Home / Urban / TAKHTA BAYANGAN / Bab 6: Percikan di Tengah Kegelapan

Share

Bab 6: Percikan di Tengah Kegelapan

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2024-11-23 18:26:07

Malam menyelimuti kota dengan gelap yang hampir sempurna. Langit tanpa bintang dan jalanan lengang terasa seperti sebuah pertanda buruk. Di sebuah gudang tua di pinggiran kota, suara-suara samar terdengar—bisikan penuh ketegangan dan langkah-langkah kaki yang berhati-hati.

Di dalam, Dante berdiri memandangi papan penuh peta, dokumen, dan foto. Setiap potongan informasi terasa seperti teka-teki besar yang tidak sepenuhnya ia pahami. Elena berdiri di sampingnya, tangan terlipat dengan wajah tegang.

"Ini semua hanya sebagian kecil," kata Elena sambil menunjuk ke salah satu peta. "The Codex mungkin saja disembunyikan di salah satu fasilitas ini. Tapi setiap lokasi adalah ancaman."

Dante mengangguk pelan, tetapi pikirannya tidak sepenuhnya ada di situ. Sejak mengetahui bahwa dirinya adalah pewaris dari kekuatan besar—dan berbahaya—ia merasa seperti hidupnya telah diambil alih oleh sesuatu yang tidak pernah ia minta. Setiap langkah yang ia ambil terasa seperti melangkah ke jurang yang lebih dalam.

"Rafael ada di sana," gumam Dante akhirnya, suaranya lebih seperti bisikan.

Elena menoleh padanya, alis terangkat. "Apa maksudmu?"

"Dia selalu satu langkah di depan kita. Aku tahu, Elena. Dia bukan hanya mengawasi, dia... mengendalikan semuanya. Ini semua bagian dari permainannya."

Elena mendesah, mencoba menenangkan dirinya. "Dante, jangan biarkan pikiran itu menguasaimu. Rafael mungkin licik, tapi dia juga lengah. Dia terlalu percaya diri."

Dante menatap Elena dengan sorot mata yang tajam, hampir seperti sorotan seseorang yang telah kehilangan kepercayaan. "Kamu tidak mengerti, Elena. Dia tidak lengah. Dia tahu setiap gerakanku karena dia pernah ada di posisi ini sebelumnya. Dia tahu bagaimana melemahkanku, bagaimana memanipulasi..."

"Dan kau tidak akan membiarkannya menang!" potong Elena, suaranya keras dan penuh ketegasan. "Lihat aku, Dante. Kau tidak sendirian. Kita ada di sini untuk melawan dia, bersama-sama."

---

Diskusi mereka terhenti saat pintu gudang terbuka dengan keras. Lorenzo muncul, dengan wajah cemas dan napas terengah-engah. "Kita ada masalah besar," katanya langsung, tanpa basa-basi.

Elena segera menghampirinya. "Apa yang terjadi?"

Lorenzo menyerahkan sebuah amplop cokelat kepada Dante. "Ini. Baru saja datang. Mereka tahu kita di sini."

Dante membuka amplop itu dengan hati-hati. Di dalamnya ada foto dirinya bersama Elena di sebuah restoran beberapa malam yang lalu. Di bawahnya, sebuah pesan singkat tertulis:

"Satu langkah lagi, dan semuanya berakhir. Kembali atau hancur."

Dante merasakan tangannya mengepal tanpa sadar. Rafael. Dia tahu bahwa ancaman ini adalah permainan psikologis. Tapi apa yang membuat darah Dante mendidih adalah keberadaan seseorang lain dalam foto itu.

Nina.

Gadis muda yang pernah ia anggap seperti adik sendiri, kini tampaknya berada di radar Rafael. Foto itu menunjukkan Nina sedang berjalan keluar dari restoran yang sama, tanpa mengetahui bahwa dia mungkin sedang diawasi.

"Lorenzo," kata Dante dengan suara rendah. "Bawa Nina ke tempat aman sekarang. Pastikan dia tidak kembali ke kota ini sampai aku mengatakan aman."

"Tidak semudah itu," jawab Lorenzo, ragu-ragu. "Mereka sudah menyadarinya. Aku punya tim yang menjaga dia, tapi Rafael terlalu licik. Jika kita bergerak gegabah, kita bisa menyerahkan Nina ke tangannya."

