Jovanka harus mengakhiri masa lajangnya demi pengobatan adiknya yang sakit-sakitan. Menikahi pria lumpuh dan menjadi istri sekaligus perawat bagi pria itu. Kisah perjalanan yang awalnya mulus harus berakhir karena kedatangan masalalu Jonas, suami Jovanka. Lalu bagaimana dengan kehidupan Jovanka? haruskah ia bertahan atau mengakhiri hubungan nya bersama Jonas? Terus pantau update terbaru dari kisah ini,, let's see đź‘€
View MoreJovanka adalah seorang gadis berusia 20 tahun, yang hidup di kontrakan sempit dan harus banting tulang untuk biaya pengobatan adik nya yang sakit-sakitan.
Hari ini adalah hari tersial bagi Jovanka karna dirinya dipecat dari pekerjaannya. Dan pihak rumah sakit pun tak bisa memberikan keringanan baginya. "Dokter, saya mohon jangan hentikan pengobatan adik saya. Jangan lakukan itu Dokter, saya berjanji akan segera melunasinya." Mohon Jovanka dengan menangkup kedua tangan nya di dada. "Maafkan saya Nona, ini semua sudah jadi kebijakan Rumah Sakit. Kami tak bisa memberikan keringanan lagi." Ujar Dokter berusia sekitar 40 tahunan itu sedikit menunduk . "Bagaimana dengan adikku," Lirih Jovanka dengan kepala menunduk . Rasanya ia tak dapat melakukan apa-apa lagi, sudah banyak yang ia kerjakan untuk mendapatkan biaya pengobatan adik nya. Tapi nyatanya tak akan bisa menutupi biaya pengobatan adik nya. Adik nya yang mengidap kanker otak selalu bolak balik Rumah sakit. Sementara kedua orang tua mereka sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dan beberapa hari lalu saat ia pulang ke kontrakan setelah bekerja, ia mendapati adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri. Gadis itu terpaksa membawa kembali adiknya kerumah sakit dan hanya Jovanka lah yang menanggung biaya kehidupan dan juga pengobatan adiknya itu. Bibir wanita itu bergetar hingga tak lama kemudian terdengar suara Isak tangis. Tubuh nya merosot ke bawah dan menenggelamkan wajahnya di kedua paha. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menghampiri nya dan memberikan sebuah kartu nama. Jovanka tak langsung mengambil kartu nama itu karena masih dilanda kebingungan. "Kami dari Yayasan yang bekerja sama dengan Rumah sakit, terkait masalah anda kami akan memberikan bantuan dana. Anda bisa temui pemimpin kami lebih dulu Nona." Ujar Pria berpakaian rapi dengan ramah. "Anda bukan sedang bercanda kan Tuan? ini benar kan?" Sangkinkan senang nya Jovanka sampai memegang kedua tangan Pria itu. "Ya Nona." Jawab Pria itu dengan tegas dan langsung melepaskan genggaman tangan Jovanka. "Kapan saya akan menemui Pemimpin anda?" Tanya Jovanka dengan raut wajah penasaran. Sungguh ini adalah kabar baik bagi dirinya yang sedang putus asa memikirkan biaya pengobatan adiknya. Terlebih adiknya hanya sampai besok pagi saja boleh tinggal disana, setelah itu harus meninggalkan rumah sakit lantaran ia tak dapat membayar tagihannya. "Silahkan ikuti saya, Nona." Ujar Pria tersebut dan berjalan lebih dulu mengarahkan jalan pada Jovanka. Jovanka melangkah hingga memasuki salah satu ruangan, yang pastinya bukan ruang rawat. Di dalam sana seorang pria paruh baya dengan seorang pria yang berdiri di depan pintu. "Silahkan duduk, Nona." Ucap Pria itu. "Perkenalkan, nama saya David." Jovanka yang tadinya sudah sangat percaya diri berubah menjadi sedikit takut. Terlebih raut wajah orang yang ada di dalam sana sungguh menakutkan baginya. "Jangan khawatir, Nona. Saya disini hanya ingin menawarkan kerjasama dengan Anda." Jovanka mengerjapkan matanya, merasa bingung dengan keadaan saat ini. Bukankah tadi dia mendapat tawaran dari salah satu Yayasan, lalu mengapa menjadi kerja sama? Bahkan dirinya tak memiliki apapun untuk di kembangkan. "Tapi saya tidak punya apa-apa, Tuan." Ucap Jovanka pelan menatap sebentar ke arah David lalu kembali menundukkan kepalanya. Mendengar ucapan gadis dihadapan nya itu tak ayal membuat pria itu terkekeh. "Saya tak menginginkan apapun kecuali dirimu."Tubuh Jovanka menegang mendengar ucapan Pria paruh baya di hadapan nya ini.
