Share

Bab 6

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-17 11:13:32

Firasat Tentang Adelia

"Tapi, Papa menaruh semua surat berharga

di rumah 'kan?"

Fika terlihat makin semangat kali ini, dia pun sepertinya tak risih dengan kehadiran Lio, dan hal itu tentu saja membuatku merasa semakin bahagia.

Jika saja tak ada Fika, entahlah...mungkin saat ini, aku sudah down dengan semua kejadian ini.

"Iya, ada. Papamu menaruh semua surat berharga di lemari, bersama dengan semua perhiasan mama. Ada apa memangnya?" tanyaku sembari membaringkan Lio di ranjang.

"Ih...Mama kok pakai nanya lagi, sih? Ya untuk diamankan dong....duh, Mama polos banget deh! Kalau Papa bisa mengakali kita selama bertahun-tahun, maka kita juga wajib membalasnya, kalau bisa sih lebih kejam!" ujar Fika sambil mengelus pipi Lio yang sedang tertidur.

Sepertinya, putriku ini amat kecewa dengan Papanya, hingga terlihat kebencian mendalam di matanya. Padahal selama ini, dimanapun berada, dan kapanpun itu,dia selama ini selalu membanggakan papanya itu.

"Ya sudah, kamu ambil saja kuncinya ada di tas mama yang warna merah. Pindahin ke kamar kamu saja dulu, Fik. Atau di mana gitu."

"Yang penting dipindah dulu dari sini, Ma. Urusan kelanjutannya gampang. Jaga-jaga aja sih, siapa tahu Papa tiba-tiba pulang, dan mengambil semuanya. Seperti pagi ini, kita dapat kejutan yang tak terduga," ucap Fika serius.

Dia pun kemudian mengambil kunci dan membuka lemari. Dalam lemari itu, ada dua sertifikat rumah, yang kutempati ini dan satunya yang tiap tahun kami kontrakkan. Ada dua BPKB mobil dan tiga motor, yang kesemuaanya atas nama Mas Hasan.

Dalam lemari itu juga, ada banyak perhiasaanku, yang diberikan oleh Mas Hasan sejak awal kami menikah dulu. Jumlahnya sudah amat banyak, dan jika dijual mungkin sudah bisa untuk membeli dua buah mobil.

Ada juga satu sertifikat tanah atas namaku, tapi itu bukan atas nama Mas Hasan, melainkan namaku. Karena tanah itu adalah warisan dari orang tuaku. Saat ini, tanah yang luasnya lebih dari empat hektare itu, sedang dikerjakan oleh Pak Amir.

"Fik, pikiran kamu sama dengan Mama nggak sih?" tanyaku.

"Mikirin apa dulu nih, Ma?" jawab Fika tanpa menoleh.

"Tentang kematian Adelia, kok kayaknya janggal gitu loh!"

"Janggal gimana, Ma? Menurutku sih, dia itu bunuh diri, Ma. Palingan habis pulang dari sini, dia langsing nenggak obat atau minuman apa gitu, dan akhirnya meninggal. Dari mulutnya kan keluar busa tuh, Ma, pasti dia semacam keracunan gitu, atau mencoba bunuh diri dengan obat atau apa gitu.

Logikanya kan gini, Ma. Papa kan sudah nggak mau ngurisin Adelia dan Lio, jadi akhirnya dia mencari mama untuk menitipkan Lio. Nah...setelah sudah menemukan mama dia pun langsung bunuh diri. Karena mungkin keluarganya tak ada yang sudi menerimanya lagi," ucap Fika panjang lebar.

Sebetulnya, aku pun berpikir seperti itu. Dia depresi lalu bunuh diri, setelah menyerahkan Lio padaku. Namun, rasanya firasatku mengatakan jika penyebab kematian Adelia tak sesimple itu.

Karena tadi pagi saat menyerahkan Lio, kulihat dia sepertinya juga sedang ketakutan. Dan firasatku juga, sepertinya dia amat berat melepaskan buah  hatinya itu.

"Apa mungkin sesimple itu, Fik? Mama rasa ini masih ada sedikit hubungannya dengan Papamu,"  ucapku lirih

"Kok Mama bisa bilang begitu?"

Kali ini, Fika pun duduk di sampingku, sambil memangku surat berharga dan juga perhiasanku yang ada di lemari tadi.

"Coba kamu pikir, hubungan Adeelia dan papamu kan semakin rumit. Bisa jadi 'kan, saat tadi pagi Adelia menyerahkan Lio, papamu telah tahu. Karena saking marahnya, akhirnya Papamu meracuni Adelia hingga meninggal.

Intinya sih satu, Papamu tak ingin mama tahu semua kebusukannya selama ini, hingga kemudian dia menghabisi Delia. Mungkin saja saat ini papamu sudah tahu dengan keberadaan bayi Lio di rumah kita ini," jelasku.

"Kayaknya nggak mungkin deh, Ma. Masak iya Papa setega itu, apalagi hingga menghilangakan nyawa seseorang. Iya sih papa di luar sering bermain api dengan banyak wanita muda. Tetapi untuk hal membunuh, kurasa tak mungkin deh, Ma.

Kayaknya itu murni bunuh diri, karena Adelia itu malu, dan merasa putus asa dalam menghadapi hidupnya. Mungkin saja, dia bingung memikirkan jika orang tuanya tahu, apa yang terjadi. Lagian, Ma, Papa 'kan ada di luar kota, mana mungkin sih dia tahu apa yang terjadi di sini, Ma."

Fika memang masih terus membela Papanya, tapi firasatku yang dari dulu selalu terbukti, mengatakan jika Adelia meninggal bukan karena bunuh diri.

"Entah ini hanya kebetulan atau hanya feeling mama saja, tapi menurut mama, papamu itu tahu dengan kedatangan Adelia ke rumah kita. Bukankah kemarin papamu bilang, akan sampai di rumah selepas tengah malam? Nah, pas banget 'kan saat itu dengan kedatangan Adelia dan bayi Lio tadi. Dan semua bisa dihubungkan loh, Fik!"

Tiba-tiba Mas Hasan meneleponku, dia menginginkan video call. Apa mungkin memang dia sudah tahu keberadaan Lio, dan kini ingin mengecek kebenarannya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Semoga benar Hasan yang bunuh Adelia biar masuk PENJARA dan MEMBUSUK di sana kan membunuh hukumannya pasti lebih dari 25th tapi sebelumnya CERAIKAN dulu Bu Dewi
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
bener b Dewi.saya sepikuran sama b Dewi .pas pk Hasan dtngn k.Adelia .Adelia hbs menyrahkan k b Dewi pk Hasan marah langsung d cekik dn d suru minum racun serangga .tapi pk Hasan tau nya anak nya d kasi k orang g hilang d kasi k b Dewi ...
goodnovel comment avatar
Endah Spy
nahh kan dewi ngerasa ada yg janggal kali ini ... dengan kematian sii adelia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Ending

    Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 179

    Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 178

    Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 177

    Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 176

    Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 175

    Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status