Home / Romansa / TAMBATAN HATI SANG CEO / BAB. 41 Kesedihan Abdiel

Share

BAB. 41 Kesedihan Abdiel

last update Last Updated: 2025-05-13 18:56:25
Abdiel bangkit dari sofa dengan langkah yang sedikit terhuyung. Pria itu lalu berjalan menuju balkon, membuka pintu geser kaca, lalu menghirup udara malam yang dingin.

Brian mengikutinya, berdiri di sampingnya.

"Kamu tahu, Diel? Aku pernah mendengar seseorang berkata, 'Jika kau benar-benar mencintai seseorang, kamu harus rela melepaskannya jika itu membuatnya bahagia.'"

Abdiel menatap kosong ke laut yang gelap.

"Kedengarannya seperti omong kosong romantis yang dibuat oleh orang yang tidak pernah benar-benar mencintai seseorang."

Brian tersenyum tipis.

"Atau mungkin, itu kata-kata dari seseorang yang sudah belajar dari kesalahannya."

Abdiel tidak menjawab. Pikirannya melayang kembali ke masa lalu, ke saat pertama kali dia bertemu Zera di SMA Cipta Nusantara.

Abdiel ingat bagaimana Zera dulu tersenyum kepadanya di lorong sekolah. Dia ingat saat keduanya pernah satu kelompok dalam tugas kelas, bagaimana mereka sering bertukar pandangan dalam diam.

Abdiel pikir, saat itu, ada k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 48 Pagi Yang Penuh Kemesraan

    Pagi yang Hangat di Vila PribadiSetelah bermalas-malasan cukup lama di atas ranjang, Farez mengusap pipi Zera dengan penuh kelembutan. Matanya yang tajam menatap istrinya yang masih terlihat mengantuk, akan tetapi senyum manis di bibir Zera menunjukkan jika dia menikmati setiap detik kebersamaan ini."Kita tidak bisa seharian di ranjang saja, Sayang," bisik Farez sambil mengecup kening Zera.Zera tertawa pelan, tangannya menggenggam erat lengan suaminya. "He-he-he. Kenapa tidak? Aku merasa nyaman di sini, bersamamu."Farez tersenyum, lalu mengusap rambut panjang Zera yang sedikit berantakan. "Bagaimana kalau kita melanjutkan pagi ini dengan sesuatu yang lebih menyegarkan?"Zera mengangkat alis. "Maksudnya?"Farez tidak menjawab dengan kata-kata. Dia hanya bangkit dari tempat tidur, lalu menarik tangan sang istri dengan lembut. Zera mengikuti langkah suaminya menuju kamar mandi, di mana sebuah bathtub besar yang sudah terisi air hangat yang mengeluarkan uap tipis. Aroma minyak esensi

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 47 Malam Yang Begitu Panas

    Malam Penuh Cinta di Vila Pribadi,Setelah selesai berdansa penuh kemesraan.Farez dan Zera akhirnya duduk di pinggir ranjang, yang hanya diterangi cahaya temaram dari lampu kamar dan sinar bulan yang masuk melalui jendela besar. Malam ini di vila tersebut terasa tenang, hanya ada suara angin yang berbisik lirih di luar dan dentingan lembut dari musik klasik yang masih mengalun di sudut kamar.Zera mengenakan gaun tidur sutra berwarna putih, begitu anggun dan cantik, dan di mata Farez, dia tampak begitu memesona. Rambut panjangnya tergerai lembut, dan matanya yang berbinar menatap suaminya dengan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Farez menggenggam jemari Zera, lalu mengelusnya perlahan. “Kamu tahu, Zera, Sayangku. Sejak aku meminangmu, aku selalu membayangkan saat-saat seperti ini. Di mana kita hanya berdua, tanpa gangguan, tanpa siapa pun, hanya kamu dan aku.”Zera tersenyum, merasakan kehangatan menjalar di hatinya. “Aku juga, Kak Farez. Aku selalu bertanya-tanya s

