Главная / Urban / TAKHTA BAYANGAN / Bab 5: Hati yang Terpecah

Share

Bab 5: Hati yang Terpecah

Aвтор: Zayba Almira
last update Последнее обновление: 2024-11-22 16:07:58

Dante dan Elena berlari menyusuri lorong-lorong sempit, merasakan jejak langkah kaki yang semakin dekat di belakang mereka. Keheningan malam itu terasa menyesakkan. Angin berhembus kencang, menyisir wajah mereka dengan dingin, namun hatinya jauh lebih dingin lagi. Setiap detik yang berlalu membawa mereka lebih dekat ke ancaman yang semakin jelas. Hanya ada satu tujuan dalam benak Dante: bertahan hidup. Tetapi saat ia menatap Elena di sampingnya, ia merasa ada lebih dari sekadar ancaman yang membayangi mereka. Ada kebenaran yang ingin ia pecahkan, sebuah rasa penasaran yang semakin menggerogoti hatinya.

Setelah beberapa belokan tajam, mereka tiba di sebuah pintu yang tersembunyi di balik tumpukan barang-barang lama. Elena membuka pintu itu dengan cepat, menggenggam tangan Dante dengan erat. "Masuk," katanya tegas.

Dante ragu sejenak, menatap ruang gelap di dalamnya. Mereka tak punya banyak pilihan. Elena sudah melangkah lebih dulu, dan Dante segera mengikuti, menutup pintu dengan lembut namun cepat.

Dalam kegelapan, hanya ada suara napas mereka yang terdengar. Elena menyalakan lampu dengan cepat, dan mereka menemukan diri mereka di sebuah ruang penyimpanan kecil yang penuh dengan tumpukan barang-barang bekas.

Dante berdiri diam sejenak, mencoba menenangkan dirinya. "Kenapa kita harus lari terus-menerus? Apa yang sebenarnya terjadi, Elena?"

Elena menatapnya, ada kecemasan yang samar di matanya meski ia berusaha tetap tenang. "Kita dikejar, Dante. Kita dikejar oleh orang-orang yang tak akan ragu untuk membunuh kita jika kita lengah. Tapi kau benar—kita harus tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi."

Dante merasakan beban yang sangat berat di hatinya. "Kau bilang ada sesuatu yang ditinggalkan oleh ayahku untukku. Tapi aku... aku bahkan tak tahu siapa dia sebenarnya. Aku tidak tahu siapa diriku. Semua ini... semuanya terlalu cepat. Aku tidak siap."

Ada jeda panjang sebelum Elena akhirnya menjawab, suaranya lebih lembut dari sebelumnya. "Kau tak pernah benar-benar diberi kesempatan untuk tahu, Dante. Ayahmu menyembunyikan banyak hal darimu—terlalu banyak hal. Mungkin itu cara dia untuk melindungimu dari dunia ini, tapi sekarang... sekarang dunia ini datang menjemputmu."

Dante menunduk, perasaan kecewa dan kebingungannya semakin mendalam. Ia ingat masa kecilnya—kenangan tentang ayahnya yang selalu sibuk, tetapi selalu ada saat ia membutuhkan sesuatu. Namun, di balik kenangan itu, ada kekosongan yang besar—sebuah lubang yang tidak bisa ia isi dengan apa pun.

"Apa yang harus kulakukan sekarang, Elena?" tanyanya dengan suara hampir putus asa. "Aku merasa aku terjebak di antara kegelapan dan kebohongan. Ayahku, Lucius, Rafael... semuanya saling terhubung, dan aku seperti pion yang hanya dipermainkan."

Elena mendekat, mengingatkan Dante dengan tatapan yang tegas. "Tidak ada yang bisa memutuskan takdirmu kecuali kau sendiri, Dante. Mereka mungkin menginginkanmu mati, tapi kau masih hidup. Kau masih bisa mengubah semuanya. Jika ada yang harus dihancurkan, itu adalah permainan mereka—bukan dirimu."

Kata-kata itu menembus dinding kebingungannya, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan keraguan. Dante tahu Elena benar—ia masih hidup. Tapi di dunia yang begitu penuh dengan kebohongan dan pengkhianatan ini, apakah ada tempat untuknya? Apa yang bisa ia percayai?

---

Tak lama setelah mereka bersembunyi di ruang kecil itu, suara mobil yang mendekat terdengar semakin jelas. Elena memegang bahu Dante dengan erat, membisikinya dengan suara penuh ketegangan, "Mereka sudah dekat. Kita harus bergerak."

Dante menatap Elena, matanya penuh dengan kebingungan. "Mereka? Siapa lagi yang akan datang?"