"Bukan untuk saya, tapi untuk putra saya." Lanjut David dengan cepat. "Putra?" Beo Jovanka. "Saya ingin memberi penawaran. Kau menikah dengan putraku dan seluruh biaya pengobatan dan kehidupan adikmu akan kupenuhi." Ucap David dengan Tegas. Kedua mata Jovanka tampak berkaca-kaca, dirinya sangat membutuhkan uang. Bukan untuk kesenangan tapi hanya untuk kelangsungan hidup adiknya. Ia tak ingin jika keluarga satu-satu nya yang ia miliki pergi meninggalkan nya. Namun haruskah ia menerima tawaran pria paruh baya yang di hadapan nya ini. "Ron, berikan kontrak kerjasamanya," Seorang pria yang menjadi tangan kanan David pun mendekat dan memberikan lembaran kertas di hadapan Jovanka. "Silahkan kau baca terlebih dulu, Jika ada yang tak berkenan di hati mu silahkan di tolak." Ujar David. Dirinya tak akan membuat poin-poin yang kiranya tak masuk akal. Karena yang ia ingin kan hanya orang yang akan merawat putra nya. Namun jika takdir cinta datang di antara keduanya, dirinya pun tak akan melarang hal tersebut. Pastinya pun dia sudah mencari tahu tentang kehidupan Jovanka sebelum membuat penawaran ini. Jovanka membaca satu persatu kata yang ada di sana, tak ingin melewatkan satu hal apapun. karna tak ingin mendapatkan masalah dikemudian hari lantaran kontrak kerjasama itu. "Tapi adik saya akan tetap mendapatkan perobatan kan Tuan?" Tanya Jovanka memastikan. "Ya, setelah kau tanda tangan kontrak ini. Adik mu akan kembali mendapatkan pengobatan nya dan jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan begitu kau menikah dengan putra ku, kau akan mendapatkan tempat tinggal yang nanti nya akan ditinggali adik mu." Ujar David panjang lebar. Tanpa memikirkan dan menunda-nunda lagi. Jovanka membubuhi kertas tersebut dengan tanda tangan nya. Tentu saja David mengulas senyum bahagia melihat nya. Bukan menganggap gadis ini bodoh, tapi ia merasa kagum dengan keberanian gadis ini dalam mengambil tindakan. "Ron, pindakah ruang rawat adik nya ketempat yang lebih baik dan berikan pengobatan terbaik." Perintah David pada tangan kanan nya dengan tegas. Lalu, David kembali kepada Jovanka. "Tiga hari lagi kalian akan menikah, di Gereja milik keluarga kami. Tak perlu memikirkan hal apapun, karna semuanya akan kami penuhi" Ujar David tersenyum tipis."Maaf Jovan, aku tak jadi menjemputmu," ucap Jonas berusaha tersenyum, pria itu baru saja kembali setelah selesai makan malam.Jovanka yang mendengar perkataan suami nya pun mengulas senyum manis dan mendekati pria itu."Tak apa Jonas, kau sudah makan malam? kalau belum aku panaskan makanan untukmu," tanya Jovanka dengan nada lembut."Aku sudah makan, sebaiknya kita kekamar saja aku sudah mengantuk," ujar Jonas yang diangguki oleh Jovanka.Jonas merengkuh pinggang istrinya dari samping, menaiki lift agar lebih cepat sampai dilantai kamar mereka. Begitu sampai dikamarnya, Jonas masuk kedalam kamar mandi, dan Jovanka pun ke walk in closet mengambil pakaian ganti untuk suaminya, membawanya keluar meletakkan diatas ranjang.Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka."Terimakasih Jovan," hal yang tak pernah dilupakan oleh pria itu sejak beberapa bulan hubungan mereka terjalin baik.Jovanka hanya membalas nya dengan senyum serta anggukan samar. Turut membantu suaminya menautkan kancing
"Ayolah Mom,,, kenapa harus pergi lagi sih," Jovanka merengek pada Delisa yang sudah empat bulan lamanya kembali dari luar negeri, kali ini wanita itu akan pergi lagi. "Sayang,,, Mom percayakan Jonas sama kamu, Mom juga berharap kalian selalu bahagia walau Mom dan David tak ada disini," ujar Delisa mengelus lembut wajah menantunya. Jovanka yang mendengar itu pun tetap memasang wajah sedih dan murung, beberapa bulan bersama Delisa sejak hubungan nya membaik dengan Jonas adalah hal yang membahagiakan. Delisa semakin memberikan kasih sayang yang sudah lama tak ia dapatkan, tak jauh berbeda Jovanka pun semakin dekat dengan David. Tapi kini wanita itu akan kembali pergi bersama ayah mertuanya dan memilih tinggal diluar negeri dalam waktu yang cukup lama. "Mom,, aku akan terus bersama Jonas, tapi jangan terlalu lama disana Mom, kami juga membutuhkan kalian disini," ucap Jovanka tetap memasang wajah sedihnya. "Kalian bisa berkunjung kesana sayang, Mom sudah lama ingin menghabiskan
