Share

7. PESAN DARI RUSA BERSAYAP

Pencarian itu tampaknya adalah salah satu hari-hari terburuk dan paling menyebabkan dalam hidup mereka. Setelah seharian menyusuri jalan-jalan kota Palangka Raya, dengan harapan yang memenuhi ubun-ubun mereka. Namun, mereka akhirnya kembali berkumpul di tempat yang telah ditentukan sebelumnya, malam harinya.

 “Aneh sekali. Aku tak mengerti mengapa pandangan batin yang membuatku yakin lenyap begitu saja,” ungkap Arni penuh kekesalan,”Kau juga merasakannya, kan, Tatra?”

Tatra mengangguk yang gerakannya lebih mirip menahan kantuk.

“Apa yang kita lakukan selanjutnya ini?” Dirga tampak mulai tak bersemangat.

Patih Tarkas mengusir nyamuk yang mencoba hinggap di hidungnya, “Sebaiknya kita istirahat dulu. Banyak perbedaan yang terjadi apabila kita memutuskan suatu hal yang cukup penting ketika memikirkannya dalam keadaan yang letih dengan keadaan yang lebih segar.”

“Jujur. Aku sebenarnya masih bersemangat untuk menjelajahi kota ini,” timpal Dahup.

“Seperti kata Gusti Patih. Kita pergunakan waktu ini untuk beristirahat. Dan kupikir semuanya setuju,” putus Dirga.

Anggota lain tampaknya tak ada yang punya pendapat berbeda. Termasuk Samira yang kali ini telah memejamkan matanya. Dahup tampak tak terlalu puas dengan keputusan Gama, ia lebih memilih membaca peta kota Palangka Raya yang dipinjamnya dari Gama sambil sesekali melirik Samira yang dengan santai tidur sambil menahan ngorok.

Seluruh anggota rombongan tampaknya mulai beristirahat dengan caranya masing-masing. Kecuali Arni yang lebih memilih berdiri di pinggir jalan dan menatap jauh ke depan, berharap mampu menerawang rahasia alam tentang keberadaan Ganendra Aryasathya.

Dalam hati Arni berdoa pada leluhurnya, “Tolong bantu kami., tunjukkan kami suatu tanda yang memudahkan kami.”

Dalam sepuluh menit tak ada suatu hal ajaib pun yang terjadi. sebelas menit, dua belas menit, tiga belas menit, hingga lima belas menit.

Arni menatap langit malam dengan wajah yang sama sekali jelek, “Bahkan para leluhurku pun kadang-kadang sangat menyebalkan.”

Arni membalikkan badannya. Tak ada alasan lagi selain beristirahat sambil memikirkan beberapa doa yang cukup bagus di dengar oleh leluhurnya untuk dikabulkan. Baru saja beberapa langkah ia berjalan ke arah pos, tiba-tiba ada kilauan redup cahaya yang masih bisa ditangkapnya. Cahaya itu sempat menyapu kemeja ungunya. Tempat yang ia awasi tak kurang dari enam belas menit yang lalu. Arni membalikkan kembali tubuhnya ke arah jalan.

Cahaya redup itu berangsur-angsur mulai membesar dan semakin terang. Arni sedikit melindungi matanya dengan tangannya. Cahaya itu hanya sebentar saja seterang itu  kemudian berangsur-angsur meredup kembali dan mengecil. Dan membentuk sesosok yang familiar namun tak wajar dengan cahaya tidak terlalu terang dan tidak terlalu redup di sekelilingnya.

Arni beberapa saat takjub, kemudian baru menyadari keterperanjatannya dengan desis hampir tak percaya, “Gahyaka!”

“Gusti Patih, Panglima, teman-teman, bangun semuanya! Ayo cepat!”

Arni berlari menghampiri teman-teman rombongannya yang telah tertidur. Membangunkan mereka. sebagian dari mereka bangun dengan ikhlas dan penuh perhatian, namun ada beberapa yang bangun dengan pandangan mengerikan kepada Arni. Namun sepertinya Arni tak memperhatikan itu. Ia menunjuk-nunjuk ke arah jalan.

