Bab 91: HamilMikail melihat arloji di pergelangan tangannya beberapa kali. Sebentar lagi, pesawat dari negeri tetangga akan tiba di KLIA. "Bro." Satu tangan menepuk lembut bahu Mikail. Mikail lantas menoleh ke belakang. Matanya membulat. "Kau buat apa dekat sini?" tanya Mikail dengan nada sebal. "Aku datang nak berjumpa dengan Safiyya lah," sahut Tengku Zafril enteng. Laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan jengkel yang ditunjukkan Mikail secara terbuka. "Zaf, dah banyak kali kita berbincang tentang hal ini. Kau tak boleh berjumpa dengan adik aku buat sementara waktu. Apalagi Safiyya—""Bang Mika!" Mikail terdiam ketika dia melihat Safiyya berlari ke arah mereka. Tengku Zafril pula hanya tersenyum tipis di saat Safiyya meluru ke dalam dekapan Mikail. "Hai, Zaf." Vivian menyapa Tengku Zafril seraya tersenyum ramah. Di belakang wanita itu ada dua bagasi berukuran sederhana besar. "Oh, hai Vi. Sikitnya barang kau," seloroh Tengku Zafril. "Itu semua tak penting. Boleh kita ber
Bab 92: Setelah Tiga Tahun Berlalu"Kau yakin mau bertemu Rizky?" Vivian bertanya pada Safiyya yang sedang sibuk menyisir rambut dua putra kembarnya yaitu Amir Syahputra dan Aariz Syahputra. Kedua nama tersebut diberi oleh bapa mertuanya. Alasan terbesar Tuan Syahputra Wijaya ketika memberikan nama tersebut adalah beliau mau cucu-cucunya itu yang akan mewarisi perusahaan Wijaya Groups dan Wijaya Properties. "Bukan aku yang mau. Dia yang hendak bertemu denganku setelah dia tahu papanya akan menyerahkan dua perusahaan kepada Amir dan Aariz," jelas Safiyya, tenang. "Terus kenapa kau mau?" Desak Vivian, tak puas hati. "Vi. Aku harus bertemu dengannya. Lagian, dia sudah berjanji untuk bercerai denganku dan menyerahkan hak asuh anak-anak jika aku bersetuju menyerahkan dua perusahaan tersebut kepadanya.""Lelaki itu betul-betul gila! Dia sanggup menceraikanmu demi harta," cemooh Vivian. "Aku tak peduli tentang harta itu, Vi. Lagian semua itu memang milik keluarganya Rizky. Almarhum ayah
Bab 1: Terbang ke JakartaPutrajaya, Malaysia"Bang Mika, Fiya tetap mahu pergi ke persidangan perusahaan antarabangsa di Jakarta nanti. Tolonglah beri Fiya peluang untuk ke sana. Fiya merayu sangat-sangat pada Bang Mika," rayu seorang gadis muda dengan bersungguh-sungguh.Seorang gadis muda sedang duduk di hadapan seorang lelaki bertubuh kekar dan berwajah tegas. Lelaki itu masih ralit menaip sesuatu di papan kekunci laptopnya. Setelah itu, dia memandang ke arah perempuan yang berada di hadapannya lalu bersuara."Tidak boleh, Fiya. Bang Mika dah minta Encik Fauzi untuk menjadi wakil syarikat kita di persidangan itu nanti. Cuba Fiya beritahu Bang Mika. Kenapa Fiya beria-ria sangat mahu ke sana? Fiya ada buah hati pengarang jantung yang tinggal di Jakarta?" soal Mikail dengan nada curiga saat menatap adik perempuannya itu.Pertanyaan Abang Mika membuatkan kedua-dua bola mata Safiyya
Bab 2: Gadis AnehJakarta, IndonesiaRizky mencari kelibat tunangannya, Hani Alisya di sekitar bandara namun dia masih tidak bertemu dengan gadis itu. Dia mengeluarkan ponselnya dari poket seluar sebelum mendail nomor Sang Kekasih Hati. Tapi panggilannya tidak berjawab."Aihh, Hani ini ke mana aja sih? Katanya udah ada di bandara. Apa jangan-jangan dia sudah pulang sendiri? Nggak mungkin lah. Dia sudah berjanji untuk menunggu ku di…"Tiba-tiba belakang tubuh kekar milik Rizky dipeluk erat oleh seseorang. Terus saja bibir Rizky mengukir senyum. Ya, dia kenal siapa orang yang sedang memeluk tubuhnya saat itu. Dari bau parfum saja sudah cukup bagi Rizky untuk meneka dengan tepat. Orang itu tidak lain adalah Hani Alisya, tunangannya."Hani, kamu masih ingin terus memelukku di sini?" tanya Rizky yang masih berdiri tanpa melakukan apa-apa. Bibirnya masih tercetak senyuman manis ikhlas dari hat
