Bab 64: Honeymoon di Bali.
Seperti yang dijanjikan pada Safiyya, Rizky telah membawa istrinya bulan madu di Bali. Kemarin, mereka tiba di Bali dan cuaca di tempat wisata itu sangat buruk. Sehingga pagi, hujan lebat masih lagi turun dan angin bertiup kencang menghasilkan udara dingin yang mencengkam sampai ke tulang sumsum.
Safiyya baru membuka matanya dan menggeliat malas. Serta-merta netranya melihat langit-langit kamar hotel. Dia menoleh ke samping. Terlihat sekujur tubuh kekar dan berotot tanpa pakaian masih tertidur pulas seperti bayi. Mata Safiyya turun ke bawah dan wanita itu melihat ada beberapa bekas cakaran dan gigitan di dada bidang Rizky.
Pipinya langsung merona merah saat dia mengingat kembali aktivitas hangat penuh cinta yang mereka berdu
Bab 65: Merindukan Purnamaku.Tengku Zafril merenung langit malam dengan tatapan sendu. Ketika itu, dia sedang berdiri di beranda penthouse mewahnya yang terletak di kota Bristol. Lelaki bertubuh kekar itu menghela napas panjang sebelum membuangnya dengan kasar seolah berharap agar segala kepedihan yang tumbuh dalam hatinya akan segera sirna.'Tuhan, aku mohon pada-Mu. Tolong ambil kembali perasaan cintaku buat Safiyya. Aku tahu perasaan ini salah karena dia sudah bernikah dan dia tidak akan pernah menjadi milikku. Hapuskanlah segala ingatanku tentangnya, wahai Tuhan yang Maha Penyayang," batin Zafril dalam sepi.Tengku Zafril mengusap wajahnya berulang kali. Dia mendesah kasar. Biarpun sangat berat untuk dia melupakan gadis yang pernah be
Bab 66: Sopir pribadiSeorang pria muda berwajah tampan yang berpakaian formal lengkap berdasi sedang mondar-mandir di hadapan pagar rumah mewah Rizky sembari memegang erat sebuah file di tangannya. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir dan sedih. Sepertinya, hatinya sedang rusuh resah. Pria muda itu juga kebingungan sama ada dia perlu menekan butang bell atau tidak.Bibi Suminah yang baru saja berjalan ke taman bunga langsung saja melihat ke arah pagar rumah. Ketika itu juga, wanita itu melihat ada satu sosok tubuh seorang laki-laki di sana. Tanpa membuang waktu, Bibi Suminah menghampiri pagar dan menyapa pria muda itu."Assalamualaikum. Maaf, kamu siapa ya? Apa kamu mau bertemu sama Tuan Rizky dan Nyonya Safiyya?" Sapa Bibi Suminah dengan sopan.&nb
Bab 67: Memulakan perjuangan di Surabaya.Hari itu adalah hari keberangkatan Rizky ke Surabaya. Biarpun Rizky sangat senang hati tetapi dia masih mengekalkan wajah tenang manakala wajah Safiyya sudah basah dengan air mata. Wanita muda itu masih memeluk erat tubuh suaminya seakan-akan berat hati untuk melepaskan Rizky pergi. Bibi Suminah dan Adit hanya mampu memandang ke arah pasangan suami istri itu dengan tatapan kasihan."Sayang, berhentilah menangis. Abang janji pada Fiya bahwa abang akan sering pulang ke Jakarta. Jadi, Fiya harus jaga diri Fiya dengan baik di sini. Dan jangan lupa doakan kesejahteraan abang di sana," bujuk Rizky dengan nada lembut."Abang harus menepati janji abang pada Fiya. Abang harus pulang ke Jakarta paling kurang satu
