Home / Urban / TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA / BAB 6. PEMBATALAN KONTRAK KERJA SAMA

Share

BAB 6. PEMBATALAN KONTRAK KERJA SAMA

Author: Mona Cim
last update Huling Na-update: 2024-11-21 19:36:40

Dhani mengetuk ruangan David, lalu ia masuk ke dalamnya. Pimpinan bodyguard pribadi David itu menghadap Tuannya dan memberi hormat. David yang sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya, beralih menatap Dhani yang tampak bermuka masam.

“Apa ada masalah, Dhani? Kau tampak tak baik-baik saja hari ini,” tanya David.

Dhani tiba-tiba berlutut di hadapannya, membuat David terheran-heran hingga menyimpan ponselnya. Sekarang ia fokus memerhatikan apa yang akan Dhani lakukan.

“Aku ingin menyampaikan sesuatu, Tuan. Kemarin anak buah Kelvin Bintara menyekapku di markas pribadinya. Dia menyuntikkan cairan racun padaku seperti yang aku lakukan dulu padanya. Dia mengancamku agar berada dipihaknya jikalau mau penawar racun itu. Maka untuk mempertahankan nyawaku, aku menyetujui hal itu,” ungkap Dhani membuat David mengebrak mejanya marah.

“Apa? Bagaimana bisa dia melakukan semua itu padamu? Dhani, kau bodyguard yang paling terkuat di antara semua bodyguard-ku. Kau sungguh mudah diperdaya olehnya?”

“Mereka sangat banyak, Tuan. Saat itu aku tengah sendiri untuk menemui istriku. Para anak buah Bintara sangatlah banyak dan kuat. Walau sekuat apapun aku, aku akan kalah jika melawan orang sebanyak itu,” sahut Dhani membela diri.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” tanya David.

“Aku memohon padamu agar merekrut anggota Mafia dari Hongkong. Mereka sangatlah kuat dan setara dengan anak buah Bintara. Jika Tuan merekrut mereka, Tuan tidak hanya mendapatkan keamanan tetapi juga trik unik untuk melumpuhkan musuh sebab mereka sangat handal dalam melakukan kejahatan tanpa ketahuan oleh siapapun,” tutur Dhani yang langsung diangguki oleh David.

“Kau hubungi saja mereka dan segera hubungkan padaku,” ucap David.

Di sisi lain, Laras membanting sebuah dokumen yang menyatakan pembatalan kerja sama dari Bintara Corp. Dadanya sangat bergemuruh begitu melihat sebuah koper berisi uang yang sangat banyak dan secarik kertas yang menempel pada koper uang itu. Laras menarik secarik kertas itu dan membacanya.

“Ambilah uang ganti rugi ini. Gunakan untuk menutupi hutang perusahaanmu. KURANG AJAR!” Laras menjerit kesal begitu membaca kata-kata menohok dari Bintara. Kobaran api amarah di dalam dadanya bertambah besar ketika merasa terhina dengan kata-kata itu.

Pintu ruangan terbuka, menampuilkan David yang datang dengan tampang penuh kekesalan. Ia berjalan mendekati meja istrinya dan melemparkan sebuah dokumen yang sama. Laras menatap suaminya dengan mata memerah.

“Anak sialan itu dengan ternyata pemilik Brand parfume ternama yang tengah menjalin kerja sama denganku lebih dari satu tahun. Ketika hasil dari kerja sama ini mulai naik keuntungannya, dia malah memutuskan kontrak kerja sama!”

“Begitu juga denganku, Mas. Dia sungguh angkuh dan merasa berada di atas angin. Dia sungguh mempermainkan kita, Mas!” Laras mengepalkan tangannya kuat-kuat saking kesalnya.

“Kita tidak bisa tinggal diam. Kita harus membuat perhitungan padanya dan membuat pertahanan khusus agar dia tak bisa semena-mena dengan kita, Laras,” tegas David.

“Bagaimana caranya, Mas?” tanya Laras.

David menyeringai sambil duduk di atas meja Laras. “Kita ganggu seseorang yang dia sayangi. Kau ingat Kelvin sangat menyayangi kakek dan neneknya, bukan?’’

Mendengar hal itu, Laras tersenyum licik. Ia sangat menyukai ide dari suaminya itu.

Di sisi lain, Bintara tengah latihan memanah di belakang mansion pribadinya. Erdo—asisten pribadinya—mengambilkan tambahan panah untuk Bintara ketika anak panah di belakang pundak Bintara mulai habis.

“Do, apakah menurutmu Dhani bisa aku percaya?” tanya Bintara dengan tatapan lurus ke depan.

“Tentu, Tuan. Dia tak akan berani denganmu, Tuan Bintara,” sahut pria perawakan tinggi dan besar.

“Dhani mungkin takut padaku, tetapi aku mempunyai ayah dan ibu tiri yang licik. Mereka pasti merencanakan sesuatu jika Dhani mengadu soal ancamanku,” ucap Bintara dengan tampang dinginnya.

***

Mobil yang Bintara tumpangi kini telah sampai di depan sebuah rumah cukup besar, tetapi dengan tampilan yang sangat sederhana. Tampak seorang wanita tua yang rambutnya telah memutih sebagian sedang menyapu halaman rumah yang luas. Bintara keluar dari mobil sambil menenteng sebuah plastic putih berisi makanan. Senyum lembut seorang Bintara baru saja terbit ketika neneknya menoleh padanya.

“Kelvin! Kau datang? Cucuku sayang.” Nenek tua bernama Runi itu berjalan hati-hati menuju cucunya. Bintara segera mendekati Nenek Runi sambil merentangkan kedua tangan hingga tangan besarnya itu merengkuh tubuh kurus sang nenek.

“Nenek apa kabar? Aku sangat merindukan Nenek,” ucap Bintara melepas kerinduannya.

“Nenek sangat baik. Ayo masuk! Nenek akan buatkan kamu kue beras. Kamu menyukainya, kan?” ucap Nenek Runi antusias.

Bintara mengangguk dengan senyuman senang. “Tentu saja aku masih sangat menyukai kue buatan Nenek.”

Mereka pun segera masuk ke dalam rumah sederhana itu. Bintara duduk di sofa dengan perasaaan lapang melihat tampilan rumah yang tak pernah berubah sejak satu tahun yang lalu ketika ia diam-diam mengunjungi rumah kakek dan neneknya. Selain ibunya, kakek dan neneknya adalah orang yang paling berharga yang sangat Bintara sayangi.

Sementara neneknya membuat kue di dapur, Bintara merebahkan tubuhnya di sofa panjang itu. Tak begitu empuk, tetapi memberikan rasa nyaman yang sangat Bintara rindukan.

Tiba-tiba dari arah luar terdengar suara beberapa orang dan salah satu dari suara itu adalah suara kakeknya. Lekas Bintara keluar dari rumah untuk melihat ke arah luar.

“Kakek! Apa yang terjadi padamu, Kek?’’ Bintara langsung menghampiri kakeknya yang dirangkul oleh dua orang pria tua. Kaki sang kakek terlihat berbalut perban putih.

“Tadi waktu ingin ke pasar, kami tak sengaja melihat Pak Tama diserempet oleh sebuah mobil hitam yang melaju dari arah Barat. Jika dilihat, ini sebuah kesengajaan karena Pak Tama sudah berjalan di pinggir sekali,” tutur salah satu pria yang membantu kakeknya.

Bintara berdecak dalam hati, tangannya mengepal kuat begitu tahu ada seseorang yang berani-berani melukai orang yang ia sayangi. Sejak kejadian tiga tahun lalu, Bintara bertekad tak akan membiarkan orang-orang yang ia sayangi menderita atau dilukai orang lain.

“Terima kasih atas bantuan kalian, Pak,” ucap Bintara mengambil alih kakeknya. Bintara menoleh pada Erdo yang berdiri tak jauh dari mereka. “Erdo, tolong kau beri mereka imbalan terima kasih,” titahnya yang langsung diangguki oleh Erdo.

Bintara membantu kakeknya masuk ke dalam rumah dan membawa kakeknya ke kamar. Kakek Tama menolak ketika Bintara mencoba merebahkan tubuh rentahnya. Beliau lebih memilih duduk dengan kaki menjuntai ke bawah.

“Kapan kau datang, Kelvin? Nenekmu pasti sangat sibuk di dapur, bukan?” Kakek Tama tersenyum bahagia menatap Kelvin yang berdiri di hadapannya. “Kakek tak menyangka kau tumbuh dengan begitu cepat. Tapi sayang tanpa kasih sayang ibumu,” imbuhnya dengan raut wajah mendadak sendu.

Bintara berjongkok di hadapan kakeknya sambil menggenggam tangan keriput itu dengan hangat. “Aku hidup bahagia dan makan yang baik tanpa ibu. Jadi aku berharap kalian berdua juga melakukan yang sama. Jika berkenan, aku kembali menawarkan Kakek dan nenek agar tinggal di mansionku. Kalian akan terjamin keamanan di sana. Dunia luar dan orang-orang sekitar kita begitu kejam, Kek.”

Kakek Tama tersenyum sambil menggeleng. “Nenekmu tak akan bersedia, Kelvin. Dia tak akan meninggalkan rumah yang sangat berharga ini. Kau tenang saja, kami bisa menjaga diri.”

“Kakek bahkan terluka hari ini. Kakek dengar sendiri apa kata orang tadi? Mereka melihat seseorang dalam mobil itu sengaja menyerempet Kakek. Itu berarti ada seseorang yang memang ingin melukai Kakek,’’ cetus Bintara menatap kakeknya dengan tatapan memelas.

“Kakek tak apa. Cepat kau datangi nenekmu di dapur. Dia sangat senang jikalau cucu kesayangannya membantu pekerjaannya,” titah Tama mengalihan pembicaraan.

Bintara menyerah, ia mengangguk patuh dan segera meninggalkan kamar kakeknya. Saat ia berada di luar kamar, mata Bintara menajam menatap ke arah luar dengan pikiran tertuju akan sesuatu.

“Aku tahu ini perbuatanmu, Tuan David. Lihat saja apa yang akan aku lakukan untuk membalasmu.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 108. CINCIN PERMATA [ENDING]

    Bintara dan Viona melanjutkan makan malam mereka yang tertunda, membiarkan Rusmini dan David entah langsung pulang atau mengunjungi tempat lain. Setelah sekian lama Viona sudah tak melihat wajah bahagia yang polos kekasihnya. Terakhir ia lihat ketika zaman sekolah SMA dulu.“Kau ingat hari pertama kali kita menjadi sepasang kekasih? Aku yang menyatakan cinta lebih dulu,” sindir Viona tersenyum geli.Tentu saja Bintara merasa terlukai harga dirinya. Ia menatap malas Viona yang sedang menertawakannya. “Itu karena aku sadar diri. Dulu aku tak setampan ini dan memiliki banyak kekurangan. Aku tuli dan penyakitan. Aku juga bukan anak yang diharapkan oleh ayahku. Jadi kepercayaan diriku lenyap karena itu. Aku sungguh tak menduga bagaimana bisa kau menyukaiku yang dulu? Jika aku yang dulu adalah aku yang sekarang, sangat wajar kau menyukai pria tampan, hebat, dan mapan ini,” tutur Bintara yang awalnya merendahkan diri berakhir membanggakan diri. Viona berdecih mendengarnya.“Itu karena kau or

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 107. MAUKAH KAU?

    Bintara berdesis saking gemasnya dengan kelakuan Viona yang ternyata hadir ke kampus. Siang ini Bintara menjemput kekasihnya itu sekalian meminta penjelasan mengapa kekasihnya itu tak mendengarkan saran darinya.“Halo, Sayang aku!” Viona langsung memeluk Bintara yang tak membalas pelukannya.“Mengapa kau tak menurutiku?” Pertanyaan dingin dari Bintara membuat Viona melepaskan pelukan itu dengan tampang cemberut.“Hari ini ada test penting. Aku harus hadir ke kampus, Bin. Lagipula aku sudah tak apa. Kau jangan terlalu khawatir seperti ini. Yang harus kau khawatirkan adalah keadaan perutku, aku sangat lapar,” ucap Viona sedikit merengek.“Merengek memang andalanmu,” sahut Bintara berjalan lebih dulu ke arah mobilnya. Ia tetap membukakan pintu untuk Viona walau tak menunggu gadis itu masuk langsung berjalan ke arah pintu mobil bagian kemudi.Bintara menjelankan mobil meninggalkan kampus Viona. Tujuan mereka adalah sebuah restaurant ala Korea yang tak jauh dari kampus Viona. Bintara memes

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 106. PERMINTAAN BINTARA

    Rusmini telah pulang ke rumahnya, begitu pun dengan David. Sore ini Viona sudah diperbolehkan pulang, hanya saja ia menunggu infus habis. Bintara dengan setiap menungguinya.“Vi, apa menurutmu baiknya Ibu kembali pada ayah? Mendengar ayah akan pergi ke Paris dan memutuskan untuk menyendiri, rasanya aku juga merasakan kesepian yang ayahku rasakan. Ketulusan ayah juga tampak ketika ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah bercerai dengan ibumu,” lontar Bintara sembari mengupas buah apel.“Kalau menurutku … lebih baik persatukan mereka lagi, Bin. Walau aku tak begitu dekat dengan ibumu, tapi entah mengapa aku bisa melihat bahwa ibumu masih menyimpan perasaaan pada ayahmu. Hanya saja ibumu mempertimbangkan banyak hal hingga tak ingin menuruti kemauan hatinya. Salah satunya juga trauma yang ibumu miliki, Bin. Ibumu pasti takut jikalau ayahmu kembali seperti yang dulu dan menyakiti kalian lagi. Maka jalan satu-satunya yang bisa kau ambil adalah menyakinkan ibumu bahwa pemikiran buruk