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 46 Berdansa Berdua

    Setelah meninggalkan ballroom hotel di Bruges, Farez dan Zera akhirnya tiba di vila pribadi mereka di Belgia. Vila ini terletak di tengah perbukitan hijau yang indah, jauh dari hiruk-pikuk kota. Langit malam yang jernih dipenuhi bintang, sementara udara sejuk khas Eropa melingkupi lingkungan sekitar.Bangunan vila bergaya klasik Eropa dengan dinding batu ekspos dan jendela besar yang memberikan pemandangan langsung ke danau kecil di dekatnya. Lampu-lampu taman menyala lembut, menciptakan suasana romantis yang sempurna bagi pasangan pengantin baru ini.Ketika mobil berhenti di depan vila, seorang pelayan telah menunggu untuk menyambut mereka.“Selamat datang, Tuan dan Nyonya. Kami sudah menyiapkan semua kebutuhan Anda,” ucap pelayan itu dengan senyum ramah, membukakan pintu mobil untuk Zera.Farez turun lebih dulu, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu sang istri keluar. “Terima kasih,” ucapnya sopan sebelum menggenggam tangan Zera erat.Begitu masuk ke dalam vila, Zera langsung t

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 45 Acara Semakin Romantis

    Ballroom hotel mewah di pusat kota Bruges, Belgia, masih dipenuhi cahaya keemasan dari lampu kristal yang menggantung di langit-langitnya. Aroma bunga segar yang menghiasi setiap sudut ruangan bercampur dengan wangi lilin aroma terapi yang lembut. Lantunan musik klasik yang dimainkan oleh orkestra di sudut ruangan menggema dengan indah, memberikan suasana romantis yang sempurna bagi pasangan pengantin baru, Farez dan Zera.Di tengah ballroom, di atas lantai dansa yang mengkilap, Farez dan Zera tampak seperti raja dan ratu sehari. Mereka berdua berdansa dengan anggun, mengikuti irama musik waltz yang dimainkan oleh orkestra. Zera, dalam gaun pengantin putih yang elegan dengan taburan kristal, tampak berkilauan di bawah lampu. Rambutnya yang tertata rapi dengan tiara mungil membuatnya terlihat seperti putri dari negeri dongeng. Farez, dengan setelan jas hitam klasik dan dasi kupu-kupu, tampak gagah dan penuh percaya diri saat memimpin dansa mereka.Para tamu undangan yang hadir terpana

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 44 Pernikahan Romantis Farez dan Zera

    Setelah makanan utama selesai, hidangan penutup berupa mousse coklat Belgia dan crème brûlée disajikan.Papi Cornelius mengangkat gelas anggurnya. “Baiklah, sebelum kita akhiri malam ini, aku ingin memberikan pesan untuk kalian berdua. Farez, jaga putriku dengan baik. Dia adalah permata yang paling berharga dalam hidup kami.”Farez mengangguk mantap. “Aku berjanji, Papi.”Mami Debira menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. “Zera, Mami sangat bangga padamu. Kamu telah menemukan seseorang yang bisa membuatmu bahagia. Jalani kehidupan pernikahanmu dengan penuh cinta dan kesabaran.”Zera menggenggam tangan ibunya. “Terima kasih, Mami. Aku tidak akan mengecewakan kalian.”Papi Deron menepuk bahu putranya. “Farez, pernikahan bukan hanya tentang cinta, tapi juga tanggung jawab. Aku yakin kamu bisa menjadi suami yang baik.”Mami Ester menambahkan, “Kami semua mendoakan agar kalian selalu bahagia.”Farez dan Zera saling berpandangan penuh cinta. Mereka tahu, malam ini adalah salah satu m

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 43 Tiba di Belgia

    Hari yang dinantikan hampir tiba. Setelah perencanaan yang matang dan persiapan yang panjang, Farez dan Zera akhirnya tiba di Brussels, Belgia, bersama keluarga, sahabat, dan para tamu undangan untuk pernikahan mereka yang akan berlangsung esok hari di sebuah ballroom hotel mewah di pusat kota.Keluarga besar mereka, termasuk orang tua dan kerabat dekat, sudah menempati kamar masing-masing di hotel yang telah dipesan jauh-jauh hari. Sahabat-sahabat mereka pun sudah berkumpul, membawa semangat dan kebahagiaan untuk menyambut hari besar Farez dan Zera.Di sebuah restoran elegan yang menghadap ke Grand Palace, Pusat Kota Brussels yang bersejarah, Farez dan Zera duduk bersama Joseph dan Mary, serta Arnold dan Marsha. Mereka menikmati makan siang di sebuah tempat yang dipilih khusus karena suasananya yang tenang dan romantis.Pelayan baru saja meletakkan piring-piring dengan sajian khas Belgia di meja mereka. Farez dan Zera berbagi senyum, menikmati kebersamaan sebelum besok menjadi pasang

