Share

3. DI MANA TABIB SAKTI?

Tak ingin ambil pusing, Pangeran Pisceso melangkahkan kakinya dengan hati-hati.

Pria tampan itu bahkan tak peduli pada setiap pasang mata yang berpapasan dengannya menatap  aneh dan heran. Bahkan, ada orang yang sengaja membidikan kamera ponselnya pada Pangeran Pisceso.

"Hai, lihat! Ada orang berpakaian aneh malam-malam begini!" seru anak muda ketika melihat Pangeran Pisceso lewat.

"Mungkin orang itu sedang syuting film kolosal," jawab temannya.

TIIN!

Pangeran Pisceso dikejutkan dengan suara klakson mobil. Pedang panjang yang ada di dalam sarung berukir emas langsung ditariknya. 

"Itu pedang asli!" seru anak kecil yang berdiri  tak jauh dari Pangeran Pisceso.

"Hush! Bukan! Itu pedang buat syuting!" seru yang lain kebetulan melihatnya.

Karena penasaran, salah satu dari mereka mendekat untuk memastikan itu pedang asli atau cuma sekedar pedang untuk syuting.

Pangeran Pisceso yang tak mengerti apa yang sedang dibicarakan orang-orang di sekitarnya semakin memasang kewaspadaan penuh. Sorot matanya begitu tajam menatap orang yang datang mendekat.

"Astaga! Ini pedang asli!" teriak orang yang sudah melihat dari dekat pedang asli milik Pangeran Pisceso. 

Sontak saja, semua orang pergi menghindar, menjauhi Pangeran Pisceso yang kebingungan dengan tingkah orang di sekitarnya. "Sungguh aneh orang-orang yang tinggal di sini," ucapnya sendiri, pedang kesayangannya pun kembali dimasukkan ke dalam sarungnya.

TIN!

Lagi, suara klakson mobil lewat membuat Pangeran Pisceso hampir meloncat karena kaget.

Dia menatap bingung pada benda bergerak dengan beberapa cahaya tanpa terlihat ada orang atau kuda yang menariknya. "Sungguh aneh benda-benda di dunia ini. Mereka pandai bermain sihir, menjalankan benda besar bercahaya tanpa ada orangnya. Benar apa yang dikatakan Tabib Cole, orang-orang di sini sangat sakti."

Langkah Pangeran Pisceso kembali berlanjut. Tatapannya begitu waspada melihat ke sekeliling. Trotoar yang dipijaknya membawa dirinya entah ke mana, pergi tanpa tahu arah  mencari seorang tabib sakti untuk menyembuhkan Ibundanya.

Gedung pencakar langit menjadi daya tarik tersendiri bagi Pangeran Pisceso. Langkahnya berhenti memperhatikan bangunan besar nan megah yang ada di seberang jalan. 

"Bangunan itu sangat tinggi dan bercahaya. Orang-orang di sini ternyata suka dengan cahaya, dimana-mana selalu terlihat cahaya. Bahkan benda itupun bercahaya," gumam Pangeran Pisceso melihat pada lampu jalan rambu-rambu lalu lintas.

Berdiri ditepi jalan, tentu saja Pangeran Pisceso menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang. Ada yang menatapnya aneh, tapi ada juga yang cuma geleng-geleng kepala. 

Bagaimana tidak aneh?

Pakaian Pangeran Pisceso seperti pakaian kerajaan dengan jubah hitam menjuntai dipunggungnya ditambah pedang panjang menghias di pinggang.

"Mungkinkah di sana tempat tinggal tabib sakti itu?!" tanya Pangeran Pisceso pada dirinya sendiri melihat gedung tinggi yang ada di seberang jalan.

Selagi berdiri dalam kebingungan, dari belakang terdengar seseorang menyapa. "Pak, cepat kalau mau menyeberang! Mumpung lampunya masih merah.

Pangeran Pisceso membalikkan tubuh.

Tiba-tiba dia menyadari bahwa seorang pria tua sedang menatapnya.

"Sebentar lagi lampunya hijau. Kalau mau menyeberang, sekarang!" seru pria tua itu lagi.

Melihat orang bersikap ramah padanya, Pangeran Pisceso memberanikan diri bertanya. "Apa saudara tahu, di mana tempat tinggal tabib sakti?!"

"Hah?! Tabib sakti?!"

Pangeran Pisceso mengangguk. "Iya, tabib sakti!"

