Semua Bab Sweet Forgiveness Book 1 (Bahasa Indonesia): Bab 1 - Bab 10
93 Bab
1
Bab 1: Terbang ke JakartaPutrajaya, Malaysia"Bang Mika, Fiya tetap mahu pergi ke persidangan perusahaan antarabangsa di Jakarta nanti. Tolonglah beri Fiya peluang untuk ke sana. Fiya merayu sangat-sangat pada Bang Mika," rayu seorang gadis muda dengan bersungguh-sungguh. Seorang gadis muda sedang duduk di hadapan seorang lelaki bertubuh kekar dan berwajah tegas. Lelaki itu masih ralit menaip sesuatu di papan kekunci laptopnya. Setelah itu, dia memandang ke arah perempuan yang berada di hadapannya lalu bersuara. "Tidak boleh, Fiya. Bang Mika dah minta Encik Fauzi untuk menjadi wakil syarikat kita di persidangan itu nanti. Cuba Fiya beritahu Bang Mika. Kenapa Fiya beria-ria sangat mahu ke sana? Fiya ada buah hati pengarang jantung yang tinggal di Jakarta?" soal Mikail dengan nada curiga saat menatap adik perempuannya itu. Pertanyaan Abang Mika membuatkan kedua-dua bola mata Safiyya
Baca selengkapnya
2
Bab 2: Gadis AnehJakarta, IndonesiaRizky mencari kelibat tunangannya, Hani Alisya di sekitar bandara namun dia masih tidak bertemu dengan gadis itu. Dia mengeluarkan ponselnya dari poket seluar sebelum mendail nomor Sang Kekasih Hati. Tapi panggilannya tidak berjawab. "Aihh, Hani ini ke mana aja sih? Katanya udah ada di bandara. Apa jangan-jangan dia sudah pulang sendiri? Nggak mungkin lah. Dia sudah berjanji untuk menunggu ku di…"Tiba-tiba belakang tubuh kekar milik Rizky dipeluk erat oleh seseorang. Terus saja bibir Rizky mengukir senyum. Ya, dia kenal siapa orang yang sedang memeluk tubuhnya saat itu. Dari bau parfum saja sudah cukup bagi Rizky untuk meneka dengan tepat. Orang itu tidak lain adalah Hani Alisya, tunangannya. "Hani, kamu masih ingin terus memelukku di sini?" tanya Rizky yang masih berdiri tanpa melakukan apa-apa. Bibirnya masih tercetak senyuman manis ikhlas dari hat
Baca selengkapnya
3
Bab 3: Bunga-bunga pertengkaranSafiyya berdiri di hadapan elevator (lif) berdekatan lobi hotel untuk ke kamar hotelnya. Dia menguis hujung sepatu miliknya di atas lantai marmar hotel itu. Tiba-tiba ada satu suara berbisik di telinganya. Suara khas milik pria. "Hai." Bisikan itu jelas kedengaran di telinga Safiyya. 'Milik siapakah suara ini? Aku sepertinya pernah mendengar suara ini. Adakah…'Belum sempat Safiyya menghabiskan monolog dalamannya, dia segera memandang wajah insan yang sedang berdiri rapat dengan tubuhnya saat itu. Tepat sekali firasat hatinya! Lelaki itu adalah lelaki misterius yang Safiyya secara tidak sengaja bertemu di bandara dan di Asia Restaurant sore tadi! Wajah lelaki itu kelihatan tenang dan iris coklat gelap miliknya terpancar aura dingin. "Kamu Nona sombong yang aku ketemu di bandara pagi tadi, bukan?" tanya lelaki itu dengan suara yang serius. Safiyya hanya menggelengkan kepalanya sebelum membalas
Baca selengkapnya
4
