Mendapatkan pengobatan terbaik untuk adiknya adalah kebahagiaan tersendiri bagi Jovanka. Tak menginginkan hal lain kecuali kesembuhan adik nya.
Walau ada yang harus di bayar untuk itu, yaitu menikahi pria yang baru saja ia kenal dan menjadi istri sekaligus pengasuh Pria tampan itu. Kabar baik nya, setelah beberapa adiknya itu tak sadarkan diri. Akhirnya membuka kedua matanya saat Jovanka kembali dari pertemuan nya dengan Jonas. Dan besok, tepat di hari Minggu adalah hari pernikahan nya dengan Jonas. Dan kehidupan nya yang baru akan segera dimulai. "Besok kakak pergi sebentar ya, kamu disini nanti ada yang temani." Ucap Jovanka pada adik laki - laki nya, Gabriel. Gabriel masih berusia 14 tahun, memiliki sifat pendiam karna memang Jovanka lah teman satu - satunya berbicara. "Iya, Kak. Kakak hati-hati kalau keluar. Aku hanya punya kakak." Ucap Gabriel pelan, mata nya selalu memancarkan kasih sayang yang besar untuk kakak perempuan nya. "Kakak akan selalu ingat pesan kamu," ujar Jovanka tersenyum manis sembari mengelus lembut kepala adiknya. "Apakah masih sakit?" Tanya Jovanka dengan nada lembut dan dibalas gelengan kepala oleh Gabriel. "Udah lumayan kak, Terimakasih karena begitu sabar menjagaku. Aku berjanji akan segera sembuh, Kak." Kedua kakak beradik itupun saling berpelukan, merasa bersyukur karena masih ada anggota keluarga yang tersisa bagi mereka. Dan untuk kebutuhan Jovanka menikah besok sudah dipersiapkan semuanya. Dirinya hanya tinggal datang untuk di hias besok pagi. Melaksanakan Janji suci pernikahan di pagi hari, karena itulah permintaannya agar dirinya masih memiliki waktu menemani adik nya di rumah sakit. Setelahnya ia akan menjadi istri sekaligus pengasuh Jonas. Entah bagaimana ia nanti menjelaskan pada adiknya itu. ****** Tak terasa waktu yang di tunggu-tunggu pun telah tiba. Kini kedua mempelai sudah berada di atas Altar Pernikahan. Sedari tadi Jovanka tak berani mengangkat wajahnya, jadi sudah di pastikan kalau gadis itu merasa gugup. Terlebih tadi ia sempat menatap sosok Jonas yang terlihat berkali lipat lebih tampan walau berada di atas kursi roda. Sementara Jonas, tatapan nya tak teralihkan dari wajah cantik Jovanka. Bahkan sangat cantik menurut nya. Setelah beberapa saat acara yang di nantikan Mereke semua pun akhir nya dimulai dengan Janji pernikahan. Sang pastor pun berdiri di antara kedua mempelai dan menanyakan kesediaan kedua mempelai tersebut. "Kini tibalah waktunya untuk mengucapkan Janji Pernikahan." "Saudara Jonas Rivanno Smith, Bersediakah Saudara meresmikan perkawinan ini dengan sungguh dan ikhlas hati?" "Ya, Sungguh." Jawab Jonas suara Tegas. Jovanka yang mendengar nya pun di buat gugup, padahal tadi dirinya sudah merasa sangat siap. "Bersediakah Saudara mengasihi dan menghormati istri Saudara Seumur hidup?" "Ya, saya bersedia." "Bersediakah Saudara menjadi Bapak yang baik bagi anak-anak yang di Percayakan Tuhan kepada saudara dan mendidik nya menjadi umat yang setia?" "Ya, saya bersedia." Setelah Pastor mendapatkan jawaban yang penuh dengan kesungguhan dari mempelai Pria. Kini giliran sang mempelai wanita yang akan ia tanyakan kesungguhan nya. "Jovanka Norabella Abraham Bersediakah Saudari meresmikan perkawinan ini dengan sungguh dan ikhlas hati?" Perasaan Jovanka semakin tak karuan, mau meminta kekuatan pun ia tak memiliki kenalan disana. Namun entah mengapa ia malah mengalihkan tatapan nya ke bangku jemaat dimana sosok yang akan menjadi Ibu mertua nya berada. Melihat wanita paruh baya itu mengangguk membuat nya menarik nafas dalam -dalam. "Ya, Sungguh." Jawab Jovanka dengan suara bergetar pelan. "Bersediakah Saudari mengasihi dan menghormati Suami Saudari Seumur hidup?" "Ya, Saya Bersedia." Suara gadis itu mulai terdengar normal, namun degup jantung nya kian berdebar kencang. "Bersediakah Saudari menjadi Ibu yang baik bagi anak-anak yang