Dante merasakan perasaan frustrasi bercampur kekesalan. Dia merasa terjebak, seolah setiap langkahnya diprediksi.

"Aku tidak akan membiarkan dia terlibat!" Dante hampir berteriak, menghantam meja di depannya. Elena mencoba menenangkan, tetapi Dante sudah terlalu larut dalam pikirannya.

"Apa yang Rafael inginkan dari kita, Dante? Dari kamu?" tanya Elena akhirnya.

"Dia tidak hanya menginginkan The Codex," jawab Dante sambil menggeleng pelan. "Dia ingin menghancurkan semua yang pernah aku cintai. Ini bukan hanya tentang kekuasaan atau pengaruh, ini tentang balas dendam. Aku hanya belum tahu kenapa."

---

Beberapa jam kemudian, mereka menerima kabar bahwa Rafael akan berada di sebuah lokasi yang telah diketahui oleh jaringan Lorenzo. Gudang lama itu adalah tempat yang sering digunakan oleh kelompok Sangkar Besi untuk menyimpan barang-barang selundupan.

"Ini jebakan," kata Elena dengan tegas saat mendengar rencana Dante untuk pergi.

"Tentu saja itu jebakan," jawab Dante dengan nada dingin. "Tapi ini kesempatan kita untuk mengambil kendali."

"Kau bisa mati, Dante," desak Elena, suaranya terdengar lebih lembut sekarang. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian."

"Aku tidak punya pilihan," jawab Dante sambil menatapnya. "Dia mengincar Nina, Elena. Jika aku tidak melangkah sekarang, aku akan kehilangan lebih banyak lagi."

Elena mengangguk pelan, tetapi hatinya terasa berat. "Kalau begitu, aku ikut. Kita pergi bersama."

---

Malam itu, Dante dan Elena tiba di lokasi yang disebutkan. Gudang besar itu gelap dan suram, dengan hanya sedikit cahaya dari lampu yang berkelap-kelip di kejauhan. Suasana mencekam seolah mempersiapkan mereka untuk sesuatu yang besar.

Mereka masuk dengan hati-hati, senjata di tangan, setiap langkah terasa berat. Elena menatap ke sekeliling, memastikan tidak ada gerakan mencurigakan. Tapi intuisi Dante memberitahunya bahwa Rafael ada di sana, menunggu.

Tiba-tiba, suara tepuk tangan terdengar dari sudut ruangan. "Bravo, Dante. Kau benar-benar datang."

Rafael muncul dari bayangan, dengan senyuman licik yang membuat darah Dante mendidih.

"Di mana Nina?" tanya Dante langsung, tanpa basa-basi.

Rafael tertawa kecil. "Ah, selalu begitu langsung. Jangan khawatir, dia masih aman. Untuk sekarang."

"Beraninya kau menyentuh dia, Rafael. Aku akan melawanmu," geram Dante, suaranya penuh dengan kemarahan.

Rafael mengangkat bahu, seolah ancaman itu tidak berarti apa-apa baginya. "Kau tidak mengerti, Dante. Aku tidak ingin hanya mengalahkanmu. Aku ingin kau merasakan apa yang aku rasakan—kehilangan segalanya. Lihat di sekitarmu, Dante. Kau dikelilingi oleh orang-orang yang akan kau kecewakan, orang-orang yang akan kau tinggalkan. Dan akhirnya, kau akan berdiri sendirian."

Kata-kata Rafael memukul Dante seperti palu. Dia tahu bahwa Rafael sedang bermain dengan emosinya, tetapi sebagian dari dirinya merasa takut bahwa Rafael mungkin benar.

Pertempuran verbal itu berubah menjadi aksi saat anak buah Rafael mulai muncul dari bayangan. Elena segera menarik Dante ke belakang, melepaskan tembakan ke arah mereka.

"Keluar dari sini, Dante!" teriak Elena.

"Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu!" jawab Dante dengan suara keras.

Mereka terlibat dalam baku tembak yang sengit, mencoba melawan kekuatan besar yang tampaknya tak terhindarkan. Rafael, sementara itu, hanya berdiri di sana, menikmati kekacauan yang ia ciptakan.