Elena menatapnya dengan penuh keseriusan. "Orang-orang dari Sangkar Besi. Mereka tidak akan berhenti mencari kita."

Dante merasakan hatinya berdebar semakin kencang. Sangkar Besi—organisasi yang dikenal dengan ketegasan dan kekejamannya. Mereka adalah orang-orang yang tak akan segan-segan menghancurkan siapa saja yang menghalangi jalan mereka. Dan sekarang, Dante tahu mereka berada di urutan paling atas dalam daftar target.

"Kenapa mereka begitu mengejar kita?" tanya Dante, mencoba memahami semua ini.

"Karena kau, Dante," jawab Elena, suaranya teredam oleh ketegangan. "Karena kau adalah satu-satunya orang yang bisa mengungkap keberadaan The Codex. Mereka tahu bahwa jika kau berhasil menemukan dokumen itu, dunia mereka akan hancur."

Dante merasa seluruh tubuhnya menggigil mendengar kata-kata itu. "Lalu apa yang harus kulakukan? Aku tidak tahu apa yang harus dicari."

Elena menarik napas dalam-dalam. "Kau harus percayakan ini pada dirimu sendiri. Ayahmu meninggalkan petunjuk, dan meskipun kau tidak tahu apa-apa, kau bisa menemukannya. Kau sudah tahu lebih banyak daripada yang kau kira."

Dante menatapnya, merasa sesuatu yang terpendam dalam dirinya mulai muncul. Insting. Sesuatu yang selalu ia abaikan sebelumnya, tetapi kini terasa semakin jelas. Ia harus mempercayai dirinya sendiri. Ia harus berani menghadapi ketakutan dan kebingungannya.

"Tapi apa yang terjadi jika aku gagal, Elena?" tanya Dante dengan suara penuh keresahan. "Jika aku gagal, orang-orang yang aku sayangi akan terjebak dalam permainan ini."

"Jika kau gagal, mereka akan menang," jawab Elena dengan tegas. "Tapi jika kau berhasil, maka semuanya akan berubah. Kau bisa menghentikan mereka."

Dante menutup matanya sejenak, merasakan beratnya keputusan ini. Dunia yang dulu ia anggap jauh dan asing kini telah menghampirinya. Dunia yang penuh dengan bahaya dan pengkhianatan. Dunia yang seolah-olah telah menunggu kedatangannya sejak lama.

---

Keesokan harinya, setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Elena sudah mempersiapkan kendaraan yang akan membawa mereka ke tempat yang lebih aman, meskipun Dante tahu bahwa ke mana pun mereka pergi, bahaya tidak akan pernah berhenti mengintai.

Saat mereka memasuki mobil, suasana terasa tegang. Tak ada percakapan lebih lanjut—hanya suara mesin mobil yang memecah keheningan. Dante melihat Elena di sampingnya, menyadari betapa kerasnya wanita ini berjuang untuk mempertahankan kehidupannya, dan untuk memastikan ia tetap hidup.

"Elena," kata Dante setelah beberapa saat. "Aku berjanji, aku akan menemukan The Codex. Aku akan menghentikan Lucius dan orang-orang yang menginginkan kehancuran kita."

Elena menoleh padanya, dan untuk pertama kalinya, ia melihat sedikit kelembutan di matanya. "Aku tahu kau bisa, Dante. Aku tahu kau lebih kuat dari yang kau kira."

Namun, di dalam hati Dante, perasaan yang lebih dalam mulai terbangun—rasa takut akan kehilangan, rasa bersalah karena ia tak pernah bisa memberi lebih banyak kepada orang-orang yang ia cintai. Tetapi kini, tak ada waktu lagi untuk mundur. Waktu mereka semakin sedikit, dan hanya ada satu jalan: maju.

Di depan mereka, jalanan terbentang dengan misteri dan bahaya, namun Dante tahu bahwa tak ada jalan lain yang bisa diambil. Untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar hidup, meskipun seluruh dunia di sekitarnya tampak mengancam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 130

    Cahaya di altar itu semakin terang, seolah menyelimuti mereka dalam kabut keputus-asaan yang memaksa setiap langkah mereka untuk diambil dengan penuh perhitungan. Ayra bisa merasakan getaran di dalam tubuhnya, seperti sesuatu yang besar tengah berputar di luar kendali mereka. Ini adalah saat penentuan. Keputusan yang mereka buat akan mengubah segala hal.Dante, yang berdiri di sampingnya, menarik napas panjang dan menatap Ayra. "Apapun yang terjadi, kita sudah sampai di sini bersama. Apa pun konsekuensinya, kita akan hadapi."Ayra merasakan ketenangan dalam kata-kata Dante, meskipun hatinya sendiri berdebar keras. Mereka telah melewati begitu banyak rintangan, begitu banyak tantangan, namun apa yang ada di hadapan mereka ini masih penuh misteri. Adakah mereka benar-benar siap untuk keputusan yang ada di depan mata?"Saya tahu," jawab Ayra dengan suara yang agak gemetar. "Tapi ini bukan hanya tentang kita, kan? Ini tentang semua yang kita cintai. Tenta

