Share

Bab 7

Aku Juga Bisa Berbohong

Aku pun langsung memberi isyarat pada Fika untuk tetap di ranjang itu bersama Lio, sedang aku menerima video call dari Mas Hasan itu di sofa , yang masih berada di kamar juga. Kuhapus sisa air mata yang berada di pipi. Sesuai rencana, tentu aku akan bersikap biasa saja, dan melihat bagaimana mimik wajah suamiku itu.

"Assalamualaikum...ada apa, Pa?" ucapku membuka obrolan melalui sambungan telepon itu.

Nampak saat ini, Mas Hasan tengah duduk di sebuah kursi, tepatnya dalam sebuah ruangan. Dibelakangnya, nampak sebuah jendela yang tertutup korden warna putih, dengan atasanya ada LCD dan AC.

"Waalaikum salam. Lagi dimana, Ma?" tanyanya sembari menghisap r***knya.

Saat ini, Mas Hasan memakai kaos putih polos kesukaannya. Dan itu adalah salah satu  hadiah dariku, saat anniversary ke dua puluh pernikahanku tahun kemarin.

Rambutnya nampak basah, namun kurasa itu bukan karena selesai mandi, karena wajahnya kelihatan berminyak. Menurutku seperti orang habis berolahraga, kalau karena panas, tak mungkin rasanya, karena di belakangnya 'kan ada ac.

"Lagi di kamar, capek habis masak untuk kepulangan Fika nanti. Bik Nur 'kan masih libur, paling juga besok baru balik. Kamu sedang di mana itu, Pa? Kok kayak kecapekan dan habis lari-lari gitu sih?"

tanyaku tetap dengan wajah datar, meski ada sedikit rasa curiga.

"Lagi di kamar dong, masak iya lagi di jalan. Hahaha...iya, ini tadi habis lari-lari di lapangan. Fika bilang mau pulang kapan, Ma?"

Sebuah alasan yang sangat tidak logis, dan pasti dia berpikir aku akan langsung mempercayainya seperti biasa.

"Oh...kirain habis ngapain aja, Pa. Fika tadi tadi sih telepon, katanya pulang ntar sore. Kamu jadi pulang kapan, Pa?"

"Emmm...belum tahu, Ma. Mungkin tiga atau dua hari ke depan. Tapi bisa juga molor sih. Oh iya, tadi aku sudah  menelepon Fika karena tak bisa pulang. Dan juga sudah memberikannya uang, untuk  membeli apa yang dia mau.

Tumben sekali loh, Fika ini minta barang mewah. Padahal biasanya kan lebih suka yang biasa saja, alias sederhana. Persis seperti kamu, Ma."

Mas Hasan nampak tertawa, meski usianya sudah akan menginjak lima puluh tahun, tetapi masih saja menperlihatkan gurat ketampanan disana. Apalagi suamiku ini memang sangat perhatian kalau soal penampilan. Pantas saja banyak gadis muda yang terjerat dengan pesonanya, dan mungkin lebih tepatnya, terjerat dengan uangnya.

"Ya namanya juga sekarang 'kan dia sudah besar, pasti pemikirannya juga berubah. Mungkin saja, dia nanti akan sepertimu, suak kemewahan, Pa. Terima kasih sudah perhatian sama, Fika.

Oh, iya, Pa. Sebenarnya, ini tadi aku mau menelepon kamu, loh. Eh ternyata akhirnya kamu telepon duluan. Aku mau minta sesuatu nih sama kamu."

"Mau minta apa, Ma? Tumben, biasanya kamu nggak pernah mau minta apa-apa. Selalu menerima pemberianku saja. Mau minta apa memangnya?"

Sesaat tadi kulihat pucuk mata Mas Hasan menoleh ke arah kiri, kemudian tersenyum , sepertinya sedang memperhatikan sesuatu yang menyenangkkan hatinya.