Namun, di tengah kekacauan itu, sesuatu yang tak terduga terjadi. Gudang itu mulai bergetar, dan suara ledakan kecil terdengar dari kejauhan. Elena segera menyadari apa yang terjadi.

"Ini jebakan besar, Dante! Kita harus keluar sekarang!"

"Tidak tanpa dia!" jawab Dante dengan keras kepala, matanya mencari sosok Rafael.

Ledakan semakin dekat, dan mereka tidak punya banyak waktu. Elena menarik tangan Dante dengan paksa, memaksanya keluar dari gudang sebelum semuanya runtuh.

---

Di luar, mereka berdiri terengah-engah, menatap gudang yang kini telah hancur menjadi puing-puing. Rafael berhasil melarikan diri, meninggalkan mereka dengan perasaan kekalahan yang mendalam.

"Dia bermain-main dengan kita," kata Elena dengan frustrasi. "Dia ingin kita merasa lemah."

"Tapi aku tidak akan menyerah," jawab Dante dengan suara dingin. Matanya penuh dengan tekad yang membara. "Rafael akan mendapatkan apa yang dia cari. Aku akan melawannya, bahkan jika itu berarti aku harus kehilangan segalanya."

Elena menatapnya, merasa ada sesuatu yang berubah dalam diri Dante. Dia bukan lagi pemuda yang ragu dan terombang-ambing. Dante kini adalah seseorang yang siap menghadapi takdirnya, apa pun yang terjadi.

Namun, di dalam hatinya, Elena tahu bahwa perjuangan ini baru saja dimulai. Konflik yang akan datang akan lebih besar, lebih gelap, dan lebih mematikan dari apa pun yang telah mereka alami.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 130

    Cahaya di altar itu semakin terang, seolah menyelimuti mereka dalam kabut keputus-asaan yang memaksa setiap langkah mereka untuk diambil dengan penuh perhitungan. Ayra bisa merasakan getaran di dalam tubuhnya, seperti sesuatu yang besar tengah berputar di luar kendali mereka. Ini adalah saat penentuan. Keputusan yang mereka buat akan mengubah segala hal.Dante, yang berdiri di sampingnya, menarik napas panjang dan menatap Ayra. "Apapun yang terjadi, kita sudah sampai di sini bersama. Apa pun konsekuensinya, kita akan hadapi."Ayra merasakan ketenangan dalam kata-kata Dante, meskipun hatinya sendiri berdebar keras. Mereka telah melewati begitu banyak rintangan, begitu banyak tantangan, namun apa yang ada di hadapan mereka ini masih penuh misteri. Adakah mereka benar-benar siap untuk keputusan yang ada di depan mata?"Saya tahu," jawab Ayra dengan suara yang agak gemetar. "Tapi ini bukan hanya tentang kita, kan? Ini tentang semua yang kita cintai. Tenta

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 129

    Ayra merasakan getaran aneh yang mengguncang tubuhnya begitu mereka melangkah lebih dekat ke cahaya itu. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah dunia di sekitar mereka mulai berubah, menyesuaikan diri dengan keputusan yang sudah mereka buat. Cahaya itu semakin terang, dan seiring dengan itu, bayangan yang mengintai mereka juga semakin jelas."Ini terasa seperti... kita menuju ke sesuatu yang tak bisa kita kendalikan," kata Elena, matanya waspada, menatap cahaya yang semakin mendekat. "Tapi kita sudah di sini. Tidak ada pilihan lain selain melangkah maju."Ayra menatap ke depan, merasakan seakan dunia di sekitar mereka berhenti sejenak. Semua ketegangan yang mereka rasakan, semua rahasia yang tersembunyi di balik kabut, terasa seperti beban yang harus mereka hadapi satu per satu. Namun, meskipun mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang tak bisa ditarik mundur, ada kekuatan yang lebih besar di dalam diri mereka untuk tetap melanjutkan.Dante berja

