공유

3. DI MANA TABIB SAKTI?

작가: lyns_marlyn
last update 최신 업데이트: 2024-03-25 14:37:56

Tak ingin ambil pusing, Pangeran Pisceso melangkahkan kakinya dengan hati-hati.

Pria tampan itu bahkan tak peduli pada setiap pasang mata yang berpapasan dengannya menatap  aneh dan heran. Bahkan, ada orang yang sengaja membidikan kamera ponselnya pada Pangeran Pisceso.

"Hai, lihat! Ada orang berpakaian aneh malam-malam begini!" seru anak muda ketika melihat Pangeran Pisceso lewat.

"Mungkin orang itu sedang syuting film kolosal," jawab temannya.

TIIN!

Pangeran Pisceso dikejutkan dengan suara klakson mobil. Pedang panjang yang ada di dalam sarung berukir emas langsung ditariknya. 

"Itu pedang asli!" seru anak kecil yang berdiri  tak jauh dari Pangeran Pisceso.

"Hush! Bukan! Itu pedang buat syuting!" seru yang lain kebetulan melihatnya.

Karena penasaran, salah satu dari mereka mendekat untuk memastikan itu pedang asli atau cuma sekedar pedang untuk syuting.

Pangeran Pisceso yang tak mengerti apa yang sedang dibicarakan orang-orang di sekitarnya semakin memasang kewaspadaan penuh. Sorot matanya begitu tajam menatap orang yang datang mendekat.

"Astaga! Ini pedang asli!" teriak orang yang sudah melihat dari dekat pedang asli milik Pangeran Pisceso. 

Sontak saja, semua orang pergi menghindar, menjauhi Pangeran Pisceso yang kebingungan dengan tingkah orang di sekitarnya. "Sungguh aneh orang-orang yang tinggal di sini," ucapnya sendiri, pedang kesayangannya pun kembali dimasukkan ke dalam sarungnya.

TIN!

Lagi, suara klakson mobil lewat membuat Pangeran Pisceso hampir meloncat karena kaget.

Dia menatap bingung pada benda bergerak dengan beberapa cahaya tanpa terlihat ada orang atau kuda yang menariknya. "Sungguh aneh benda-benda di dunia ini. Mereka pandai bermain sihir, menjalankan benda besar bercahaya tanpa ada orangnya. Benar apa yang dikatakan Tabib Cole, orang-orang di sini sangat sakti."

Langkah Pangeran Pisceso kembali berlanjut. Tatapannya begitu waspada melihat ke sekeliling. Trotoar yang dipijaknya membawa dirinya entah ke mana, pergi tanpa tahu arah  mencari seorang tabib sakti untuk menyembuhkan Ibundanya.

Gedung pencakar langit menjadi daya tarik tersendiri bagi Pangeran Pisceso. Langkahnya berhenti memperhatikan bangunan besar nan megah yang ada di seberang jalan. 

"Bangunan itu sangat tinggi dan bercahaya. Orang-orang di sini ternyata suka dengan cahaya, dimana-mana selalu terlihat cahaya. Bahkan benda itupun bercahaya," gumam Pangeran Pisceso melihat pada lampu jalan rambu-rambu lalu lintas.

Berdiri ditepi jalan, tentu saja Pangeran Pisceso menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang. Ada yang menatapnya aneh, tapi ada juga yang cuma geleng-geleng kepala. 

Bagaimana tidak aneh?

Pakaian Pangeran Pisceso seperti pakaian kerajaan dengan jubah hitam menjuntai dipunggungnya ditambah pedang panjang menghias di pinggang.

"Mungkinkah di sana tempat tinggal tabib sakti itu?!" tanya Pangeran Pisceso pada dirinya sendiri melihat gedung tinggi yang ada di seberang jalan.

Selagi berdiri dalam kebingungan, dari belakang terdengar seseorang menyapa. "Pak, cepat kalau mau menyeberang! Mumpung lampunya masih merah.

Pangeran Pisceso membalikkan tubuh.

Tiba-tiba dia menyadari bahwa seorang pria tua sedang menatapnya.