“Leluhurku ,menolong kita! Di sana ada Gahyaka!”

Seluruh anggota rombongan bangun dengan tergesa-gesa dan mengikuti arah lari Arni yang begitu bersemangat kecuali Samira yang sibuk menguap dan berjalan terhuyung-huyung.

“Luar biasa,” komentar kagum beberapa dari mereka.

Sementara yang lain tak mampu berkata apa-apa. Lidah mereka terkunci rapat ketika menyaksikan sang Gahyaka, rusa bersayap yang bercahaya begitu mengagumkan yang kini sedang asyik mengais-ngais tanah sambil berlenggak lenggok begitu cantik.

“Ini betul-betul keajaiban. Aku rela menukar seluruh catatan penjelajahanku untuk menyentuh makhluk itu,” harap Dahup sambil melangkah menghampiri sang Gahyaka yang sangat tenang bermain dengan rumput dan tumbuhan liar di sisinya.

“Jangan! Jangan mendekatinya dalam jarak lima kaki apalagi menyentuhnya apabila kau tidak ingin terbakar dan ia akan lenyap begitu saja. Kau akan menyesal sepanjang umurmu untuk itu” cegah Arni

Dahup mengurungkan niatnya namun tampak masih bernafsu dengan makhluk itu, "Berbahaya sekali tampaknya. Namun semakin menambah kecantikannya.”

Samira telah bergabung dengan teman-temannya setelah urusannya dengan mata kantuknya selesai, “Waw! Peliharaan dewa rupanya. Aku sendiri tak pernah melihat makhluk ini sebelumnya.”

“Kita punya banyak waktu untuk mengagumi makhluk ini di lain waktu. Apa arti dari kunjungan mendadak ini?” Gama mewakili keingintahuan anggota lainnya.

“Gahyaka adalah hewan peliharaan dewa. Kedatangannya ke sini tentunya membawa sesuatu yang penting,” jawab Samira.

Tadana tak sekalipun mengalihkan pandangannya dari Gahyaka, “Tepatnya?”

“Sepertinya ia membawa suatu tanda tentang keberadaan orang yang kita cari,” kali ini Arni yang menjawab.

“Bagaimana caranya?”

Arni mengambill sebuah batu seukuran genggaman tangan anak kecil, “Pastikan kalian memperhatikannya, kalau ia lenyap, kita harus segera mengakhiri pencarian ini karena tak ada gunanya. Tapi apabila ia berlari, persiapkan nafas kalian. Rusa ajaib ini punya kecepatan lari yang menyusahkan kita untuk mengikutinya.”

Arni lalu melemparkan batu tersebut ke dekat kaki Sang Gahyaka. Makhluk itu kaget. Dan memandang sekelompok orang yang mematung menatapnya dengan ketegangan yang cukup bisa dipertanggung jawabkan. Gahyaka tersebut mengeluarkan suara layaknya rusa pada umumya, cahaya di sekelilingnya berpendar makin terang. Gahyaka tersebut berjalan pelan mengitari tempatnya berdiri selama beberapa kali. Kemudian lari mengeluarkan suara rusanya lagi.

“Sekarang apa?” desak Dahup gugup, begitu pula yang lainnya.

“Pasang kuping baik-baik dan belajarlah mengendalikan penglihatan dalam gelap ketika berlari kencang! Kejar!” komando Arni. Dan serentak mereka berlari mengejar Gahyaka tersebut.

Ada satu kabar baik dan kabat buruk yang mereka dapatkan dari Gahyaka tersebut. Kabar baiknya adalah mereka dliputi harapan besar untuk segera menemukan Ganendra Aryasathya yang telah mereka cari selama berminggu-minggu. Sedangkan kabar buruknya adalah, Gahyaka tersebut menyeret mereka berlari di padang pakis yang rimbun dan lumayan tinggi di pinggir jalan kota Palangka Raya yang sepi dan gelap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status