Bab 3: Bunga-bunga pertengkaranSafiyya berdiri di hadapan elevator (lif) berdekatan lobi hotel untuk ke kamar hotelnya. Dia menguis hujung sepatu miliknya di atas lantai marmar hotel itu. Tiba-tiba ada satu suara berbisik di telinganya. Suara khas milik pria."Hai." Bisikan itu jelas kedengaran di telinga Safiyya.'Milik siapakah suara ini? Aku sepertinya pernah mendengar suara ini. Adakah…'Belum sempat Safiyya menghabiskan monolog dalamannya, dia segera memandang wajah insan yang sedang berdiri rapat dengan tubuhnya saat itu. Tepat sekali firasat hatinya! Lelaki itu adalah lelaki misterius yang Safiyya secara tidak sengaja bertemu di bandara dan di Asia Restaurant sore tadi! Wajah lelaki itu kelihatan tenang dan iris coklat gelap miliknya terpancar aura dingin."Kamu Nona sombong yang aku ketemu di bandara pagi tadi, bukan?" tanya lelaki itu dengan suara yang serius.Safiyya hanya menggelengkan kepalanya sebelum membalas
Bab 4: Hampir berciuman!"Apa? Penjahat kelamin? Maksudmu apa, Encik Ganteng? Aku tidak pernah mendengar perkataan itu." tanya Safiyya ingin tahu. Dia sudah berhenti ketawa."Loh, kamu tidak tau penjahat kelamin itu seperti apa? Kalau kamu mau tau, akan aku tunjukkan padamu," kata Rizky dengan senyuman penuh makna.Tanpa sempat Rizky menahan hasratnya untuk menguji perasaan gadis yang dia sendiri tidak tahu identitasnya, jemari Rizky segera menyentuh lalu menggenggam telapak tangan kanan gadis itu secara tiba-tiba. Safiyya kaget dengan kontak fisik secara mendadak itu lalu mencoba untuk menarik semula tangannya namun gagal karena tenaga lelaki itu lebih kuat berbanding dirinya. Dengan pantas, tangan kiri Safiyya segera memukul tubuh Rizky dengan tas miliknya.'Lepaskan tanganku. Aku bilang, LEPASKAN TANGANKU!" teriak Safiyya dengan keras." Tidak akan pernah, Nona
Bab 5: KetahuanNamun tanpa sempat Rizky mengecup bibir gadis itu, tiba-tiba lif terbuka. Safiyya lega. Dia segera menolak tubuh Rizky menjauh dari tubuhnya. Tubuh Rizky yang tidak bersedia dengan tindakan pantas Safiyya itu berundur beberapa langkah ke belakang. Tapi apa yang mengejutkan Safiyya, orang yang sedang berdiri di hadapan pintu lif saat itu adalah… VIVIAN! Sahabatnya!'Ya Allah. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku bakalan mati jika Vivian mengabarkan hal ini kepada Abang Mikail!' batin Safiyya.Safiyya masih terkaku berdiri di situ. Dia dan Vivian masih berpandangan antara satu sama lain. Masing-masing memasang wajah yang penuh rasa kaget. Rizky memandang kedua gadis itu dengan pandangan bingung tetapi dia tidak berkata apa-apa."Oh maaf. Kalian pasti sedang sibuk. Aku tunggu lift yang lain saja." Vivian berbicara sambil tersenyum mengusik. Matanya tepat memandang ke arah Saf
Bab 6: PersidanganSafiyya menyelak langsir untuk melihat keindahan pemandangan Kota Jakarta pada waktu malam melalui jendela kaca kamar hotelnya. Hatinya seolah-olah terbuai saat matanya menyaksikan keindahan Kota Jakarta saat itu. Gedung-gedung hotel dan gedung lain yang berdiri megah dihiasi lampu berwarna-warni menghidupkan lagi suasana malam. Bibir Safiyya mengukir senyuman sedih. Rasa gembira saat dia tiba di Jakarta bertukar sedih dan galau. Apatah lagi dia mengenangkan peristiwa yang terjadi antara dirinya dengan lelaki tanpa nama itu. Entah mengapa dia khawatir jika lelaki itu akan bertindak di luar kawalan dan batas pergaulan jika mereka bertemu lagi.'Kenapa semua ini terjadi padaku? Apakah karena aku tidak menuruti kemahuan Umi untuk tidak datang ke Jakarta lalu aku harus menerima hukuman seperti ini? Aku benar-benar berharap bahwa aku tidak akan bertemu lagi dengan lelaki itu. Jika aku terpaksa berurusan dengan dia, aku moho