"Sebentar lagi lampunya hijau. Kalau mau menyeberang, sekarang!" seru pria tua itu lagi.

Melihat orang bersikap ramah padanya, Pangeran Pisceso memberanikan diri bertanya. "Apa saudara tahu, di mana tempat tinggal tabib sakti?!"

"Hah?! Tabib sakti?!"

Pangeran Pisceso mengangguk. "Iya, tabib sakti!"

Sejenak pria tua itu terdiam, dilihatnya Pangeran Pisceso dari atas sampai bawah yang berpakaian tidak seperti orang-orang pada umumnya. 

Pangeran Pisceso melanjutkan lagi ucapannya. "Tabib sakti yang bisa mengobati orang terluka."

Pria tua itu garuk-garuk kepala tak gatal. "Tabib sakti? Maksud orang ini apa? Bukan hanya pakaiannya saja yang aneh, bicaranya juga aneh," hati pria tua itu bicara sendiri.

"Bagaimana pak tua?" tanya Pangeran Pisceso.

"Hah?!" pria tersebut semakin heran dipanggil pak tua.

Pangeran Pisceso menghela napas, ingin rasanya mencabut pedang miliknya karena kesal, tapi teringat sekarang berada di tempat dunia lain.

"Apa yang kau maksud itu, dokter?" tanya pak tua. 

Sejenak Pangeran Pisceso terdiam, kemudian mengangguk.

"Ngomong kek dari tadi, dokter!" seru pria tua tersebut. "Di gedung itu banyak dokter!" tunjuknya ke arah seberang jalan agar Pangeran Pisceso mengikuti arah jari telunjuk tangannya.

Pangeran Pisceso mengerti, kepalanya mengangguk.

"Karena di sana sedang ada pameran peralatan medis pasti banyak dokter yang datang! Kamu pergi saja ke sana! Pasti ada dokter di sana yang bisa membantu kesulitanmu!" 

Sejenak Pangeran Pisceso terdiam, mencerna kalimat pak tua. "Saya ke sana?!"

"Iya, di sana pasti banyak dokter hebat. Kamu ke sana saja!" Selesai bicara, pak tua tersebut langsung pergi.

Pangeran Pisceso memandang gedung tinggi yang ada di seberang. "Bagaimana caranya aku pergi ke sana?! Apa aku lewat jalan ini, tapi benda bercahaya tanpa orang itu bergerak sangat cepat."

Dunia modern begitu asing bagi Pangeran Pisceso. Peradaban yang sangat jauh berbeda dengan dunianya. Benda bergerak bercahaya yang dimaksudnya adalah sebuah mobil dengan laju yang cepat, sementara di dunianya baru sampai pada alat transportasi berupa kereta kuda. 

TIN! TIN! TIN!

Bunyi klakson panjang saling bersahutan terdengar dimana-mana ketika Pangeran Pisceso melangkah tanpa rasa bersalah menyeberang jalan. Kakinya terus saja melangkah tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Woiii! Sudah gila loe!" 

"Dasar orang gila!"

Umpatan demi umpatan terlontar dari bibir para sopir yang harus rem mendadak. 

Namun, Pangeran Pisceso tak peduli.

Tujuannya hanya satu yaitu menuju bangunan tinggi bercahaya seperti yang pak tua maksud!

***

"Dokter Virgolin, setelah dari sini mau ke mana?!" tanya Dokter Rio si ahli bedah jantung.

"Mungkin pulang," jawab Dokter Virgolin sambil menyemprot tangannya dengan sanitizer spray. 

Senyum manis tersirat di bibir Dokter Rio. "Bagaimana kalau kita mengisi perut dulu sebelum pulang?!"

"Dokter Rio lapar?!" 

"Apa Dokter Virgolin tidak lapar?!" Dokter Rio malah balik bertanya.

"Tidak!" Tegas Dokter Virgolin menjawab. "Saya masih ada urusan yang lain. Jadi maaf, saya tidak bisa menemani Dokter Rio."

Mendapat penolakan dari Dokter Virgolin, akhirnya Dokter Rio pamit.