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 42 Obsesi Abdiel Yang Tak Kunjung Padam

    Di sebuah ruangan dengan pencahayaan redup, Abdiel duduk di kursinya dengan ekspresi penuh ketegangan. Kedua tangannya bertaut, jemarinya mengetuk meja kayu di hadapannya dengan ritme tak beraturan. Di depannya, dua anak buahnya, Reza dan Fajar, berdiri dengan wajah tegang. Mereka sudah tahu jika berita yang akan keduanya sampaikan pasti tidak akan menyenangkan bagi bosnya.Abdiel menatap kedua anak buahnya tajam, rahangnya mengeras. "Jadi?" tanyanya, suaranya rendah namun penuh ancaman.Reza menelan ludah, mencoba merangkai kata yang tepat agar tidak memancing kemarahan Abdiel lebih jauh. "Kami sudah mencoba semua cara, Bos. Menghubungi berbagai vendor pernikahan, mencari tahu dari teman-teman lama Anda, bahkan mendekati orang-orang yang mungkin tahu, tapi ....""Tidak ada yang tahu di mana mereka akan menikah," Fajar menyambung, suaranya lebih pelan.Abdiel mengepalkan tangannya, menahan luapan emosinya. Matanya menatap kosong ke dinding di belakang kedua anak buahnya, otaknya ber

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 41 Kesedihan Abdiel

    Abdiel bangkit dari sofa dengan langkah yang sedikit terhuyung. Pria itu lalu berjalan menuju balkon, membuka pintu geser kaca, lalu menghirup udara malam yang dingin. Brian mengikutinya, berdiri di sampingnya. "Kamu tahu, Diel? Aku pernah mendengar seseorang berkata, 'Jika kau benar-benar mencintai seseorang, kamu harus rela melepaskannya jika itu membuatnya bahagia.'" Abdiel menatap kosong ke laut yang gelap. "Kedengarannya seperti omong kosong romantis yang dibuat oleh orang yang tidak pernah benar-benar mencintai seseorang." Brian tersenyum tipis. "Atau mungkin, itu kata-kata dari seseorang yang sudah belajar dari kesalahannya." Abdiel tidak menjawab. Pikirannya melayang kembali ke masa lalu, ke saat pertama kali dia bertemu Zera di SMA Cipta Nusantara. Abdiel ingat bagaimana Zera dulu tersenyum kepadanya di lorong sekolah. Dia ingat saat keduanya pernah satu kelompok dalam tugas kelas, bagaimana mereka sering bertukar pandangan dalam diam. Abdiel pikir, saat itu, ada k

  • TAMBATAN HATI SANG CEO    BAB. 40 Pesta Bujang Farez di tepian Pantai Ancol

    Malam itu, langit di atas Pantai Ancol begitu cerah. Bintang-bintang bertaburan, menciptakan suasana magis yang semakin memperindah pesta bujang Farez. Sebuah restoran mewah di tepi pantai telah dipesan khusus untuk acara ini, dirancang dengan sempurna oleh kedua sahabatnya, Joseph dan Arnold. Meja-meja panjang berhiaskan lilin-lilin kecil dan lampu gantung bergaya bohemian yang memberikan nuansa hangat. Musik jazz mengalun lembut, menemani suara ombak yang sesekali terdengar di kejauhan. Di tengah-tengah restoran, Farez berdiri dengan gagah dalam setelan kasual elegan dengan kemeja putih dengan lengan tergulung dan celana bahan navy. Dia terlihat begitu bahagia dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya sejak SMA. Joseph lalu menaikkan gelasnya, tersenyum lebar. "Akhirnya, kita bisa merayakan malam terakhir kebebasan Farez!" Arnold juga berkata. "Benar sekali! Setelah ini, dia akan dikendalikan oleh Zera!" “Ha-ha-ha!” Mereka pun terta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status