Share

6. PARA UTUSAN RATU

Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Maret 2010

“Apa nama kota ini?” tanya seorang pria jangkung yang mengenakan pakaian berwarna ungu.

“Palangka Raya,” jawab seorang pria lain yang memegang gulungan mirip peta.

“Seumur hidupku, aku belum pernah menjelajahi kota ini. Dan segera setelah tugas ini selesai, aku akan menjelajahi kota ini sampai tak menyisakan sudut kecilnya,” kata pria lain begitu bernafsu.

“Kalau kau ingin segera menyelesaikan tugas ini, ayo kita segera menemukan Ganendra Aryasathya.” pria yang membawa peta itu menyahut sambil memandang ke sekitarnya.

Empat belas pria itu langsung berjalan beriringan menyebrangi jalan raya. Dengan pria yang menggunakan peta memimpin di depan.

“Kau yakin kita akan menemukannya di sini, Gama?” tanya salah seorang rombongan itu.

“Kata Ampu Estungkara, kita memang seharusnya menemukannya di sini,” jawab Pria yang membawa peta sambil terus berjalan.

“Di mana tepatnya?”

“Jangan berdiskusi di sini, Nak. Seharusnya kita mencari tempat yang lebih bagus. Kota ini begitu panas,” saran Pria yang paling tua sambil menyapu rambut putihnya.

“Anda benar, Gusti Patih. Kita harus mencari tempat yang nyaman terlebih dahulu sebelum memutuskan langkah selanjutnya,” Gama menyetujui pendapat pria yang paling tua itu.

Mereka berjalan tanpa kata, hanya sesekali menyumpah dengan pelan tentang panasnya cuaca siang itu. Bahkan seorang penyihir pendek yang ikut dalam rombongan itu yang bernama Samira bersumpah kalau ada yang ingin menukar tongkat sihirnya dengan topi atau apa saja yang bisa melindunginya dari sengatan matahari ia akan senang hati menyetujuinya. Mereka memang dilarang Ratu Ayunda yang memerintahkan mereka dalam misi ini untuk tidak menggunakan kekuatan supranatural mereka kalau tidak mendesak.

Setelah sekitar dua puluh menit berjalan sambil tak henti mengutuk dewa matahari dalam hati, mereka akhirnya tiba di sebuah pos ronda yang tampaknya tidak terpakai lagi. Hampir tak ada rumah dalam radius dua ratus meter dari situ. Mereka memutuskan untuk beristirahat dan memutuskan langkah selanjutnya di tempat itu. Walaupun jumlah mereka ada empat belas orang yang membuat mereka berjejal di tempat itu.

Setelah sekitar sepuluh menit beristirahat, mereka mulai mengatur rencana selanjutnya.

“Arni, kau yakin di kota ini kita akan menemukannya?” tanya Gama kepada penyihir yang menggunakan kemeja ungu dengan kancing aneh.

“Bagaimana detailnya?” tanya seorang prajurit bernama Susena.

“Ada kilatan hijau zamrud di pandangan batinku,” jawab Arni sambil memejamkan matanya.

“Maksudmu?”

“Aku juga tak tahu pasti, yang jelas batin sihirku mengatakan hal itu.”

“Kenapa tak bilang dari awal?” bisik salah seorang prajurit yang agak takut jika terdengar oleh Arni. “Kita telah melewati banyak kota dengan hasil yang nihil.”

“Prajurit Bodoh! Kau pikir aku senang berjalan tanpa tujuan? Para penyihir seperti aku hanya akan mampu mendeteksinya incarannya dalam radius beberapa mil saja.”

Prajurit itu terdiam. Barangkali ia takut kalau mesti di sihir jadi tupai oleh Arni.

“Menurutmu, berapa jauh jarak kita dengannya?” tanya Patih Tarkas.

“Tidak terlalu jauh, Gusti,” sahut Arni penuh keyakinan.

“Siapa yang bisa melihat ini selain kau?” tanya Gama.

“Tatra!”

Penyihir jangkung yang memakai sorban kusam berwarna cokelat tebal yang dari tadi diam kali ini mengangguk, “Masalahnya, penglihatanku tak setajam Arni.”

“Tak masalah!“ ucap Dirga, sang panglima perang yang nampaknya adalah pemimpin rombongan ini tersenyum penuh harapan, “Kita berpencar enam orang ikut Tatra, dan enam orang lain ikut Arni! Nanti malam kita berkumpul di tempat ini lagi.”

Akhirnya mereka berpencar. Mereka membagi diri menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dipimpin Tatra dan anggotanya adalah Dirga, satu pejabat muda berhidung bengkok yang bernama Tadana, dua orang peramal, dan dua orang prajurit. Sedangkan kelompok kedua dipimpin oleh Arni, dan anggotanya adalah Patih Tarkas, Gama, Samira, sang penjelajah bernama Dahup, sorang peramal yang tak pernah lepas dari balsem beraroma kemenyan, dan juga Susena, prajurit bertubuh tegap namun bermata sipit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status