Langkah Dokter Virgolin berlanjut, tatapannya melihat salah satu pajangan yang menarik perhatiannya yaitu peralatan bedah yang terdiri dari pisau bedah (scalpel) untuk memotong jaringan, juga gunting bedah untuk memotong  benang dan balutan luka serta forceps yang digunakan untuk menjepit saat operasi dan gunting Clamp yaitu alat yang digunakan untuk memegang jaringan.

"Aku perlu peralatan ini," gumamnya sambil memegang salah satu pisau bedah yang berjejer rapi di atas meja.

Sementara di luar ruangan tempat pameran berlangsung. Pangeran Pisceso sedang berdiri tegak melihat sekeliling. Tatapannya begitu tajam melihat orang-orang ke luar masuk dari salah satu ruangan yang nampak ramai.

"Salah satu dari mereka adalah Tabib Sakti!"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   83. DIPERSATUKAN CINTA, DIRESTUI ALAM SEMESTA

    Pisceso semakin memeluk erat tubuh Virgolin. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja."Kedua tangan Virgolin memeluk erat pinggang Pisceso. "Benarkah semua akan baik-baik saja?!" tanyanya bersuara serak di antara isak tangis. "Semua akan baik-baik saja," bisik Pisceso. Walau sejujurnya, dirinya juga tidak tahu, apa mungkin akan baik-baik saja setelah hatinya mulai jatuh cinta pada Virgolin. "Bagaimana, kalau tidak baik-baik saja?!" tanya Virgolin lirih. Pisceso tak menjawab. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuh Virgolin. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hatinya. "Pisceso," Virgolin merenggangkan pelukannya. Menghapus air mata yang telah membasahi pipi. Pisceso menatap dalam iris mata Virgolin yang masih tergenang air mata. "Jika nanti, aku sudah pulang ke duniaku, jangan pernah lupakan aku," bisik Virgolin, diakhiri bulir-bulir air bening yang jatuh dari kelopak mata.Hati Pisceso terenyuh. Aliran darah di seluruh nadinya seakan berhenti. "Aku tidak mungkin bisa melu

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   82. DILEMA

    Tatapan Pisceso beralih pada plastik kotor yang dipegang Virgolin. "Benda apa yang kau pegang?!" "Bukan apa-apa," jawab Virgolin. "Hanya sampah."Pisceso tak percaya begitu saja. Plastik kotor yang ada di tangan Virgolin diambilnya. "Itu plastik obat," ucap Virgolin pelan, bahkan suaranya nyaris tak terdengar. Pisceso diam, menunggu kelanjutan bicara Virgolin. "Tempat ini ,,," Virgolin menjeda ucapan, menelan saliva. Entah kenapa, tenggorokannya terasa kering. Pisceso mengangkat kedua alisnya, menunggu kelanjutan kalimat Virgolin."Dari tempat ini, aku tahu kemana arah jalan menuju ke pintu langit," sambung Virgolin.Deg!Pisceso tertegun. "Aku bahkan sangat hapal, kemana jalan menuju pintu langit," lanjut Virgolin. Membalikan badan, melihat ke sekeliling, kemudian tatapannya berhenti pada satu arah. "Kesana," tunjuknya.Pisceso mengikuti arah tangan Virgolin. Memang benar, jalan itu adalah jalan arah di mana pintu cahaya langit berada, tapi apa mungkin pintu langit itu akan ter

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   81. JATUH HATI

    Pisceso mengajak Virgolin menikmati keindahan air terjun yang ada di Desa Padi. Suara gemuruh dan percikan air yang menimpa batu membuat takjub Virgolin. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah. "Lihat! Banyak ikan kecil di sini!" tunjuk Virgolin pada aliran sungai yang berada di bawah kakinya. "Cepat kemari, Pisceso!" Suaranya kencang menyatu bersama suara gemuruh air terjun. Pisceso datang mendekat. "Kita tangkap ikannya!" pinta Virgolin. "Lebih baik biarkan ikannya besar terlebih dahulu, ikan itu masih terlalu kecil," larang Pisceso. "Iya sih, masih sangat kecil." Virgolin setuju. "Ayo, kita ke sana!" ajaknya. "Kita duduk di batu besar itu." Pisceso dengan senang hati mengikuti kemauan Virgolin. Diraihnya tangan Virgolin agar tidak terjatuh disaat berjalan di antara batu-batu kecil yang terhampar di tepian sungai. Batu cukup besar menjadi tempat duduk mereka berdua. Suara gemuruh air terjun begitu kontras, seirama menyatu bersama angin.Virgolin tak berkedip menatap jatuhn

