Home / Urban / TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA / BAB 7. FITNAH UNTUK BINTARA

Share

BAB 7. FITNAH UNTUK BINTARA

Author: Mona Cim
last update Last Updated: 2024-11-22 20:56:06

Bintara memutuskan untuk memperkuat keamanan desa yang nenek dan kakeknya tinggali. Ia juga mengutus dua penjaga untuk senantiasa berjaga-jaga di sekitar rumah tersebut. Kejadian kemarin yang menimpa kakeknya menjadi peringatan keras untuk Bintara. Orang-orang yang membencinya akan selalu mencari kelemahannya dan salah satu kelemahannya adalah orang-orang yang ia sayang.

Bintara saat ini sedang berada di sebuah kafe, menunggu kedatangan seseoang. Hingga seorang wanita berumur sekitar 35 tahun dengan dandanan yang modis, menghampiri mejanya. Bintara langsung berdiri dan mengulurkan tangan untuk bersalamaan.

“Oh, Anda sudah datang. Selamat Siang, Bu Meta.”

“Selamat Siang, Tuan Bintara.” Wanita itu pun langsung duduk di hadapan Bintara.

“Aku memesan sesuatu yang mungkin Anda suka. Apa perlu memesan makanan lain?” tawar Bintara.

“Ah, tidak perlu. Aku menyukai makanan ini,” sahut Bu Meta.

“Syukurlah. Jadi … apa boleh kita langsung membahasnya?”

“Tentu, Tuan Bintara. Aku dan Laras itu rival dari kami berada di bangku SMA. Hingga sampai saat ini, kami masih saja berperang dingin. Dia banyak mengetahui tentangku, tentu aku juga mengetahui banyak tentangnya. Bahkan tentang suaminya yang sekarang, aku juga satu universitas dulu. Jadi apa yang ingin kau tanyakan tentang wanita itu?” tanya Bu Meta.

“Jadi Anda tahu banyak tentang bisnis mereka juga?” tanya Bintara mulai tertarik.

Bu Meta yang tadinya menyesap minuman, tersenyum sambil menaruh cangkir di tempatnya. “Tentu. Untuk menjadi rival yang bagus, aku harus mengetahui seluk-beluk tentang bisnisnya. Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan, Tuan. Aku akan menjawab dengan senang hati, aku tak akan membohongimu. Apalagi kau telah menjanjikan kerja sama yang bagus untukku.”

Bintara mengangguk percaya. “Anda tau Pak David dulu memiliki seorang istri bernama Rusmini?” Bintara langsung bertanya pada intinya saja.

“Aku tau itu. Laras sudah dari bangku SMA menyukai David tetapi sayang David malah menikah dengan Mini. Aku juga tahu Laras selalu berusaha mendekati David dan tanpa disangka mereka menikah. Aku kaget bagaimana mungkin? Setelah aku cari tahu, ternyata anak dari Rumini itu cacat pendengaran. David tak pernah mengenalkannya pada orang-orang sehingga membuatku kesulitan untuk melihat anaknya itu,” ungkap Bu Meta menjelaskan dengan raut wajah prihatin ketika membahas anak David.

Bintara meneguk salivanya susah payah. Mendengar identitasnya dulu disebut, membuat bayangan masa lalu tiba-tiba terputar di pikirannya. Dulu, ia sungguh tak dianggap oleh David. Hal tersebut menambah kobaran rasa marah di hati pria muda itu.

“Lalu, apa kau tahu di mana Rusmini sekarang?” tanya Bintara menatap lekat.

Baru kali ini Bu Meta menggeleng. “Aku tak tahu soal itu. Aku juga heran kapan David dan Mini bercerai. Tapi aku tak pernah berpikir mereka bercerai, sebab salah satu perusahaan David itu dengan nama Mini kudengar. Itu perusahaan yang tersukses yang David miliki. Jika ia bercerai dengan Mini, tidak mungkin ia masih memimpin perusahaan itu, bukan?”

Akhirnya Bintara tahu apa yang membuat ayahnya atau Laras hanya menculik ibunya. Tak membunuhnya seperti yang mereka lakukan padanya waktu itu. Tangan Bintara mengepal di samping badan.