di Percayakan Tuhan kepada saudari dan mendidik nya menjadi umat yang setia?" Mendengar kata anak membuat Jovanka tertegun, bukankah pernikahan mereka tak akan sampai kesana. Tapi dengan cepat gadis itu tersadar dan menjawab pertanyaan Sang Pastor. "Ya, Saya Bersedia." Jawab Wanita itu bersamaan dengan hembusan nafas lega dari kedua orang tua Jonas dan jemaat yang hadir. Terlihat di bagian bangku jemaat paling depan, Delisa sebagai Ibu kandung Jonas meneteskan air mata bahagia. Ia berharap kalau ini menjadi awal kebahagiaan putranya. "Silahkan menyematkan cincin pernikahan saudara berdua." Ujar Sang Pastor memberikan kotak persegi berwarna merah ke tangan Jonas. Jovanka yang tadinya berdiri pun merendahkan tubuh nya, sementara Jonas tak merasa tersinggung atas perlakuan istri nya itu. Keduanya saling menyematkan cincin di jari manis pasangan nya. Tak terduga Jonas menarik sedikit sudut bibir nya ke atas. Sementara Jovanka hanya menatap sendu pada cincin yang melingkar di jari manis nya. Semua nya ia lakukan demi kesembuhan adiknya. Setelah serangkaian Janji pernikahan selesai, kini kedua orang tua Jonas dan beberapa Jemaat yang hadir memberikan selamat pada pengantin baru tersebut. "Selamat bergabung dikeluarga kami Nak, mulai sekarang jangan sungkan untuk membicarakan apapun dengan Mommy maupun yang lain hmm." Delisa dengan lembut mengelus pundak sang menantu. Jovanka yang mendapatkan perlakuan lembut itu sontak mengulas senyum manis. Rasanya menikah dengan orang yang tak ia kenal adalah mimpi, terlebih untuk pengobatan adiknya. Dan ia bersyukur karena mendapatkan mertua yang begitu baik dan lembut. Ia berharap kalau pria yang baru saja menjadi suaminya itu bukan orang yang kejam."Maaf Jovan, aku tak jadi menjemputmu," ucap Jonas berusaha tersenyum, pria itu baru saja kembali setelah selesai makan malam.Jovanka yang mendengar perkataan suami nya pun mengulas senyum manis dan mendekati pria itu."Tak apa Jonas, kau sudah makan malam? kalau belum aku panaskan makanan untukmu," tanya Jovanka dengan nada lembut."Aku sudah makan, sebaiknya kita kekamar saja aku sudah mengantuk," ujar Jonas yang diangguki oleh Jovanka.Jonas merengkuh pinggang istrinya dari samping, menaiki lift agar lebih cepat sampai dilantai kamar mereka. Begitu sampai dikamarnya, Jonas masuk kedalam kamar mandi, dan Jovanka pun ke walk in closet mengambil pakaian ganti untuk suaminya, membawanya keluar meletakkan diatas ranjang.Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka."Terimakasih Jovan," hal yang tak pernah dilupakan oleh pria itu sejak beberapa bulan hubungan mereka terjalin baik.Jovanka hanya membalas nya dengan senyum serta anggukan samar. Turut membantu suaminya menautkan kancing
"Ayolah Mom,,, kenapa harus pergi lagi sih," Jovanka merengek pada Delisa yang sudah empat bulan lamanya kembali dari luar negeri, kali ini wanita itu akan pergi lagi. "Sayang,,, Mom percayakan Jonas sama kamu, Mom juga berharap kalian selalu bahagia walau Mom dan David tak ada disini," ujar Delisa mengelus lembut wajah menantunya. Jovanka yang mendengar itu pun tetap memasang wajah sedih dan murung, beberapa bulan bersama Delisa sejak hubungan nya membaik dengan Jonas adalah hal yang membahagiakan. Delisa semakin memberikan kasih sayang yang sudah lama tak ia dapatkan, tak jauh berbeda Jovanka pun semakin dekat dengan David. Tapi kini wanita itu akan kembali pergi bersama ayah mertuanya dan memilih tinggal diluar negeri dalam waktu yang cukup lama. "Mom,, aku akan terus bersama Jonas, tapi jangan terlalu lama disana Mom, kami juga membutuhkan kalian disini," ucap Jovanka tetap memasang wajah sedihnya. "Kalian bisa berkunjung kesana sayang, Mom sudah lama ingin menghabiskan