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 129

    Ayra merasakan getaran aneh yang mengguncang tubuhnya begitu mereka melangkah lebih dekat ke cahaya itu. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah dunia di sekitar mereka mulai berubah, menyesuaikan diri dengan keputusan yang sudah mereka buat. Cahaya itu semakin terang, dan seiring dengan itu, bayangan yang mengintai mereka juga semakin jelas."Ini terasa seperti... kita menuju ke sesuatu yang tak bisa kita kendalikan," kata Elena, matanya waspada, menatap cahaya yang semakin mendekat. "Tapi kita sudah di sini. Tidak ada pilihan lain selain melangkah maju."Ayra menatap ke depan, merasakan seakan dunia di sekitar mereka berhenti sejenak. Semua ketegangan yang mereka rasakan, semua rahasia yang tersembunyi di balik kabut, terasa seperti beban yang harus mereka hadapi satu per satu. Namun, meskipun mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang tak bisa ditarik mundur, ada kekuatan yang lebih besar di dalam diri mereka untuk tetap melanjutkan.Dante berja

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 128

    Mereka melangkah dengan hati yang penuh ketegangan, menjauh dari tempat Adrian menghilang ke dalam kabut. Setiap langkah terasa berat, seakan beban yang mereka bawa semakin besar. Ayra, yang berjalan di samping Dante, merasa ketidakpastian melingkupi hatinya. Ke mana mereka sebenarnya menuju? Dan lebih penting lagi, apa yang akan mereka hadapi di depan? "Adrian... mengapa ia kembali sekarang?" Ayra berbisik, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh angin yang berhembus kencang. "Kenapa tidak sebelumnya?" Dante berjalan dengan langkah tegap, meskipun ia pun merasakan kegelisahan yang sama. Ia tahu Adrian tidak pernah datang tanpa tujuan, dan itu yang membuatnya semakin waspada. "Mungkin itu bukan kebetulan," jawab Dante, suaranya tetap tegas meskipun ada keraguan yang menggerayangi pikirannya. "Mungkin ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita ketahui." Elena, yang berjalan sedikit lebih jauh di belakang, tiba-tiba berhenti. "Tunggu

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 127

    Suasana malam semakin mencekam, udara dingin menggigit kulit mereka yang terasa lebih sensitif setelah perjalanan panjang yang penuh dengan ketegangan. Langkah-langkah mereka di tengah kabut yang menyelimuti hanya diiringi oleh suara detak jantung yang semakin cepat. Ayra merasa beban yang ada di pundaknya semakin berat. Semakin dekat mereka pada tujuan, semakin jelas bahwa takdir mereka akan segera terungkap, namun apakah itu takdir yang mereka harapkan?"Ayra," suara Dante memecah kesunyian, lembut namun penuh tekanan. "Apa yang kau rasakan sekarang? Kita semakin dekat."Ayra mengangkat wajahnya, matanya penuh pertanyaan. Meski bibirnya ingin berkata sesuatu, kata-kata itu terasa seperti beban yang terlalu berat untuk diungkapkan. Keputusan yang akan mereka buat nanti bukan hanya tentang hubungan mereka, tetapi juga tentang kehidupan mereka, masa depan mereka. Mereka tidak hanya berhadapan dengan pilihan pribadi, tetapi juga dengan sesuatu yang lebih besar,

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 126

    Langkah Dante terasa semakin berat, seolah ada sesuatu yang menahan setiap gerakannya. Udara malam yang dingin menyeruak lewat celah-celah jaketnya, memeluk tubuhnya dengan rasa yang menyusup sampai ke dalam tulang. Jalanan yang mereka lalui semakin sempit, seolah mengarah pada sebuah tempat yang penuh dengan misteri dan ketidakpastian. Kabut tipis yang mulai turun menambah kesan sunyi, menutupi segalanya kecuali langkah-langkah mereka yang semakin terasa berat.Dante menoleh ke belakang, memastikan bahwa Ayra dan Elena masih berada di belakangnya. Mereka berjalan dengan jarak yang sedikit lebih jauh dari biasanya, seolah ketegangan yang ada di udara memisahkan mereka lebih jauh daripada yang sebenarnya. Ayra tampak lebih diam dari biasanya, wajahnya yang biasanya ceria kini diselimuti kekhawatiran yang jelas terlihat. Meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaan itu, matanya yang sesekali tertunduk menunjukkan kegelisahan yang sulit ditutupi.Dante merasa beb

