Home / Urban / TAKHTA BAYANGAN / Bab 10: Lingkaran Api

Share

Bab 10: Lingkaran Api

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2024-11-28 17:46:32

Malam itu, Dante duduk sendirian di ruang belakang markas mereka. Pikirannya penuh dengan kemarahan yang belum menemukan tempat untuk dilampiaskan. Wajah Victor Vasquez terus membayangi pikirannya, terutama senyum dingin pria itu yang penuh keyakinan akan kemenangannya. Dante tahu bahwa ancaman Victor tidak main-main.

Ketukan pelan di pintu mengalihkan perhatiannya. Elena masuk tanpa menunggu jawaban.

"Dante," katanya dengan nada lembut, "kau belum makan sejak tadi siang. Kau tidak bisa terus seperti ini."

"Aku tidak lapar," jawab Dante singkat, tetapi Elena tidak mundur. Ia mendekati Dante dan duduk di kursi di depannya.

"Apa yang sebenarnya ada di kepalamu?" tanya Elena, mencoba memahami kegelisahan Dante.

Dante menghela napas panjang. "Victor bukan hanya ancaman baru, Elena. Dia lebih dari itu. Dia seseorang yang tahu bagaimana mengendalikan permainan ini. Dan dia sudah tahu kelemahan kita sebelum kita sempat mengenalnya."

Elena memiringkan kepalanya, mencoba membaca emosi Dante yang terkubur dalam. "Kau takut dia akan melakukan sesuatu pada kita?"

"Aku takut dia akan memecah kita," jawab Dante. "Lihat apa yang dia lakukan hanya dengan beberapa pesan. Lorenzo dipertanyakan. Kau mulai meragukan segalanya. Dan aku..."

"Kau apa?" desak Elena.

"Aku tidak yakin bisa melindungi kita semua," jawab Dante akhirnya. Pengakuan itu terdengar seperti beban yang akhirnya terlepas, tetapi luka di hatinya justru semakin terasa.

Elena mengulurkan tangan, menyentuh tangan Dante di atas meja. "Kau bukan sendiri dalam hal ini. Kita semua di sini untuk berjuang bersamamu. Jangan biarkan Victor membuatmu merasa sendirian."

---

Pagi berikutnya, Lorenzo kembali ke markas dengan ekspresi gelisah. "Aku punya kabar buruk," katanya, melemparkan sebuah amplop ke atas meja.

Dante dan Elena segera memperhatikannya. Amplop itu berisi foto-foto Elena yang diambil secara diam-diam—saat dia berjalan pulang, saat dia berada di kafe, bahkan saat dia sedang berbicara dengan Dante di markas.

"Ini dari Victor," kata Lorenzo dengan nada rendah. "Dia ingin kita tahu bahwa dia selalu mengawasi."

Elena mengambil salah satu foto itu, tangannya gemetar. "Dia mengawasi kita sepanjang waktu?"

"Bukan hanya itu," tambah Lorenzo. "Ada pesan di dalam amplop. Dia mengancam akan mengekspos kita semua ke pihak berwenang jika kita tidak mundur."

Dante membaca pesan itu dengan rahang mengeras. 'Berhenti sekarang, atau rahasia kalian akan menjadi berita utama besok pagi.'

"Dia ingin kita takut," kata Dante akhirnya. "Dan dia menggunakan Elena untuk menekan kita."

Elena mendongak, matanya penuh kemarahan. "Dia pikir dia bisa membuat kita tunduk dengan ancaman murahan ini?"

"Itu bukan ancaman murahan," kata Lorenzo dengan nada serius. "Kalau dia benar-benar melakukannya, semua rencana kita hancur. Tidak hanya kita, tetapi semua orang yang bekerja dengan kita juga akan terkena dampaknya."

"Kita tidak bisa membiarkan dia mendikte kita," jawab Dante tegas. "Tapi kita juga tidak bisa mengabaikan ancamannya. Kita harus bergerak cepat."

---

Dante mengumpulkan semua orang malam itu. Tim kecil mereka berkumpul di ruang utama, wajah-wajah mereka tegang tetapi penuh tekad.

"Kita akan menyerang Victor," kata Dante tanpa basa-basi.

"Kau yakin itu langkah yang tepat?" tanya Lorenzo. "Dia punya kekuatan lebih besar dari yang kita tahu. Kalau kita tidak hati-hati, kita bisa kehilangan segalanya."

"Itulah kenapa kita akan membuat rencana yang tidak dia duga," jawab Dante. "Victor merasa dia sudah mengendalikan kita, tetapi dia tidak tahu apa yang kita miliki."

Elena menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa rencanamu, Dante?"