“Terima kasih atas waktu yang Anda berikan, Bu Meta. Mari bertemu kembali di kantorku untuk pembahasan tentang kerja sama kita lebih lanjut,” ucap Bintara tersenyum ramah sambil mengajak bersalaman.

“Sama-sama, Tuan Bintara. Senang bekerja sama dengan Anda,” sahut Bu Meta.

***

Esok harinya Bintara dikejutkan dengan keadaan kantornya yang terlihat ramai dengan sejumlah awak media. Bintara menghentikan mobilnya di parkiran direktur, seketika para wartawan yang melihat langsung mengerumuni mobilnya.

“Aku akan keluar, Tuan,” ucap Erdo.

“Tak perlu, Do. Jalankan mobilnya ke bagian belakang kantor perusahaan dengan cepat. Kita akan masuk lewat pintu belakang,” titah Bintara.

“Baik, Tuan.”

Erdo memundurkan mobilnya dengan cepat, membuat para wartawan terkejut dan segera menghindar. Mobil yang Erdo kemudikan melaju menuju bagian belakang kantor perusahaan. Beberapa wartawan dan kameramen pun turut mengejaar mobil itu.

Mobil berhenti tepat di depan pintu bagian belakang. Bintara keluar mobil dengan cepat dan memasuki ruangan. Erdo ikut masuk dan mengunci pintu masuk tersebut.

“Cari tahu apa yang terjadi. Datang padaku jika kau berhasil menemukannya,” tegas Bintara terus melangkahkan kaki jenjangnya menuju lift.

“Baik, Tuan,” sahut Erdo menunduk hormat dan menjauh dari tuannya.

Bintara tumbuh menjadi sosok pria yang dingin, tegas, dan juga kejam. Namun, ia tetap mempunyai sisi Kelvin terdahulu hanya ketika ia bersama orang-orang yang ia sayangi. Tak ada raut khawatir sama sekali pada wajah Bintara selama menaiki sebuah lift. Ia melenggang dengan tenang keluar dari lift tersebut ketika sudah sampai pada lantai teratas.

Bintara melepaskan jasnya, lalu menaruh di sandaran kursi. Ia duduk dengan tenang sambil memejamkan mata, Tak lama seseorang mengetuk pintu ruangannya. Bintara pun menyuruhnya masuk. Erdo langsung datang menghadapnya.

“Lapor, Tuan. Keributan di depan disebabkan oleh rumor yang mengatakan bahwa Tuan membatalkan kerja sama parfume dengan perusahaan Pak David karena bahan parfume yang Tuan pilih berbahaya untuk kulit. Wajah David telah membanjiri laman beberapa situs media mengenai komentarnya langsung. David mengonfirmasi bahwa rumor tersebut adalah benar. Ada beberapa bukti yang beredar, beberapa remaja yang menggunakan parfume tersebut mengalami iritasi dan dilarikan ke rumah sakit,” tutur Erdo menjelaskan semuanya dengan lugas.

Bintara tertawa sumbang mendengar laporan tersebut. Ia menggelengkan kepalanya dengan tampang meremehkan. “Dia bertindak seolah-olah sedang menggalikan kuburan untukku, tetapi dia tak sadar sedang menggali kuburan untuk dirinya sendiri. Ayahku memang tak pernah berubah. Ia selalu bertingkah gegabah dari dulu, beruntungnya ada ibuku yang cerdas yang bisa mengatasi kecerobohan itu. Tapi sekarang, di sisinya hanya ada wanita licik yang berotak uang dan kebencian,” lontar Bintara.

“Apa yang harus kita lakukan untuk berita ini, Tuan?” tanya Erdo.

“Jangan lakukan apapun. Aku yang akan mengirimkan semua wartawan itu kembali ke Tuan David yang terhormat,” ucap Bintara menyeringai.

“Baik, Tuan. Lalu karyawan yang masih belum masuk?”

“Suruh mereka libur untuk hari ini.”

“Baik, Tuan,” sahut Erdo menunduk hormat seraya pergi dari ruangan Bintara.

Bintara menghidupkan komputernya dan memulai pekerjaannya. Tak peduli dengan keadaan di luar yang dipenuhi oleh wartawan dan awak media lainnya. Bahkan televisi di ruangan Bintara menayangkan siaran langsung di depan kantor Bintara Corp.

“Sampai saat ini Pak Bintara belum juga keluar dari gedung perusahaan untuk memberikan pernyataan tentang rumor yang—” Bintara langsung mematikan televisi tersebut.

Bintara mengetikkan sesuatu di ponselnya dan mengirimkannya pada seseorang. Tak lama ia menghubungi anak buahnya untuk berbicara secara langsung. “Kau sebarkan segera apa yang aku minta. Jangan lupa kau cantumkan beberapa bukti lain dari potongan CCTV di tempat itu.” Bintara memutuskan sambungan teleponnya dengan senyuman miring.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 108. CINCIN PERMATA [ENDING]

    Bintara dan Viona melanjutkan makan malam mereka yang tertunda, membiarkan Rusmini dan David entah langsung pulang atau mengunjungi tempat lain. Setelah sekian lama Viona sudah tak melihat wajah bahagia yang polos kekasihnya. Terakhir ia lihat ketika zaman sekolah SMA dulu.“Kau ingat hari pertama kali kita menjadi sepasang kekasih? Aku yang menyatakan cinta lebih dulu,” sindir Viona tersenyum geli.Tentu saja Bintara merasa terlukai harga dirinya. Ia menatap malas Viona yang sedang menertawakannya. “Itu karena aku sadar diri. Dulu aku tak setampan ini dan memiliki banyak kekurangan. Aku tuli dan penyakitan. Aku juga bukan anak yang diharapkan oleh ayahku. Jadi kepercayaan diriku lenyap karena itu. Aku sungguh tak menduga bagaimana bisa kau menyukaiku yang dulu? Jika aku yang dulu adalah aku yang sekarang, sangat wajar kau menyukai pria tampan, hebat, dan mapan ini,” tutur Bintara yang awalnya merendahkan diri berakhir membanggakan diri. Viona berdecih mendengarnya.“Itu karena kau or

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 107. MAUKAH KAU?

    Bintara berdesis saking gemasnya dengan kelakuan Viona yang ternyata hadir ke kampus. Siang ini Bintara menjemput kekasihnya itu sekalian meminta penjelasan mengapa kekasihnya itu tak mendengarkan saran darinya.“Halo, Sayang aku!” Viona langsung memeluk Bintara yang tak membalas pelukannya.“Mengapa kau tak menurutiku?” Pertanyaan dingin dari Bintara membuat Viona melepaskan pelukan itu dengan tampang cemberut.“Hari ini ada test penting. Aku harus hadir ke kampus, Bin. Lagipula aku sudah tak apa. Kau jangan terlalu khawatir seperti ini. Yang harus kau khawatirkan adalah keadaan perutku, aku sangat lapar,” ucap Viona sedikit merengek.“Merengek memang andalanmu,” sahut Bintara berjalan lebih dulu ke arah mobilnya. Ia tetap membukakan pintu untuk Viona walau tak menunggu gadis itu masuk langsung berjalan ke arah pintu mobil bagian kemudi.Bintara menjelankan mobil meninggalkan kampus Viona. Tujuan mereka adalah sebuah restaurant ala Korea yang tak jauh dari kampus Viona. Bintara memes

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 106. PERMINTAAN BINTARA

    Rusmini telah pulang ke rumahnya, begitu pun dengan David. Sore ini Viona sudah diperbolehkan pulang, hanya saja ia menunggu infus habis. Bintara dengan setiap menungguinya.“Vi, apa menurutmu baiknya Ibu kembali pada ayah? Mendengar ayah akan pergi ke Paris dan memutuskan untuk menyendiri, rasanya aku juga merasakan kesepian yang ayahku rasakan. Ketulusan ayah juga tampak ketika ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah bercerai dengan ibumu,” lontar Bintara sembari mengupas buah apel.“Kalau menurutku … lebih baik persatukan mereka lagi, Bin. Walau aku tak begitu dekat dengan ibumu, tapi entah mengapa aku bisa melihat bahwa ibumu masih menyimpan perasaaan pada ayahmu. Hanya saja ibumu mempertimbangkan banyak hal hingga tak ingin menuruti kemauan hatinya. Salah satunya juga trauma yang ibumu miliki, Bin. Ibumu pasti takut jikalau ayahmu kembali seperti yang dulu dan menyakiti kalian lagi. Maka jalan satu-satunya yang bisa kau ambil adalah menyakinkan ibumu bahwa pemikiran buruk

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 105. SINDIRAN SOAL PERNIKAHAN

    Laras tertangkap saat mencoba melarikan diri ke luar kota bersama dengan anak buahnya. Berita tentang penangkapan itupun masuk berita pada pagi hari ini. Viona dan Bintara menatap layar televisi di rumah sakit. Tampak Laras dengan tampilan berantakan diborgol polisi. Tatapan wanita itu sangat kosong dan tubuhnya sangat lesu. Viona sudah mengetahui hal itu sejak ia bersama dengan ibunya di mobil.“Ibu pasti sangat tertekan hingga mentalnya terguncang. Ibu sangat mengerikan ketika membentakku di mobil waktu itu. Sorot matanya tak wajar, antara takut dan juga marah yang membumbung tinggi.” ungkap Viona.Bintara mengusap pundak kekasihnya dengan lembut dan memeluknya dari samping. “Mungkin kau sedih melihat ibuku seperti itu, Sayang. Tapi itulah yang terbaik untuk ibumu. Tak ada yang bisa mengendalikan ibumu selama ini. Dia terus saja membuat rencana-rencana jahat yang merugikan keluargaku, aku, dan juga dirimu. Aku tak ingin menyaksikan dan merasakan kesakitan keluargaku lagi karena dia,

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 104. MENGANCAM NYAWA

    Viona tak tahu kemana ia akan dibawa, tetapi ibunya terlihat sangat tenang. Walau bersama sang Ibu, tetapi Viona merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Apakah ini normal? Mengapa ia justru merasa tak akan ketika bersama dengan ibunya sendiri? Viona menoleh ke belakang, tampak sebuah mobil mengikuti mereka. Bukan mobil Bintara, tetapi mobil anak buahnya.“Bu, sepertinya kita diikuti,” ucap Viona.“Tenang, Viona. Anak buah ibu adalah mantan pembalap dulunya. Dia lihai untuk menghindari kejaran itu. Kau tenang saja, mereka tak akan menemukan kita setelah ini,” sahut Laras tersenyum penuh arti.“Memangnya kita akan ke mana, Bu?”“Tentu saja ke tempat yang tenang dan tak ada siapapun yang dapat menemukan kita,” sahut Laras.“Mengapa tak ke kantor polisi saja? Mereka tak akan macam-macam kalau kita ke kantor polisi, Bu,” ucap Viona memberi saran.“Diam kau, Viona! Jangan sekali-sekali kau sebut nama tempat itu! Ibu tak ingin mendengar tempat terkutuk itu!” Hardik Laras dengan tatapan tajam

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 103. HASUTAN LARAS

    Usai membayar ganti rugi, Laras pun dibebaskan oleh polisi. Ia keluar dari kantor polisi dengan keadaan yang berantakan. Tatapannya kosong, eyeliner-nya luntur, dan rambutnya berantakan. Laras tak peduli dengan tatapan orang-orang padanya. Sesaat dirinya seperti tak memikirkan apa-apa, lalu tiba-tiba ia teringat kembali dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Bagaimana bahagianya ia berselfi dengan David, kedatangan Hendrik yang tiba-tiba merusak suasana, dan hadirnya Bintara yang menjadi akhir dari hubungan dengan suaminya.“Semua ini gara-gara Bintara! Dia pasti telah menyusun rencana ini untuk menghancurkan hidupku! Cih, baiklah. Lihat bagaimana aku bisa menghancurkan hidupmu Bintara! Lihat! Aku bahkan tak peduli meski harus mengorbankan putri Marvin itu!”Laras memesan taksi. Ia menunggu di pinggir jalan dengan berbagai rencana yang saling berlalu lalang di kepalanya. Berbagai kemungkinan buruk pun terbayang-bayang. Apa yang akan dilakukan David setelah ini? Menceraikannya atau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status