Bab 68: Pernikahan Yang Mulai RetakArvin baru saja tiba di rumahnya. Sekujur tubuhnya terasa lelah dan pegal-pegal setelah bekerja keras di kantor. Baru saja dia melangkah masuk ke ruang tengah, matanya terus terpandang sosok tubuh istri kesayangannya, Hani Alisya yang sedang asyik menonton drama Korea di televisi.Tak bisa Arvin menafikan, dia merasa sedikit kecewa dengan sikap Hani yang mulai berubah sejak akhir-akhir ini. Lebih tepatnya lagi, istrinya itu mulai cuek padanya setelah perusahaan milik keluarganya yaitu Golden Holdings mengalami kerugian dan hampir bangkrut. Sudah tidak ada kehangatan cinta dalam hubungan mereka sedangkan mereka masih dikira pengantin baru. Apalagi usia pernikahan mereka baru beberapa bulan. Begitu juga dengan keluarga Hani yang semakin memandangnya sinis dan sering menghinanya.Mengenai perusahaan, keluarga Arvin berhasil menyelamatkan satu-satuny
Bab 69: Permainan Licik Jessica.Hani Alisya turun dari perut taksi dan berjalan tergesa-gesa memasuki gedung perusahaan Bima Group. Tangannya erat memegang file berisi dokumen untuk wawancara kerja. Hati Hani berdegup kencang karena dia begitu khawatir kalau terlambat tiba di tingkat lima yaitu tempat di mana wawancara kerja akan berlangsung. Ketika Hani ingin memasuki lift, dia terlanggar tubuh seorang pria bertubuh atletis yang baru saja keluar dari lift tersebut. Tanpa memandang wajah pria itu, Hani langsung saja bersuara."Maafkan saya, Pak. Saya lagi buru-buru," ucap Hani sebelum bergegas memasuki lift bersama karyawan perusahaan Bima Group yang lain. Pintu lift tertutup rapat dan tubuh Hani terus lenyap dari pandangan mata pria tampan itu. Dahi pria itu berkerut dan keningnya bertaut rapat.&nbs
Bab 70: Agen Rahasia.Maria sedang melamun di meja kerjanya. Wajahnya terlihat cemberut tanpa sinar ketenangan maupun kegembiraan. Dahinya berkerut sehingga keningnya bertaut rapat. Semua teman sekerjanya sudah keluar untuk makan siang. Tuan Rizky Iqbal pula masih belum pulang dari meeting bersama kliennya di luar kantor."Maria, kenapa mukamu cemberut begini sih? Apa kamu tidak suka kalau Tuan Rizky punya sekretaris baru? Jangan khawatir, Mar. Sebagai tunanganmu, aku masih bisa menampung hidupmu," sapa Hendra dengan senyuman manis tersungging di bibirnya biarpun nada bicaranya terdengar sinis.Hendra tidak bisa berpura-pura bahwa dia sangat cemburu dengan ketampanan wajah CEO
Bab 71: Kedatangan Penguasa Bima Group.Di dapur, Arvin baru saja selesai memasak nasi goreng untuk sarapan pagi. Sekarang, dia sedang mengoles roti dengan selai stroberi kesukaan Hani karena dia tahu istrinya lebih suka makan roti dibanding nasi ketika bersarapan.Baru saja Arvin duduk di atas kursi, sosok tubuh Hani muncul di depannya. Tubuh Hani dibaluti pakaian kantor yang formal dan terlihat pas benar di tubuh istrinya itu. Rambut Hani yang hitam dan panjang bergelombang semakin menyerlahkan kecantikan alami wanita itu. Arvin hanya tersenyum manis saat memandang wajah istrinya yang terlihat datar."Semangat ya untuk hari ini. Semoga hari pertama kamu mengesankan. Setelah sarapan, aku akan mengantar kamu ke kantor," ucap Arvin ketika Hani duduk di depan
Bab 72: Bodoh Tak Terajari, Pintar Tak Terikuti Tuan Syahputra Wijaya merenung tajam ke arah putranya yang hanya menunduk seakan takut untuk bertemu muka dengannya. “Kali ini, alasan bodoh apa yang kamu ingin berikan pada Papa?" Soal Tuan Syahputra dengan nada santai. Rizky menggenggam erat kedua tangannya sebelum memandang wajah pria yang berstatus ayahnya itu. "Aku tidak akan memberi alasan apa pun tapi aku ingin berbicara jujur pada Papa. Aku hanya ingin membantu Hani, Pa. Aku ikhlas. Aku juga tidak mau hubungan persahabatanku sama Hani terputus gara-gara kami tidak jadi menikah. Setidaknya, aku masih bisa berteman baik dengannya," jelas Rizky.