"Kita akan menciptakan kekacauan di bawah hidungnya," kata Dante. "Dia punya jaringan besar, dan kita akan menghancurkannya satu per satu. Tapi kita harus melakukannya dengan hati-hati. Kalau kita membuat langkah yang salah, dia akan membalas dengan kekuatan penuh."

---

Keesokan harinya, Dante dan timnya memulai operasi mereka. Target pertama mereka adalah salah satu gudang yang digunakan Victor untuk menyimpan barang-barang ilegalnya.

Elena dan Lorenzo memimpin tim kecil untuk menyusup ke dalam gudang itu. Di sana, mereka menemukan lebih dari yang mereka harapkan: selain senjata, ada dokumen-dokumen penting yang menunjukkan hubungan Victor dengan pejabat korup di kota.

"Ini bukti yang kita butuhkan," bisik Elena sambil mengambil foto dokumen itu. "Kalau kita bisa mengekspos ini, Victor akan kehilangan sebagian besar pengaruhnya."

Namun, misi mereka tidak berjalan mulus. Salah satu penjaga di gudang itu menyadari kehadiran mereka, dan pertempuran sengit pun terjadi.

---

Sementara Elena dan Lorenzo berusaha keluar dari gudang, Dante berada di markas memantau jalannya misi melalui komunikasi radio. Saat suara tembakan terdengar, hatinya berdegup kencang.

"Lorenzo! Elena! Apa yang terjadi?" teriak Dante melalui radio.

"Kami ketahuan," jawab Elena di sela-sela suara tembakan. "Tapi kami sudah mendapatkan dokumennya. Kami hanya perlu waktu untuk keluar."

"Jangan ambil risiko yang tidak perlu!" perintah Dante, tetapi ia tahu bahwa Elena tidak akan menyerah begitu saja.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, Elena dan Lorenzo akhirnya berhasil keluar dengan membawa dokumen-dokumen itu. Namun, Lorenzo terluka di lengan, dan wajah Elena menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang luar biasa.

---

Kembali ke markas, Dante membantu Lorenzo membersihkan lukanya sementara Elena duduk di sofa dengan napas yang masih tersengal.

"Kita berhasil," kata Elena dengan suara lemah. "Tapi ini baru permulaan."

Dante menatap dokumen-dokumen yang mereka bawa. Di sana terdapat nama-nama pejabat, lokasi-lokasi lain yang digunakan Victor, dan transaksi-transaksi gelap yang ia lakukan.

"Kita bisa menggunakan ini untuk menyerangnya," kata Dante dengan nada tegas. "Tapi kita harus berhati-hati. Victor tidak akan tinggal diam setelah ini."

Lorenzo mengangguk, meskipun wajahnya masih menunjukkan rasa sakit. "Kita harus bergerak cepat sebelum dia menyadari apa yang telah kita lakukan."

Dante tahu bahwa pertarungan mereka melawan Victor baru saja dimulai. Tetapi ia juga tahu bahwa dengan dokumen ini, mereka akhirnya memiliki senjata untuk melawan balik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 130

    Cahaya di altar itu semakin terang, seolah menyelimuti mereka dalam kabut keputus-asaan yang memaksa setiap langkah mereka untuk diambil dengan penuh perhitungan. Ayra bisa merasakan getaran di dalam tubuhnya, seperti sesuatu yang besar tengah berputar di luar kendali mereka. Ini adalah saat penentuan. Keputusan yang mereka buat akan mengubah segala hal.Dante, yang berdiri di sampingnya, menarik napas panjang dan menatap Ayra. "Apapun yang terjadi, kita sudah sampai di sini bersama. Apa pun konsekuensinya, kita akan hadapi."Ayra merasakan ketenangan dalam kata-kata Dante, meskipun hatinya sendiri berdebar keras. Mereka telah melewati begitu banyak rintangan, begitu banyak tantangan, namun apa yang ada di hadapan mereka ini masih penuh misteri. Adakah mereka benar-benar siap untuk keputusan yang ada di depan mata?"Saya tahu," jawab Ayra dengan suara yang agak gemetar. "Tapi ini bukan hanya tentang kita, kan? Ini tentang semua yang kita cintai. Tenta

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 129

    Ayra merasakan getaran aneh yang mengguncang tubuhnya begitu mereka melangkah lebih dekat ke cahaya itu. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah dunia di sekitar mereka mulai berubah, menyesuaikan diri dengan keputusan yang sudah mereka buat. Cahaya itu semakin terang, dan seiring dengan itu, bayangan yang mengintai mereka juga semakin jelas."Ini terasa seperti... kita menuju ke sesuatu yang tak bisa kita kendalikan," kata Elena, matanya waspada, menatap cahaya yang semakin mendekat. "Tapi kita sudah di sini. Tidak ada pilihan lain selain melangkah maju."Ayra menatap ke depan, merasakan seakan dunia di sekitar mereka berhenti sejenak. Semua ketegangan yang mereka rasakan, semua rahasia yang tersembunyi di balik kabut, terasa seperti beban yang harus mereka hadapi satu per satu. Namun, meskipun mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang tak bisa ditarik mundur, ada kekuatan yang lebih besar di dalam diri mereka untuk tetap melanjutkan.Dante berja