Dibelahan bumi lainnya, seorang wanita dengan tatapan mata yang tajam menatap selembar foto yang berisikan foto seseorang. Tak ada raut wajah bahagia, yang ada hanya tatapan kebencian yang tak tau darimana asal nya. "Aku akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi milikku," ucapnya bergumam tanpa mengalihkan pandangan dari foto yang dipegangnya. Wanita itu tersentak kala pintu kamar dibuka dari luar, buru-buru memasukkan selembar foto itu kedalam laci nakas samping ranjang. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya seorang pria dengan tatapan menyelidik. "Tak ada, aku hanya merasa bosan," jawab wanita itu tersenyum manis, berdiri dari duduk nya dan mengecup bibir pria yang ada dihadapan nya. "Kau tak merencanakan sesuatu kan?" tanya pria itu dengan tatapan memicing, sehingga membuat wanita itu menghela nafas berat. "Dengar Gelya, jangan sekalipun merencanakan sesuatu dibelakangku, jika tidak kau akan tau akibat nya," ucap pria itu menarik ujung dagu wanita bernama Gelya itu
"Jovan," panggil Jonas pada sang istri yang sedang berkutat di depan meja rias. Jovanka menoleh dengan mengulas senyum dan bertanya."Kau butuh sesuatu Jonas?""Tidak, kau sudah selesai? jika sudah kemarilah, ada yang ingin aku perlihatkan padamu," ujar Jonas yang di angguki oleh Jovanka."Sebentar, Ok," Jonas mengangguk mendengar balasan dari sang istri. Jovanka melakukan kegiatan skincare routine, begitu selesai wanita itu langsung menghampiri suami nya naik ke atas ranjang.Jonas membuka laci nakas yang berada di samping ranjang, mengambil map berwarna coklat dari dalam sana dan memberikan nya pada Jovanka.Jovanka tak melakukan apapun hanya menatap pada suami nya dan map itu bergantian. Yang berada di dalam otak mungil nya saat ini, jika map itu berisikan surat perceraian nya dan Jonas."Jonas, i-ini apa?" tanya Jovanka tergagap menarik nafas dalam-dalam."sesuatu dari bagian yang kau inginkan, kau harus membuka nya sendiri," jawab Jonas, mau tak mau pun Jovanka mengambil map ter
[Halo Nak~] Suara lembut mendayu itu begitu nyaman di dengar oleh Jonas dan Jovanka, begitu pula dengan senyuman bahagia di wajah Delisa di layar ponsel tersebut. "Halo Mom, Mom apa kabar? semuanya baik-baik saja kan?" Tanya Jonas menatap lekat wajah sang Mommy yang ada di layar tersebut. [Mom sehat Nak, semuanya baik-baik saja. Bagaimana keadaan kalian disana, kau bahagia sayang?] Pertanyaan itu ditujukan Delisa untuk menantunya yang terlihat di layar ponsel nya juga. "Vanka bahagia Mom," jawab Jovanka dengan mengulas senyum lebar. "Dia pasti bahagia Mom, dan lagi dia itu merindukanmu makanya aku menghubungi mu," imbuh Jonas yang mendapatkan tatapan memicing dari sang Mommy. [Oh jadi kalau bukan karna menantu Mom, kau tak akan menghubungi Mom begitu. Kau benar-benar ingin jadi anak durkaha!] Seru Delisa yang dibalas kekehan oleh Davin. "Bukan seperti itu Mom, akhir-akhir ini aku sangat sibuk dengan urusan kantor. Dan lagi sekarang Jovan juga ikut bersamaku ke perusahaan,"
"Kau dengarkan kata Dokter tadi, kau akan segera sembuh. Tapi kau juga harus tetap berlatih dan aku akan selalu membantumu Jonas." Jovanka mengatakan hal tersebut setelah mereka bertemu dengan Dokter yang menangani Jonas. Mereka pergi memeriksa keadaan Jonas sekaligus melakukan terapi agar kaki pria itu kembali sembuh. Kenyataan nya selama ini Pria itu hanya berlarut dalam kesedihan nya sehingga tak memiliki semangat untuk sembuh. Namun kini semenjak kehadiran Jovanka, Ia ingin segera berjalan kembali. Terlebih orang tuanya tak berada bersama mereka, Jonas berfikir tak seharusnya ia terus menerus merepotkan istri nya. Jonas pun ingin membangun kehidupan baru bersama istri nya itu. "Ya ya aku mengerti Jovan, terimakasih selalu ada untukku." Ucap pria itu dengan mengelus pipi sang istri. "Sudah jadi kewajiban ku Jonas, sekarang kita akan kemana? ke kantor atau pulang dulu?" Tanya wanita itu menatap sang suami. "Kita kembali saja, hari ini kita tak perlu ke kantor. Lagipula ak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments