa pamit menuju dapur untu memasakan Tuannya sebuah sop yang diminta.

Iyem masih disana, membereskan pecahan beling serta bubur yang berserakan dilantai. Dilubuk hati terdalamnya Iyem merasa kasihan kepada Nyonya-nya.

Mungkin ini karma bagi sang Antagonis.

Karna kesalahannya di masalalu ia harus di hukum dimasa depan. Mungkin akan sulit bagi Karlina yang belum menginggat apapun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status