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 128

    Mereka melangkah dengan hati yang penuh ketegangan, menjauh dari tempat Adrian menghilang ke dalam kabut. Setiap langkah terasa berat, seakan beban yang mereka bawa semakin besar. Ayra, yang berjalan di samping Dante, merasa ketidakpastian melingkupi hatinya. Ke mana mereka sebenarnya menuju? Dan lebih penting lagi, apa yang akan mereka hadapi di depan? "Adrian... mengapa ia kembali sekarang?" Ayra berbisik, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh angin yang berhembus kencang. "Kenapa tidak sebelumnya?" Dante berjalan dengan langkah tegap, meskipun ia pun merasakan kegelisahan yang sama. Ia tahu Adrian tidak pernah datang tanpa tujuan, dan itu yang membuatnya semakin waspada. "Mungkin itu bukan kebetulan," jawab Dante, suaranya tetap tegas meskipun ada keraguan yang menggerayangi pikirannya. "Mungkin ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita ketahui." Elena, yang berjalan sedikit lebih jauh di belakang, tiba-tiba berhenti. "Tunggu

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 127

    Suasana malam semakin mencekam, udara dingin menggigit kulit mereka yang terasa lebih sensitif setelah perjalanan panjang yang penuh dengan ketegangan. Langkah-langkah mereka di tengah kabut yang menyelimuti hanya diiringi oleh suara detak jantung yang semakin cepat. Ayra merasa beban yang ada di pundaknya semakin berat. Semakin dekat mereka pada tujuan, semakin jelas bahwa takdir mereka akan segera terungkap, namun apakah itu takdir yang mereka harapkan?"Ayra," suara Dante memecah kesunyian, lembut namun penuh tekanan. "Apa yang kau rasakan sekarang? Kita semakin dekat."Ayra mengangkat wajahnya, matanya penuh pertanyaan. Meski bibirnya ingin berkata sesuatu, kata-kata itu terasa seperti beban yang terlalu berat untuk diungkapkan. Keputusan yang akan mereka buat nanti bukan hanya tentang hubungan mereka, tetapi juga tentang kehidupan mereka, masa depan mereka. Mereka tidak hanya berhadapan dengan pilihan pribadi, tetapi juga dengan sesuatu yang lebih besar,

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 126

    Langkah Dante terasa semakin berat, seolah ada sesuatu yang menahan setiap gerakannya. Udara malam yang dingin menyeruak lewat celah-celah jaketnya, memeluk tubuhnya dengan rasa yang menyusup sampai ke dalam tulang. Jalanan yang mereka lalui semakin sempit, seolah mengarah pada sebuah tempat yang penuh dengan misteri dan ketidakpastian. Kabut tipis yang mulai turun menambah kesan sunyi, menutupi segalanya kecuali langkah-langkah mereka yang semakin terasa berat.Dante menoleh ke belakang, memastikan bahwa Ayra dan Elena masih berada di belakangnya. Mereka berjalan dengan jarak yang sedikit lebih jauh dari biasanya, seolah ketegangan yang ada di udara memisahkan mereka lebih jauh daripada yang sebenarnya. Ayra tampak lebih diam dari biasanya, wajahnya yang biasanya ceria kini diselimuti kekhawatiran yang jelas terlihat. Meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaan itu, matanya yang sesekali tertunduk menunjukkan kegelisahan yang sulit ditutupi.Dante merasa beb

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 125

    Matahari pagi memancarkan sinarnya dengan lembut di atas kediaman keluarga Dante. Udara musim semi yang segar membawa keheningan yang menenangkan, tetapi di dalam hati beberapa orang, badai perasaan masih berkecamuk. Ayra duduk di taman belakang rumah, jari-jarinya memetik kelopak bunga melati yang tumbuh di pinggir pagar. Wajahnya terlihat damai, namun sorot matanya memancarkan kebimbangan yang mendalam. Ia masih mengingat percakapan terakhirnya dengan Dante, di mana pria itu mengungkapkan perasaannya. Kebahagiaan yang meluap-luap masih terasa, tetapi bersamanya datang juga beban. Langkah kaki pelan terdengar mendekat. Ayra menoleh dan melihat Elena berdiri di belakangnya. Wajah Elena terlihat tenang, meskipun Ayra tahu ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan perempuan itu. "Elena," sapa Ayra, mencoba tersenyum. Elena balas tersenyum dan berjalan mendekat, duduk di bangku yang sama dengan Ayra. “Pagi yang indah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status