Share

5. SEBUAH PERINGATAN

Untuk pertama kalinya sejak memasuki tempat itu, Rukmana tersenyum. Senyum yang sama sekali tak tampak kalau ia sedang senang. Tapi lebih kepada pernyataan akhirnya kau menanyakan ini.

“Bayu, Pria tua itu mengatakan kalau temanku yang bernama Bayu Aditya tidak boleh keluar rumah dalam dua hari ini atau dia akan mendapatkan kesulitan yang besar.”

“Menarik sekali. Rupanya aku telah menjatuhkan KTP-ku tepat di depannya hingga ia bahkan dapat menyebutkan nama lengkapku dengan lancar.”

Rukmana menggengam tangan Bayu, “Dengarkan aku, bodoh! Kau tentu tak ingin mendapatkan kesulitan, bukan? Dan aku percaya kalau ia bukan pria sembarangan, belum sempat aku mencerna kata-katanya, ia telah menghilang entah ke mana. Kau tahu ‘menghilang’ maksudku, kan?”

“Rukmana. Aku tidak akan kenapa-kenapa. Dan percayalah, ia hanyalah pria bodoh dengan kumis dan jenggot palsu yang akan mengagetkanmu saat kau pulang nanti dengan seruan penuh kemenangan ‘ketipu, kau!’”

“Bayu. Aku serius, lagian apa beratnya, sih, tak keluar rumah selama dua hari ini saja?” Rukmana tampaknya masih belum menyerah.

“Aku punya dua jawaban untuk menjawab pertanyaanmu. Pertama karena aku hari ini berhutang satu janji mentraktir Sutha makan, yang kedua adalah aku tak percaya dengan pria tua yang sangat perhatian padaku itu. Dan kalau kau pulang nanti lalu bertemu dia, aku nitip ucapan terima kasih untuknya. Dan aku tampaknya belum membutuhkan perhatiannya untuk sekarang ini.”

“Bayu, Aku…”

Rukmana memutus ucapannya ketika ia melihat Sutha yang memergoki tangannya dan tangan Bayu sedang bergenggaman.

“Oh, Sori. Sepertinya aku terlalu cepat keluar, ya? Dan harusnya harusnya aku membiarkan kalian berdua untuk sementara waktu,” ucap Sutha dengan wajah yang sulit untuk Bayu berusaha bertahan agar tidak menonjok mukanya.

“Oh. Tidak apa-apa! Kami tidak melakukan apa-apa. Seperti yang kau kira,” sahut Bayu cepat sambil melepaskan genggaman tangan Rukmana.

“Oh. Benarkah? Tapi ngomong-ngomong, apa urusanku?” kata Sutha lagi masih dengan wajah yang penuh senyum mengejek.

Bayu hampir saja bersumpah kalau ia akan menumpahkan air panas ke muka Sutha apabila Rukmana tidak membuyarkan rencana sumpah mengerikannya.

“Bayu. Kuharap kau berubah pikiran,” bisik Rukmana hampir tak terdengar Bayu. Dan Sutha pun sepertinya tak mendengar, ia sibuk menyisir rambut keritingnya sambil menyiulkan lagu yang hanya ia sendiri yang tahu.

“Bayu, Sutha. Sepertinya aku harus pulang. PR-ku banyak sekali. Dan aku juga tak tega bila ibuku harus menutup warungnya sendirian. Aku pamit, ya,” kata Rukmana, masih ada nada tidak puas dalam ucapannya.

“Kupikir Bayu mau membantu, iya kan, Bayu?” tawar Sutha tanpa berpikir suatu hal yang buruk setelah ia  mengucapkan itu.

Bayu telah memandang Sutha. Bersiap untuk membunuhnya beberapa kali jika ia tak segera menjauh dari tempat itu. Dan untungnya, Sutha baru saja menyadari hal itu.

“Hei. Aku baru ingat aku meninggalkan rokokku di kamar mandi. Kalian tahu, kan, aku sering merokok di kamar mandi. Kebiasaan buruk memang, tapi…” dia merasa telah terlalu banyak berbicara ketika Bayu telah menggeliatkan lehernya beberapa kali, “Aku harus segera mengambilnya. Terutama jika kau merasa ada ancaman buruk yang siap menyiksamu, Rukmana”

Setelah itu ia dengan langkah cepat menuju kamar mandi.

Rukmana untuk kedua kalinya dalam beberapa jam terakhir tersenyum. Senyum yang sedikit cemas.

“Bayu, aku pulang.”

‘Ya. Aku akan mengantarkanmu sampai depan pintu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status