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   80. TUMBANGNYA PIMPINAN TOPENG PERAK

    Perih dipunggung semakin menjalar. Darah yang keluar dari luka semakin banyak. Roxy bahkan merasakan penglihatannya mulai tidak jelas. Keseimbangan tubuhnya pun tidak stabil.Melihat Roxy terlihat limbung, Pisceso memberi isyarat pada prajuritnya agar menangkap Roxy. "Gawat. Mataku, kenapa dengan mataku ini?" hati kecil Roxy bertanya-tanya sendiri. Pedang yang dipegangnya pun mulai terlihat buram.Prajurit dengan sigap mengepung Roxy, tapi jiwa pemberontak Roxy tak membiarkan dirinya ditangkap begitu saja. Walau penglihatan sudah tak begitu jelas, Roxy masih tetap melawan bahkan dengan membabi buta mengayunkan pedangnya ke segala arah. Trang! Clang! Clang!Suara pedang yang beradu mengisi udara di ruangan yang temaram. Roxy masih lincah menangkis mata pedang dari para prajurit yang mengepungnya bahkan dua orang prajurit berhasil terkena sabetan pedangnya. Pisceso memberi perintah agar prajuritnya mundur. Senyum kemenangan terukir di bibir Roxy. "Kalian pikir karena tubuhku terluka

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   79. BERHASIL DIGAGALKAN

    Krieeet,,,Pintu kembali didorong dari luar. Roxy secepat kilat bersembunyi di kolong tempat tidur.Airin kembali masuk membawa wadah yang berisi makanan. Diletakkan di atas meja kecil samping teko air. Sejenak melihat Virgolin kemudian pergi lagi keluar dari kamar. Roxy mengelus dada lega. "Untung tidak ketahuan. Sialan si dayang itu, bolak balik masuk ke kamar. Lama-lama, aku bunuh juga si dayang itu!"Setelah melihat keadaan aman, Roxy keluar dari tempat persembunyiannya. Virgolin masih terlelap tidur dibuai mimpi, tidak tahu kalau dirinya dalam keadaan terancam. Dengkuran halusnya terdengar berirama keluar dari bibirnya."Baguslah, tidurnya sangat nyenyak. Ini akan memudahkan aku untuk membawanya pergi," gumam Roxy bersiap akan membuat Virgolin pingsan dengan memukul bagian tengkuknya. Bruuugh!Pintu kamar tiba-tiba dibuka kasar dari luar. Putra Mahkota Pisceso melesat masuk ke dalam kamar. Duugh!Tendangan kaki Pisceso mendarat sempurna dipunggung Roxy sampai tubuhnya tersun

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   78. PIMPINAN TOPENG PERAK MUNCUL KEMBALI UNTUK MENCULIK TABIB AGUNG VIRGOLIN

    Duarr!Petir menggelegar seakan ingin membelah langit setelah cahaya kilat muncul menyilaukan setiap mata."Untung kita sudah sampai. Hujannya deras sekali!" tutur Virgolin melihat turun hujan dari jendela kamar yang terbuka. "Iya. Pantas saja, cuaca sangat terik, ternyata mau turun hujan," ujar Airin. Virgolin merenggangkan otot. "Tulang pinggangku pegal. Aku ingin berbaring.""Istirahat saja. Aku juga akan istirahat di kamarku," ucap Airin. "Kalau tabib perlu sesuatu, panggil saja aku."Pintu kamar ditutup rapat oleh Airin dari luar. Virgolin segera naik ke atas tempat tidur yang sangat sederhana. Tubuh lelahnya telentang. Sejenak menatap langit-langit, tak lama kemudian dengkuran halus keluar dari bibirnya sebagai tanda Virgolin telah pergi ke alam mimpi. Sementara itu, Pisceso masih bersama Jidan dan sesepuh dari Desa Padi. Semuanya berkumpul di ruang tengah ditemani teh hangat dan beberapa potong singkong serta ubi rebus yang masih mengeluarkan uap panas. "Tabib dari langit m