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 128

    Mereka melangkah dengan hati yang penuh ketegangan, menjauh dari tempat Adrian menghilang ke dalam kabut. Setiap langkah terasa berat, seakan beban yang mereka bawa semakin besar. Ayra, yang berjalan di samping Dante, merasa ketidakpastian melingkupi hatinya. Ke mana mereka sebenarnya menuju? Dan lebih penting lagi, apa yang akan mereka hadapi di depan? "Adrian... mengapa ia kembali sekarang?" Ayra berbisik, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh angin yang berhembus kencang. "Kenapa tidak sebelumnya?" Dante berjalan dengan langkah tegap, meskipun ia pun merasakan kegelisahan yang sama. Ia tahu Adrian tidak pernah datang tanpa tujuan, dan itu yang membuatnya semakin waspada. "Mungkin itu bukan kebetulan," jawab Dante, suaranya tetap tegas meskipun ada keraguan yang menggerayangi pikirannya. "Mungkin ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita ketahui." Elena, yang berjalan sedikit lebih jauh di belakang, tiba-tiba berhenti. "Tunggu

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 127

    Suasana malam semakin mencekam, udara dingin menggigit kulit mereka yang terasa lebih sensitif setelah perjalanan panjang yang penuh dengan ketegangan. Langkah-langkah mereka di tengah kabut yang menyelimuti hanya diiringi oleh suara detak jantung yang semakin cepat. Ayra merasa beban yang ada di pundaknya semakin berat. Semakin dekat mereka pada tujuan, semakin jelas bahwa takdir mereka akan segera terungkap, namun apakah itu takdir yang mereka harapkan?"Ayra," suara Dante memecah kesunyian, lembut namun penuh tekanan. "Apa yang kau rasakan sekarang? Kita semakin dekat."Ayra mengangkat wajahnya, matanya penuh pertanyaan. Meski bibirnya ingin berkata sesuatu, kata-kata itu terasa seperti beban yang terlalu berat untuk diungkapkan. Keputusan yang akan mereka buat nanti bukan hanya tentang hubungan mereka, tetapi juga tentang kehidupan mereka, masa depan mereka. Mereka tidak hanya berhadapan dengan pilihan pribadi, tetapi juga dengan sesuatu yang lebih besar,

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 126

    Langkah Dante terasa semakin berat, seolah ada sesuatu yang menahan setiap gerakannya. Udara malam yang dingin menyeruak lewat celah-celah jaketnya, memeluk tubuhnya dengan rasa yang menyusup sampai ke dalam tulang. Jalanan yang mereka lalui semakin sempit, seolah mengarah pada sebuah tempat yang penuh dengan misteri dan ketidakpastian. Kabut tipis yang mulai turun menambah kesan sunyi, menutupi segalanya kecuali langkah-langkah mereka yang semakin terasa berat.Dante menoleh ke belakang, memastikan bahwa Ayra dan Elena masih berada di belakangnya. Mereka berjalan dengan jarak yang sedikit lebih jauh dari biasanya, seolah ketegangan yang ada di udara memisahkan mereka lebih jauh daripada yang sebenarnya. Ayra tampak lebih diam dari biasanya, wajahnya yang biasanya ceria kini diselimuti kekhawatiran yang jelas terlihat. Meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaan itu, matanya yang sesekali tertunduk menunjukkan kegelisahan yang sulit ditutupi.Dante merasa beb

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 125

    Matahari pagi memancarkan sinarnya dengan lembut di atas kediaman keluarga Dante. Udara musim semi yang segar membawa keheningan yang menenangkan, tetapi di dalam hati beberapa orang, badai perasaan masih berkecamuk. Ayra duduk di taman belakang rumah, jari-jarinya memetik kelopak bunga melati yang tumbuh di pinggir pagar. Wajahnya terlihat damai, namun sorot matanya memancarkan kebimbangan yang mendalam. Ia masih mengingat percakapan terakhirnya dengan Dante, di mana pria itu mengungkapkan perasaannya. Kebahagiaan yang meluap-luap masih terasa, tetapi bersamanya datang juga beban. Langkah kaki pelan terdengar mendekat. Ayra menoleh dan melihat Elena berdiri di belakangnya. Wajah Elena terlihat tenang, meskipun Ayra tahu ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan perempuan itu. "Elena," sapa Ayra, mencoba tersenyum. Elena balas tersenyum dan berjalan mendekat, duduk di bangku yang sama dengan Ayra. “Pagi yang indah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status