Share

7. LUKA SAYATAN

"Apa kau tak mengerti dengan apa yang sudah ku jelaskan tadi?!" tanya Pangeran Pisceso. "Aku akan mengantarmu pulang kalau kau sudah menyembuhkan ibunda ratu! Itu janjiku sebagai Putra Mahkota Kerajaan Voresham!"

Dokter Virgolin menepuk jidatnya sendiri. "Ya Tuhan. Aku sedang berhadapan dengan orang-orang apa ini?!" Tapi tak lama kemudian, Dokter Virgolin bersorak kencang membuat semua orang mengernyitkan kening heran. "Aku tahu! Aku tahu! Kalian sedang syuting kan?!"

"Syuting?!" 

Dokter Virgolin mengangguk. "Iya, syuting drama kolosal. Kenapa tidak bilang dari tadi?! Aku hampir dibuat gila oleh kalian. Good! Good! Akting kalian sangat bagus!" Dokter Virgolin mengacungkan kedua jempolnya. 

Semua orang saling berpandangan satu sama lain. Tidak tahu dan tidak mengerti apa yang dikatakan tabib agung nan sakti dari dunia lain.

Melihat semua orang hanya menatap heran, Dokter Virgolin menghentikan orasinya. "Apa ada yang salah?" 

"Hentikan tingkah konyolmu itu!" bisik Pangeran Pisceso.

Tabib Cole segera mendekati Dokter Virgolin. "Tabib agung, sebaiknya kita segera mengobati ratu terlebih dahulu. Setiap waktu sangat berharga baginya."

"Ayo, cepat!" Pangeran Pisceso mendorong Dokter Virgolin agar ikut dengan Tabib Cole.

"Ratu? Ratu apa?!" tanya Dokter Virgolin.

Semua orang melihat pada sosok tubuh yang bersandar pada batang pohon. Wajah pucat mata tertutup rapat dengan kepala memakai mahkota kecil.

"Astaga!" ucap Dokter Virgolin. "Apa yang kalian sebut ratu itu adalah wanita itu?!"

Raja mendekati istrinya. "Kalau kau memang tabib sakti dari dunia lain. Kau pasti bisa menyembuhkannya!"

"Hah?!" Dokter Virgolin tertegun, perlahan mulai mengerti dengan situasi yang sekarang sedang dihadapinya.

Pangeran Pisceso mendorong Dokter Virgolin agar mendekat di mana ibundanya berada. 

"Ya Tuhan," Dokter Virgolin terkejut melihat kondisi Ratu Eleanor, setelah diperhatikan dengan intens ternyata lukanya cukup parah.  "Kenapa kalian tidak bilang dari tadi?!" seru Dokter Virgolin sambil memperhatikan luka sayatan yang dihiasi darah kering dan ramuan hijau. "Luka robek di kulitnya cukup dalam hampir memutuskan urat besar. Seharusnya kalian segera menjahit lukanya." 

"Saya sudah menghentikan darahnya untuk sementara dengan ramuan dari tumbuh-tumbuhan," ujar Tabib Cole.

Dokter Virgolin memang melihat warna hijau kehitaman di antara darah yang sudah mengering, tapi itu saja tidak cukup.

"Cepat cari obat anti biotik dan juga alat bedah. Aku akan menjahit lukanya ini!" perintah Dokter Virgolin. "Lukanya cukup parah! Aku harus segera mengobatinya."

Tak ada yang bergerak. Mereka semua saling berpandangan. 

"Kenapa diam saja?!" tanya Dokter Virgolin melihat pada Tabib Cole. "Cepat ambilkan obat anti biotik agar lukanya tidak terkena infeksi. Aku harus segera menjahit lukanya. Ini juga harus hati-hati menjahitnya agar tidak meninggalkan bekas di kulit." 

"Di sini tidak ada obat anti biotik," jawab Tabib Cole. "Saya bahkan tidak tahu, apa itu obat anti biotik."

"Hah?!" 

"I-iya, tabib agung," Tabib Cole mengangguk beberapa kali.

Dokter Virgolin menepuk jidatnya sendiri. "Aku hidup di tempat apa ini? Anti biotik saja tidak tahu!"

Semua terdiam, begitu juga dengan Pangeran Pisceso yang diam-diam memperhatikan Dokter Virgolin dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Dokter Virgolin kemudian mengambil tas tangan miliknya. "Untung aku sempat membawa semua peralatan ini."

Satu bungkusan di keluarkan dari dalam tas tangan Dokter Virgolin kemudian mengeluarkan lagi satu botol kecil yang berisi cairan.

"Kita akan melakukan operasi darurat di sini!" seru Dokter Virgolin. "Pindahkan ratu kalian itu ke tempat ,,,," Dokter Virgolin melihat ke sekeliling. "Pindahkan ke sana!" tunjuknya ke salah satu batu besar. "Tidurkan di sana. Aku akan melakukan operasi darurat!"