Bab 4: Hampir berciuman! "Apa? Penjahat kelamin? Maksudmu apa, Encik Ganteng? Aku tidak pernah mendengar perkataan itu." tanya Safiyya ingin tahu. Dia sudah berhenti ketawa. "Loh, kamu tidak tau penjahat kelamin itu seperti apa? Kalau kamu mau tau, akan aku tunjukkan padamu," kata Rizky dengan senyuman penuh makna. Tanpa sempat Rizky menahan hasratnya untuk menguji perasaan gadis yang dia sendiri tidak tahu identitasnya, jemari Rizky segera  menyentuh lalu menggenggam telapak tangan kanan gadis itu secara tiba-tiba. Safiyya kaget dengan kontak fisik secara mendadak itu lalu mencoba untuk menarik semula tangannya namun gagal karena tenaga lelaki itu lebih kuat berbanding dirinya. Dengan pantas, tangan kiri Safiyya segera memukul tubuh Rizky dengan tas miliknya. 'Lepaskan tanganku. Aku bilang, LEPASKAN TANGANKU!" teriak Safiyya dengan keras. " Tidak akan pernah, Nona
Baca selengkapnya
5
Bab 5: KetahuanNamun tanpa sempat Rizky mengecup bibir gadis itu, tiba-tiba lif terbuka. Safiyya lega. Dia segera menolak tubuh Rizky menjauh dari tubuhnya. Tubuh Rizky yang tidak bersedia dengan tindakan pantas Safiyya itu berundur beberapa langkah ke belakang. Tapi apa yang mengejutkan Safiyya, orang yang sedang berdiri di hadapan pintu lif saat itu adalah… VIVIAN! Sahabatnya! 'Ya Allah. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku bakalan mati jika Vivian mengabarkan hal ini kepada Abang Mikail!' batin Safiyya. Safiyya masih terkaku berdiri di situ. Dia dan Vivian masih berpandangan antara satu sama lain. Masing-masing memasang wajah yang penuh rasa kaget.  Rizky memandang kedua gadis itu dengan pandangan bingung tetapi dia tidak berkata apa-apa. "Oh maaf. Kalian pasti sedang sibuk. Aku tunggu lift yang lain saja." Vivian berbicara sambil tersenyum mengusik. Matanya tepat memandang ke arah Saf
Baca selengkapnya
6
Bab 6: Persidangan Safiyya menyelak langsir untuk melihat keindahan pemandangan Kota Jakarta pada waktu malam melalui jendela kaca kamar hotelnya. Hatinya seolah-olah terbuai saat matanya menyaksikan keindahan Kota Jakarta saat itu. Gedung-gedung hotel dan gedung lain yang berdiri megah dihiasi lampu berwarna-warni menghidupkan lagi suasana malam. Bibir Safiyya mengukir senyuman sedih. Rasa gembira saat dia tiba di Jakarta bertukar sedih dan galau. Apatah lagi dia mengenangkan peristiwa yang terjadi antara dirinya dengan lelaki tanpa nama itu. Entah mengapa dia khawatir jika lelaki itu akan bertindak di luar kawalan dan batas pergaulan jika mereka bertemu lagi. 'Kenapa semua ini terjadi padaku? Apakah karena aku tidak menuruti kemahuan Umi untuk tidak datang ke Jakarta lalu aku harus menerima hukuman seperti ini? Aku benar-benar berharap bahwa aku tidak akan bertemu lagi dengan lelaki itu. Jika aku terpaksa berurusan dengan dia, aku moho
Baca selengkapnya
7
Bab 7: Zafril"Sudahlah, Fiya. Sekarang, kita harus fokus dengan persidangan ini. Dan kau jangan berkeliaran tak tentu arah di sini tanpaku. Di sini, kau akan bertemu dengan lelaki bajingan yang suka mengincar gadis perawan sepertimu dan kau juga akan bertemu dengan ramai pewaris perusahaan yang tampan dan berkeperibadian baik. Jadi, pastikan kau sentiasa berada di sisiku agar lelaki hidung belang tidak akan berani untuk menghampirimu," bisik Vivian dengan suara yang tegas. "Iya, aku tau. Mereka tidak akan pernah berani untuk mengusik apa pun yang menjadi kepunyaaan Dato' Vivian Adrienne Loh, pemilik perusahaan manufaktur tekstil ternama di Malaysia dan China sepertimu, sahabat," ujar Safiyya sambil tersenyum manis memandang wajah Vivian. "Bagus. Aku akan melindungi dirimu atas permintaan Abang Mikail. Tidak, jujur saja aku memang ingin melindungimu kerana kau terlalu mudah mempercayai orang. Jadi, mari kita memasang waj