"Ini bukan buat aku pribadi kok, Pa. Tapi untuk investasi masa depan. Kamu kenal Bu Laras 'kan? Itu, istrinya kepala rumah sakit sakit Bhakti Husada, teman SMAku dulu."

Mas Hasan terlihat berpikir sambil menghisap lagi r***knya, "oh iya, aku tahu, yang orangnya mungil itu 'kan? Investasi apa memangnya?"

Ini adalah rencana pertamaku, setelah tadi Fika sukses dengan lima puluh juta pertamanya...entahlah, mau berhasil atau tidak, yang penting aku mencobanya.

"Dia ini, lagi kepepet uang, Pa. Putranya yang kuliah di Amerika sana, minta dibelikan rumah, dan rumah itu katanya dijual dengan harga yang miring. Nah, hal ini bebarengan dengan usahanya yang mulai mengalami masalah, dan itu artinya dia butuh banyak uang.

Tadi, dia baru saja ke rumah pagi-pagi gini. Nawarin dua set perhiasan berliannya. Dia minta aku membelinya dengan harga  aatu miliar saja, padahal pasarannya itu masih tujuh ratusan loh satu set-nya.

Dia melepas itu, jika aku bisa memberinya uang saat ini juga, dia benar-benar butuh uangnya sekarang. Gimana menurut Papa, kita beli saja, kan lumayan tuh pas Papa pulang nanti bisa dijual lagi, dan dapat untung banyak," ucapku dengan mimik serius.

"Oke, beli saja keduanya, Ma. Sepertinya dia tak mungkin menipu, toh kita 'kan sudah kenal baik dan tahu rumahnya. Kebetulan, kemarin aku dapat uang satu miliar dari investor. Nah uang itu bisa kita gunakan dulu. Besok pas aku pulang, kita jual lagi 'kan. Sekarang, telepon dulu dia, katakan bahwa kita siap uangnya," ucap Mas Hasan terlihat antusias.

Sejak dulu suamiku ini, memang seorang pekerja kerasa dan pebisnis yang handal. Hingga dia tak pernah mau menyia-nyiakan peluang yang ada. Dan karena memang, kami amat dekat dengan Laras. Masalah belakang gampang, yang penting hari ini, aku dapat uang itu. Terserah mau uang dari investor atau uang pribadinya.

"Kirim dulu uangnya, Pa. Sembari aku mengirim chat pada Bu Laras," jawabku.

Nampak dia langsung mengambil handphonenya, dan aku juga pun pura-pura mengambil handphone-ku, sekaan aku sedang chat seseorang.

Sekitar dua menit, Mas Hasan kembali meletakkan handphonenya.

"Sudah, Ma. Sudah masuk 'kan uangnya? Segera eksekusi itu, Ma. Namanya itu rejeki nomplok!" ucapnya dengan wajah sumringah.

"Siapa, Bos. Setelah ini, aku akan langsung menuju rumah Bu Laras. Lumayan 'kan, dalam hitungan hari, kita kan sudah dapat ratusa juta," ucapku yang juga amat bahagia, karena dapat notifikasi M-bangking.

Nampak saat itu, suamiku kembali melirik dan tersenyum ke arah kiri. Sambil kakinya seperti meraih sesuatu, atau apalah itu, yang pasti kakinya itu digerak-gerakkan, persis seperti sedang mengusap sesuatu.

"Omm...sshhh..." suara desahan dari seorang wanita terdengar amat lirih.

Sontak Mas Hasan langsung menoleeh kearahku, dan tentu saja dia terlihat amat panik. Hemmm...ternyata suamiku ini sedang berada di kamar bersama dengan seorang wanita.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
emang enak di kadalin tuh buaya ............
goodnovel comment avatar
Aas Rohimah
suami seperti itu harus di beri pelajaran luarnya seperti orang bijak tak tahu dalam nya busuk
goodnovel comment avatar
Endah Spy
hayo mbak dewi habiskan harta suamimu .. ntr kalo sudah kere baru di sadarrr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status