Raja dengan sigap segera mengangkat tubuh istri tercintanya kemudian membaringkannya dengan sangat hati-hati di atas batu yang besar dan datar.

"Kamu," tunjuk Dokter Virgolin pada tabib Cole. "Bantu aku untuk mengoperasi ratumu ini. Kita harus menjahit lukanya agar tidak mengeluarkan darah, tapi aku akan melihat seberapa dalam luka sayatannya."

Peralatan bedah yang ada di dalam tas, segera Dokter Virgolin keluarkan. Tabib Cole terbelalak ketika melihat Dokter Virgolin memegang pisau bedah. 

"Kenapa?!" tanya Dokter Virgolin pada Tabib Cole. 

"I-itu untuk apa?!" tanya Tabib Cole gugup.

"Untuk mengoperasi ratu kalian?" jawab Dokter Virgolin. "Aku harus melihat seberapa dalam lukanya dan juga harus menjahit lukanya."

Melihat perlengkapan alat bedah Dokter Virgolin yang begitu menyeramkan dan belum pernah mereka lihat, Pangeran Pisceso segera mencengkeram tangan Dokter Virgolin.

"Kenapa?!" 

"Kau mau apa dengan alat-alat ini?!" tanya Pangeran Pisceso tegas, khawatir ibunya akan dilukai Dokter Virgolin.

Dokter Virgolin menarik tangannya. 

"Jika kau melukai ibuku, rohmu akan pergi meninggalkan tubuhmu ini!" sarkas Pangeran Pisceso bicara, menatap tajam iris mata Dokter Virgolin. 

"Kau ini benar-benar aneh! Bukankah, aku diminta untuk mengobati ibumu ini?!" Dokter Virgolin tak kalah tegas, langsung berdiri menatap kembali iris mata hitam legam Pangeran Pisceso.

Raja datang mendekat. "Biarkan tabib sakti ini mengobati ibumu. Tidak mungkin dia berbuat hal yang akan mengancam nyawanya sendiri di depan kita semua."

"Tapi ayah ,,,,"

"Sudahlah, biarkan dia mengobati ibumu!" Raja menarik bahu putranya agar membiarkan tabib sakti dari langit melakukan tugasnya. "Ada tabib Cole yang akan mengawasinya."

Dokter Virgolin mendelik. "Memang aneh orang-orang di sini. Bukan hanya bajunya saja yang aneh, otaknya juga aneh. Lama-lama, aku bisa gila!"

Tak membuang waktu, Dokter Virgolin mulai mengobati luka sayatan ratu dengan terlebih dahulu membersihkan lukanya dari ramuan daun-daun yang ditempelkan Tabib Cole untuk menghentikan darah sementara waktu.

Dokter Virgolin mengambil botol kecil yang berisi cairan. "Bersihkan tanganmu terlebih dahulu dengan alkohol agar luka ratumu ini tidak infeksi!"

"I-iya!" Walau tidak mengerti, Tabib Cole mengikuti saja apa yang diinginkan tabib sakti dari langit.

Setelah berhasil membersihkan darah kering di sekitar luka sayatan, Dokter Virgolin menarik napas panjang. "Lukanya sangat dalam. Ini terluka karena apa?!"

"Terluka karena sayatan pedang," jawab Tabib Cole.

Dokter Virgolin tertegun, sulit dipercaya tapi harus percaya karena memang luka menganga yang ada di depan matanya itu akibat senjata tajam. "Ternyata mereka tidak sedang becanda. OMG!" hati kecilnya bicara sendiri.

"Tabib," tegur Tabib Cole.

"Eh, iya. Maaf." Dokter Virgolin melanjutkan kembali pengobatannya. "Bantu aku tabib ,,,"

"Cole. Panggil saja hamba, Tabib Cole."

"Ok baiklah, Tabib Cole. Kita fokus sekarang. Sekarang kita akan melakukan hecting. Tabib Cole tahu hecting?" tanya Dokter Virgolin. 

Tabib Cole menggeleng. "Hamba tidak tahu. Mendengar namanya saja, baru kali ini. Apa itu bahasa dari langit?!" 

Dokter Virgolin tersenyum, rasanya aneh mendengar bahasa dari langit. "Iya benar, dalam istilah medis, hecting adalah penjahitan luka yang merupakan sebuah metode penutupan luka. proses ini akan mempersempit atau mendempetkan jarak antar luka, sehingga akan lebih mempermudah proses re-epitelisasi dan mempercepat penyembuhan luka. Apa Tabib Cole mengerti?!" 

Tabib Cole menggelengkan kepala. "Hamba sama sekali tidak mengerti."

Akhirnya Dokter Virgolin hanya bisa menghela napas. "Aku juga yang bodoh! Sudah tahu mereka manusia aneh, pake acara menjelaskan segala, cape deh!" gerutu Dokter Virgolin merutuki dirinya sendiri.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status