Sejenak pria tua itu terdiam, dilihatnya Pangeran Pisceso dari atas sampai bawah yang berpakaian tidak seperti orang-orang pada umumnya. 

Pangeran Pisceso melanjutkan lagi ucapannya. "Tabib sakti yang bisa mengobati orang terluka."

Pria tua itu garuk-garuk kepala tak gatal. "Tabib sakti? Maksud orang ini apa? Bukan hanya pakaiannya saja yang aneh, bicaranya juga aneh," hati pria tua itu bicara sendiri.

"Bagaimana pak tua?" tanya Pangeran Pisceso.

"Hah?!" pria tersebut semakin heran dipanggil pak tua.

Pangeran Pisceso menghela napas, ingin rasanya mencabut pedang miliknya karena kesal, tapi teringat sekarang berada di tempat dunia lain.

"Apa yang kau maksud itu, dokter?" tanya pak tua. 

Sejenak Pangeran Pisceso terdiam, kemudian mengangguk.

"Ngomong kek dari tadi, dokter!" seru pria tua tersebut. "Di gedung itu banyak dokter!" tunjuknya ke arah seberang jalan agar Pangeran Pisceso mengikuti arah jari telunjuk tangannya.

Pangeran Pisceso mengerti, kepalanya mengangguk.

"Karena di sana sedang ada pameran peralatan medis pasti banyak dokter yang datang! Kamu pergi saja ke sana! Pasti ada dokter di sana yang bisa membantu kesulitanmu!" 

Sejenak Pangeran Pisceso terdiam, mencerna kalimat pak tua. "Saya ke sana?!"

"Iya, di sana pasti banyak dokter hebat. Kamu ke sana saja!" Selesai bicara, pak tua tersebut langsung pergi.

Pangeran Pisceso memandang gedung tinggi yang ada di seberang. "Bagaimana caranya aku pergi ke sana?! Apa aku lewat jalan ini, tapi benda bercahaya tanpa orang itu bergerak sangat cepat."

Dunia modern begitu asing bagi Pangeran Pisceso. Peradaban yang sangat jauh berbeda dengan dunianya. Benda bergerak bercahaya yang dimaksudnya adalah sebuah mobil dengan laju yang cepat, sementara di dunianya baru sampai pada alat transportasi berupa kereta kuda. 

TIN! TIN! TIN!

Bunyi klakson panjang saling bersahutan terdengar dimana-mana ketika Pangeran Pisceso melangkah tanpa rasa bersalah menyeberang jalan. Kakinya terus saja melangkah tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Woiii! Sudah gila loe!" 

"Dasar orang gila!"

Umpatan demi umpatan terlontar dari bibir para sopir yang harus rem mendadak. 

Namun, Pangeran Pisceso tak peduli.

Tujuannya hanya satu yaitu menuju bangunan tinggi bercahaya seperti yang pak tua maksud!

***

"Dokter Virgolin, setelah dari sini mau ke mana?!" tanya Dokter Rio si ahli bedah jantung.

"Mungkin pulang," jawab Dokter Virgolin sambil menyemprot tangannya dengan sanitizer spray. 

Senyum manis tersirat di bibir Dokter Rio. "Bagaimana kalau kita mengisi perut dulu sebelum pulang?!"

"Dokter Rio lapar?!" 

"Apa Dokter Virgolin tidak lapar?!" Dokter Rio malah balik bertanya.

"Tidak!" Tegas Dokter Virgolin menjawab. "Saya masih ada urusan yang lain. Jadi maaf, saya tidak bisa menemani Dokter Rio."

Mendapat penolakan dari Dokter Virgolin, akhirnya Dokter Rio pamit.

Langkah Dokter Virgolin berlanjut, tatapannya melihat salah satu pajangan yang menarik perhatiannya yaitu peralatan bedah yang terdiri dari pisau bedah (scalpel) untuk memotong jaringan, juga gunting bedah untuk memotong  benang dan balutan luka serta forceps yang digunakan untuk menjepit saat operasi dan gunting Clamp yaitu alat yang digunakan untuk memegang jaringan.

"Aku perlu peralatan ini," gumamnya sambil memegang salah satu pisau bedah yang berjejer rapi di atas meja.

Sementara di luar ruangan tempat pameran berlangsung. Pangeran Pisceso sedang berdiri tegak melihat sekeliling. Tatapannya begitu tajam melihat orang-orang ke luar masuk dari salah satu ruangan yang nampak ramai.

"Salah satu dari mereka adalah Tabib Sakti!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status