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   77. JIKA BERSAMAMU, SEMUANYA SEAKAN TIDAK TERLIHAT

    Walau menggunakan peralatan seadanya dan membuat obat pembasmi hama hanya berdasarkan kemampuan yang Virgolin miliki karena dasarnya memang bukan dari bidang pertanian, tapi Virgolin melakukan semuanya dengan penuh keseriusan demi membantu rakyat yang sudah lama dilanda kelaparan karena serangan hama wereng.Beberapa orang diminta Virgolin mencari daun sirsak, karena daun sirsak mempunyai bau yang sangat menyengat. Hama wereng tidak menyukai bau dari daun sirsak. Tak lupa pula Virgolin minta dicarikan biji mahoni karena di dalam kedua bahan tesebut terdapat kandungan zat yang tidak disukai hama wereng tersebut yaitu repellent (penolak serangga) dan antifeedant (penghambat nafsu makan). Selain kedua bahan tesebut, ada dua bahan lain yang Virgolin tambahkan yaitu rimpang jeringau dan bawang putih. "Tabib, ini semua bahannya sudah tersedia. Lantas, kita melakukan apa lagi?!" tanya Airin."Semua bahan itu ditumbuk sampai halus," pinta Virgolin. "Biar mereka yang melakukannya!" seru Pisc

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   76. BAGAI KUTUKAN!

    "Biasanya hama wereng datang disaat musim hujan dan juga hama ini tidak bertahan lama.""Awal-awalnya seperti itu. Hama wereng coklat ini datang disaat musim hujan, tapi semakin lama malah semakin tidak terkendali," jelas pak tua tersebut. "Desa kami seperti sedang mendapat kutukan.""Tidak mungkin desa kalian mendapat kutukan seperti itu. Aku tidak percaya hal seperti itu," jelas Virgolin menenangkan. "Ini hanya masalah hama wereng saja, tidak ada hubungannya dengan kutukkan. Ditempatku juga ada hal seperti ini."Pria tua tersebut menghela napas. "Sebelum hama wereng melanda, banyak kejadian aneh di desa ini. Ribuan tikus menyerang tanaman padi kami yang siap dipanen.""Tikus?!" "Iya. Semua warga bergotong royong membasmi tikus-tikus tersebut. Tapi untungnya, padi kami masih bisa diselamatkan, walau sebagian sudah ada yang rusak. Tikus juga membawa penyakit, anak-anak kami banyak yang sakit tertular penyakit yang dibawa tikus," keluh pak tua."Menderita banget hidup kalian," tutur V

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   75. MELIHAT-LIHAT KEADAAN DI DESA PADI

    Pujian yang diberikan Pisceso membuat hati Virgolin berbunga-bunga padahal kata pujian cantik sering didapat ketika masih berada di dunianya, tapi entah kenapa saat sekarang Pisceso memujinya dirinya cantik, hatinya sangat senang sekali. Tak lama Airin datang dengan satu orang wanita yang lebih tua. Keduanya langsung mengatur makanan di atas meja. "Wangi sekali," hidung Virgolin kembang kempis mencium aroma wangi dari makanan yang ada di depannya. Selesai semua makanan dihidangkan, Airin dan wanita tersebut pergi lagi, meninggalkan Putra Mahkota Pisceso bersama Virgolin untuk menikmati sarapan pagi berdua. "Sepertinya ini lezat," tunjuk Virgolin pada roti yang ditumpuk mirip pancake. "Di sini juga ada makanan seperti ini. Di duniaku, hampir setiap hari aku sarapan roti seperti ini. Walau rotinya berbeda, tapi ini sepertinya lezat.""Kalau begitu makanlah," Pisceso mengambilkan sepotong roti dan menaruhnya di atas piring Virgolin. "Kamu harus makan banyak, karena setelah ini kita a

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status