Share

TAKDIR KEDUA
TAKDIR KEDUA
Penulis: ryanalexandra

PROLOG 1: A BROKEN HEARTED MAN

London, lima tahun yang lalu.

Seorang pria berjalan lesu didampingi pengacaranya memasuki sebuah ruangan di KBRI London. Hari ini, ia akan menandatangi surat perceraian dengan perempuan yang sudah menjadi istrinya selama empat tahun ke belakang. Rasa nyeri di hatinya tak dapat ia tampik begitu saja. Harapan akan pernikahan yang lekang hingga akhir hayat tak terwujud untuknya.

Kedua netra Dirga menatap kosong. Segala kenangan tentang perempuan yang terus saja menatapnya berkelebat tanpa jeda. Viona yang menemaninya melewati masa-masa terberat hidupnya. Viona yang selalu melompat ke pelukannya kala menyambut Dirga sepulang mencari nafkah. Viona yang menyukai kesendirian sewaktu kegelisahan menyapanya. Viona yang ketus saat hatinya terluka. Viona dengan wajah sendunya setiap kali melakukan uji kehamilan. Viona dengan semua masakannya yang memiliki rasa mengerikan, walaupun Dirga terpaksa harus menyantap sebelum tangisan perempuan itu menyapa telinganya. Viona yang segala baik dan buruknya sudah Dirga terima sejak empat tahun yang lalu.

Seorang perwakilan yang mengurus berbagai dokumen perijinan menyerahkan berkas perceraian pada Dirga dan Viona. Dirga tertunduk lesu, pandangannya nanar menatap lembaran dokumen di hadapannya, pun hatinya semakin pilu membayangkan beberapa menit ke depan ia akan resmi menyandang status duda. Sementara wanita di hadapannya masih saja meneteskan air mata, berharap talak yang sudah dilontarkan oleh pria yang sangat dicintainya tak ia teruskan dengan menandatangi berkas perceraian ini.

"Ada yang ingin disampaikan sebelum Bapak dan Ibu menandatangi berkas perceraiannya?" tanya Hadi, sang perwakilan KBRI yang bertanggung jawab pada pertemuan itu.

"Honey... Please, look at me! We still love each other, right? Semua rumah tangga pasti punya masalah masing-masing, tapi bukan berarti cerai adalah jalan keluarnya. Kita pasti bisa melewati ini."

Dirga geram. Semakin ia mendengar suara Viona membela diri, semakin ia membenci keadaan yang menjadi alasan perceraian mereka. Segera, ia membuka map di hadapannya, membaca baris demi baris kalimat yang tersaji di atas kertas putih itu.

Dirga memalingkan wajahnya menatap Ian — sahabat sekaligus pengacara pribadinya. Ian menepuk punggung Dirga lembut, tak mengatakan apapun, pun tak mengangguk ataupun menggeleng. Semua, adalah keputusan mutlak Dirga sendiri tanpa paksaan dan interfensi dari orang lain.

Dirga mengambil penanya. Ketika akan menandatangi berkas itu, Viona berlari ke arahnya, meletakkan tangannya di atas dokumen perpisahan mereka.

"Honey, please... Stop it! I can't live without you. Please...." tangis Viona pilu.

"Kamu mau aku menuntutmu?" tanya Dirga, tajam, geram menahan amarahnya. Tak sedikitpun hatinya iba melihat aliran air mata di wajah Viona.

Viona tergugu, takut melihat kebencian di mata Dirga. Ia menarik tangannya dari berkas itu. Sementara Dirga segera menggoreskan tanda tangannya pada lembar persetujuan.

'Selesai! Selesai sudah pernikahan ini. Welcome solitude!'

Dirga dan Ian tak menunggu apapun. Begitu semua urusan perceraian selesai, mereka segera melangkah pergi, meninggalkan Viona dan perwakilan hukumnya yang hanya bisa terdiam tanpa kata.

"Dirga! Dirga! Please..." panggil Viona seraya berlari kecil mengejar Dirga yang semakin jauh meninggalkannya. Viona meraih lengan mantan suaminya itu tepat ketika Dirga dan Ian melewati pintu keluar KBRI.

Viona berdiri di hadapan Dirga, masih mencengkram lengan Dirga. Hanya derai air mata yang terus mengalir. Dirga pun tak mampu mengendalikan diri, bulir bening pun ikut menetes dari kedua ujung netranya.

Dirga menarik Viona ke dalam pelukannya, erat merengkuh untuk sesaat. Ia melabuhkan kecupan hangat di puncak kepala mantan isterinya itu. Viona memandangnya sendu. Perempuan itu menarik tengkuk Dirga, berjinjit, melabuhkan kecupan di bibir Dirga, yang hanya membuat Dirga semakin terisak. Sakit, terlalu sakit bagi Dirga menerima semua ini. Di saat cintanya pada sang istri sedang begitu berkembang, justru pernikahannya harus kandas dengan cara yang terburuk.

"Kamu benar-benar menghancurkanku Vi..." isak Dirga.

"Honey... I love you. Just you. Please..." tangis Viona lagi.

Dirga mendorong Viona menjauh. Ia menghapus air matanya. Menarik nafas, menahan udara sesaat di paru-parunya, dan menghembuskan udara itu kembali secara perlahan, beberapa kali, berusaha mengendalikan emosinya.

"Jaga dirimu dan kandunganmu!" ucap Dirga tegas.

Dan pria itu pun segera melanjutkan langkahnya, meninggalkan Viona yang semakin tergugu pilu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
carsun18106
dirga jd nikahin viona juga ya despite kelakuan dia sejak sblm nikah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status