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 105. SINDIRAN SOAL PERNIKAHAN

    Laras tertangkap saat mencoba melarikan diri ke luar kota bersama dengan anak buahnya. Berita tentang penangkapan itupun masuk berita pada pagi hari ini. Viona dan Bintara menatap layar televisi di rumah sakit. Tampak Laras dengan tampilan berantakan diborgol polisi. Tatapan wanita itu sangat kosong dan tubuhnya sangat lesu. Viona sudah mengetahui hal itu sejak ia bersama dengan ibunya di mobil.“Ibu pasti sangat tertekan hingga mentalnya terguncang. Ibu sangat mengerikan ketika membentakku di mobil waktu itu. Sorot matanya tak wajar, antara takut dan juga marah yang membumbung tinggi.” ungkap Viona.Bintara mengusap pundak kekasihnya dengan lembut dan memeluknya dari samping. “Mungkin kau sedih melihat ibuku seperti itu, Sayang. Tapi itulah yang terbaik untuk ibumu. Tak ada yang bisa mengendalikan ibumu selama ini. Dia terus saja membuat rencana-rencana jahat yang merugikan keluargaku, aku, dan juga dirimu. Aku tak ingin menyaksikan dan merasakan kesakitan keluargaku lagi karena dia,

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 104. MENGANCAM NYAWA

    Viona tak tahu kemana ia akan dibawa, tetapi ibunya terlihat sangat tenang. Walau bersama sang Ibu, tetapi Viona merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Apakah ini normal? Mengapa ia justru merasa tak akan ketika bersama dengan ibunya sendiri? Viona menoleh ke belakang, tampak sebuah mobil mengikuti mereka. Bukan mobil Bintara, tetapi mobil anak buahnya.“Bu, sepertinya kita diikuti,” ucap Viona.“Tenang, Viona. Anak buah ibu adalah mantan pembalap dulunya. Dia lihai untuk menghindari kejaran itu. Kau tenang saja, mereka tak akan menemukan kita setelah ini,” sahut Laras tersenyum penuh arti.“Memangnya kita akan ke mana, Bu?”“Tentu saja ke tempat yang tenang dan tak ada siapapun yang dapat menemukan kita,” sahut Laras.“Mengapa tak ke kantor polisi saja? Mereka tak akan macam-macam kalau kita ke kantor polisi, Bu,” ucap Viona memberi saran.“Diam kau, Viona! Jangan sekali-sekali kau sebut nama tempat itu! Ibu tak ingin mendengar tempat terkutuk itu!” Hardik Laras dengan tatapan tajam

  • TAK TERDUGA, PRIA TULI ITU KAYA RAYA   BAB 103. HASUTAN LARAS

    Usai membayar ganti rugi, Laras pun dibebaskan oleh polisi. Ia keluar dari kantor polisi dengan keadaan yang berantakan. Tatapannya kosong, eyeliner-nya luntur, dan rambutnya berantakan. Laras tak peduli dengan tatapan orang-orang padanya. Sesaat dirinya seperti tak memikirkan apa-apa, lalu tiba-tiba ia teringat kembali dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Bagaimana bahagianya ia berselfi dengan David, kedatangan Hendrik yang tiba-tiba merusak suasana, dan hadirnya Bintara yang menjadi akhir dari hubungan dengan suaminya.“Semua ini gara-gara Bintara! Dia pasti telah menyusun rencana ini untuk menghancurkan hidupku! Cih, baiklah. Lihat bagaimana aku bisa menghancurkan hidupmu Bintara! Lihat! Aku bahkan tak peduli meski harus mengorbankan putri Marvin itu!”Laras memesan taksi. Ia menunggu di pinggir jalan dengan berbagai rencana yang saling berlalu lalang di kepalanya. Berbagai kemungkinan buruk pun terbayang-bayang. Apa yang akan dilakukan David setelah ini? Menceraikannya atau

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status