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 125

    Matahari pagi memancarkan sinarnya dengan lembut di atas kediaman keluarga Dante. Udara musim semi yang segar membawa keheningan yang menenangkan, tetapi di dalam hati beberapa orang, badai perasaan masih berkecamuk. Ayra duduk di taman belakang rumah, jari-jarinya memetik kelopak bunga melati yang tumbuh di pinggir pagar. Wajahnya terlihat damai, namun sorot matanya memancarkan kebimbangan yang mendalam. Ia masih mengingat percakapan terakhirnya dengan Dante, di mana pria itu mengungkapkan perasaannya. Kebahagiaan yang meluap-luap masih terasa, tetapi bersamanya datang juga beban. Langkah kaki pelan terdengar mendekat. Ayra menoleh dan melihat Elena berdiri di belakangnya. Wajah Elena terlihat tenang, meskipun Ayra tahu ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan perempuan itu. "Elena," sapa Ayra, mencoba tersenyum. Elena balas tersenyum dan berjalan mendekat, duduk di bangku yang sama dengan Ayra. “Pagi yang indah,

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 124

    Langit pagi menyambut mereka dengan cahaya lembut berwarna jingga. Kabut tipis masih menyelimuti lembah, menciptakan pemandangan yang menenangkan. Di kejauhan, suara burung-burung pagi mulai terdengar, mengiringi langkah mereka yang perlahan kembali ke rumah utama.Ayra berjalan sedikit di depan, langkahnya ringan namun pikirannya jauh melayang. Ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang baru saja terjadi semalam. Kata-kata Dante masih terngiang di telinganya, seperti melodi yang tidak selesai dimainkan.“Kenapa rasanya semakin sulit untuk memahami hatinya?” gumam Ayra dalam hati. Ia menggenggam erat syalnya, seolah mencari kehangatan di tengah udara pagi yang dingin.Elena, yang berjalan di samping Dante, mencuri pandang ke arah pria itu. Wajahnya tampak letih, dengan sorot mata yang kosong. Elena tahu Dante sedang bergulat dengan pikirannya sendiri, mencoba mencari arah yang benar.“Kau tahu, Dante,” kata Elena, memecah keheningan di antara

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 123

    Malam yang dingin terasa menusuk tulang. Langkah Dante yang berat menyusuri jalan setapak di tengah hutan hanya ditemani oleh suara angin yang menggerakkan dedaunan. Setelah percakapan yang penuh emosi antara dirinya, Ayra, dan Elena, hatinya terasa seperti medan perang. Keputusannya untuk tetap berdiri di tengah-tengah mereka telah menyisakan perih yang tak bisa ia hilangkan begitu saja.Dante berhenti di sebuah pohon tua yang menjulang tinggi. Ia bersandar di batangnya yang kasar, menatap langit malam yang dihiasi ribuan bintang. Sebuah napas berat meluncur dari bibirnya, seolah-olah ia mencoba melepaskan beban yang menghimpit dadanya.“Dante…” suara itu, lembut namun tegas, terdengar dari belakangnya.Dante menoleh. Elena berdiri di sana, membawa lentera kecil yang sinarnya berkilau redup. Wajahnya terlihat tenang, namun sorot matanya memancarkan kecemasan yang tak bisa ia sembunyikan.“Kau seharusnya istirahat, Elena,” kata Dante, mencoba

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 122

    Senja mulai mengintip di ujung cakrawala, mewarnai langit dengan semburat oranye yang lembut. Di tengah reruntuhan kota tua, Dante berdiri dengan tubuh tegap, matanya memandang ke arah Elena dan Ayra yang berada tak jauh darinya. Ada ketegangan yang begitu nyata di udara, namun sekaligus kehangatan yang tak bisa disangkal.Ayra memalingkan wajah, membiarkan angin memainkan rambut hitam legamnya. “Kita sudah sampai sejauh ini, tapi aku masih merasa ada yang kurang,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada orang lain.Dante menoleh, menatapnya dengan sorot mata yang hangat. “Apa yang kurang, Ayra?” tanyanya pelan, suaranya terdengar seperti bisikan yang meresap ke dalam kesunyian.“Elena tahu,” jawab Ayra, suaranya serak. Ia menoleh ke arah Elena yang berdiri beberapa langkah di sebelahnya, wajahnya diliputi keraguan. “Kau tahu, kan? Apa yang sebenarnya masih kita cari?”Elena terdiam, wajahnya yang biasanya dingin tampak goyah. Ia meng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status