Baca selengkapnya
8
Bab 8: Selingkuh Rizky dan beberapa karyawan berdiri di tepi pintu masuk aula hotel. Mata Rizky memerhatikan gelagat manusia yang memegang pelbagai gelaran hebat dan status tinggi dalam dunia perusahaan internasional sedang berjalan masuk ke dalam aula hotel. Papa dan Bundanya sedari awal sudah memasuki aula untuk menyertai persidangan itu. Hanya dirinya saja yang tidak layak untuk menyertai persidangan karena statusnya hanyalah sebagai karyawan biasa di kantor milik Papanya, Tuan Syahputra Wijaya. Malang sekali nasib hidupnya. Jika rakyat marhaen berpikir putra tunggal dari keluarga millionaire bisa mendapatkan kuasa, pangkat dan harta menimbun yang tidak pernah habis hingga tujuh keturunan dengan mudah, nasib Rizky sangat bertentangan dengan pemikiran rakyat marhaen itu. Sedari kecil dia sudah diajar dan dididik untuk mandiri dalam menghadapi gelombang hidup yang penuh dugaan. Dia dipaksa untuk membuktikan kemamp
Baca selengkapnya
9
Bab 9: JodohAkhirnya persidangan perusahaan internasional telah selesai sore itu. Sewaktu persidangan berakhir, Safiyya sempat bertukar kartu bisnis dengan beberapa ahli perniagaan dari pelbagai negara untuk  menambah lagi koneksi bisnis perusahaan milik abangnya, Mikail. Zafril, Safiyya dan Vivian berjalan keluar dari aula hotel. Wajah mereka tampak lelah tetapi bersalut rasa gembira karena persidangan itu telah selesai mengikut jadwal yang telah ditetapkan. Perut mereka juga sudah kenyang karena usai persidangan, mereka dijamu dengan aneka juadah minum petang yang telah disediakan oleh pihak hotel. "Fiya, apa malam ini kamu ada acara?" tanya Zafril dengan nada berbisik tetapi sempat didengari Vivian. "Amboi, Zaf. Apa kau mahu mengajak Fiya keluar malam ini? Hanya kalian berdua?" soal Vivian. "Iya, hanya berdua. Kau harus menemani suamimu, kan? Jadi, jangan menganggu rencanaku untuk keluar b
Baca selengkapnya
10
Bab 10: Panggilan teleponJam 10 malam. Safiyya sedang berbaring di atas ranjang sambil menonton telivisi. Perut Safiyya tiba-tiba berkeroncong minta diisi. Dia segera turun dari ranjang dan membuka bagasinya untuk mencari mie instan. Akhirnya dia memilih satu cawan (cup) Mie Instan Maggi asam laksa yang merupakan kegemarannya. Safiyya berjalan ke ruangan kerja berhampiran jendela kaca dan dia duduk di atas kursi. Dia menuangkan air panas ke dalam cup mie instan itu dengan berhati-hati. Setelah menunggu selama tiga menit, Safiyya mulai makan mie instannya itu. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan malas, dia mencapai ponselnya dan melihat nomor pemanggil tapi yang anehnya, nomor itu nomor 'private'. "Aduh, aku lagi malas untuk berbicara saat ini. Lagipula aku tidak tahu siapa yang meneleponku. Biarkan sajalah. Jika penting, dia pasti akan meneleponku lagi." kata Safiyya. Safiyya membiarkan ponselnya berhenti berdering dengan sendirinya tanpa mengangkat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status