Dibelahan bumi lainnya, seorang wanita dengan tatapan mata yang tajam menatap selembar foto yang berisikan foto seseorang. Tak ada raut wajah bahagia, yang ada hanya tatapan kebencian yang tak tau darimana asal nya. "Aku akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi milikku," ucapnya bergumam tanpa mengalihkan pandangan dari foto yang dipegangnya. Wanita itu tersentak kala pintu kamar dibuka dari luar, buru-buru memasukkan selembar foto itu kedalam laci nakas samping ranjang. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya seorang pria dengan tatapan menyelidik. "Tak ada, aku hanya merasa bosan," jawab wanita itu tersenyum manis, berdiri dari duduk nya dan mengecup bibir pria yang ada dihadapan nya. "Kau tak merencanakan sesuatu kan?" tanya pria itu dengan tatapan memicing, sehingga membuat wanita itu menghela nafas berat. "Dengar Gelya, jangan sekalipun merencanakan sesuatu dibelakangku, jika tidak kau akan tau akibat nya," ucap pria itu menarik ujung dagu wanita bernama Gelya itu
"Jovan," panggil Jonas pada sang istri yang sedang berkutat di depan meja rias. Jovanka menoleh dengan mengulas senyum dan bertanya."Kau butuh sesuatu Jonas?""Tidak, kau sudah selesai? jika sudah kemarilah, ada yang ingin aku perlihatkan padamu," ujar Jonas yang di angguki oleh Jovanka."Sebentar, Ok," Jonas mengangguk mendengar balasan dari sang istri. Jovanka melakukan kegiatan skincare routine, begitu selesai wanita itu langsung menghampiri suami nya naik ke atas ranjang.Jonas membuka laci nakas yang berada di samping ranjang, mengambil map berwarna coklat dari dalam sana dan memberikan nya pada Jovanka.Jovanka tak melakukan apapun hanya menatap pada suami nya dan map itu bergantian. Yang berada di dalam otak mungil nya saat ini, jika map itu berisikan surat perceraian nya dan Jonas."Jonas, i-ini apa?" tanya Jovanka tergagap menarik nafas dalam-dalam."sesuatu dari bagian yang kau inginkan, kau harus membuka nya sendiri," jawab Jonas, mau tak mau pun Jovanka mengambil map ter
[Halo Nak~] Suara lembut mendayu itu begitu nyaman di dengar oleh Jonas dan Jovanka, begitu pula dengan senyuman bahagia di wajah Delisa di layar ponsel tersebut. "Halo Mom, Mom apa kabar? semuanya baik-baik saja kan?" Tanya Jonas menatap lekat wajah sang Mommy yang ada di layar tersebut. [Mom sehat Nak, semuanya baik-baik saja. Bagaimana keadaan kalian disana, kau bahagia sayang?] Pertanyaan itu ditujukan Delisa untuk menantunya yang terlihat di layar ponsel nya juga. "Vanka bahagia Mom," jawab Jovanka dengan mengulas senyum lebar. "Dia pasti bahagia Mom, dan lagi dia itu merindukanmu makanya aku menghubungi mu," imbuh Jonas yang mendapatkan tatapan memicing dari sang Mommy. [Oh jadi kalau bukan karna menantu Mom, kau tak akan menghubungi Mom begitu. Kau benar-benar ingin jadi anak durkaha!] Seru Delisa yang dibalas kekehan oleh Davin. "Bukan seperti itu Mom, akhir-akhir ini aku sangat sibuk dengan urusan kantor. Dan lagi sekarang Jovan juga ikut bersamaku ke perusahaan,"
"Kau dengarkan kata Dokter tadi, kau akan segera sembuh. Tapi kau juga harus tetap berlatih dan aku akan selalu membantumu Jonas." Jovanka mengatakan hal tersebut setelah mereka bertemu dengan Dokter yang menangani Jonas. Mereka pergi memeriksa keadaan Jonas sekaligus melakukan terapi agar kaki pria itu kembali sembuh. Kenyataan nya selama ini Pria itu hanya berlarut dalam kesedihan nya sehingga tak memiliki semangat untuk sembuh. Namun kini semenjak kehadiran Jovanka, Ia ingin segera berjalan kembali. Terlebih orang tuanya tak berada bersama mereka, Jonas berfikir tak seharusnya ia terus menerus merepotkan istri nya. Jonas pun ingin membangun kehidupan baru bersama istri nya itu. "Ya ya aku mengerti Jovan, terimakasih selalu ada untukku." Ucap pria itu dengan mengelus pipi sang istri. "Sudah jadi kewajiban ku Jonas, sekarang kita akan kemana? ke kantor atau pulang dulu?" Tanya wanita itu menatap sang suami. "Kita kembali saja, hari ini kita tak perlu ke kantor. Lagipula ak