Share

Bagian 3

TANDA MERAH DI LEHER SUAMI

#Pelakor_Kena_Karma

Bab. 3

Suasana di ruangan karaoke begitu riuh dengan suara para ibu-ibu muda teman satu grup di arisan yang Airin ikuti. Ada yang sedang menyanyi, ada yang sedang asyik menggosip, ada juga yang tengah menikmati snack dan minuman yang sudah mereka pesan sebelumnya.

Sedangkan Airin, dia hanya duduk termenung memandangi teman-temannya itu. Padahal malam ini Airinlah bossnya. Tapi Airin seperti tidak menikmati kesenangannya malam ini. Semua sibuk dengan kesenangannya masing-masing. Lampu yang sudah di atur dengan nyala remang-remang ala diskotik itu semakin membuat Airin larut dalam lamunannya. Tidak ada yang memperhatikan Airin kecuali Tasya. Adik Surya satu-satunya yang rumahnya tidak jauh dari rumah Surya dan Airin.

Tasya memperhatikan Airin yang terlihat tak menikmati acara karaoke mereka malam ini. Tubuh airin memang ada disini, tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Tasya pun bangkit dan menghampiri Airin yang masih menggenggam gawainya, berharap Surya menelepon untuk sekedar menanyakan kabarnya.

"Kak, kamu kenapa, kok melamun aja dari tadi?" tanya Tasya sembari menyenggol bahu Airin. Tasya agak meninggikan nada suaranya karena  ruangan itu sedikit bising oleh suara nyanyian Siska yang tidak begitu merdu. Senggolan Tasya itu seketika membuyarkan lamunan Airin dan membuat Airin gelagapan.

"Eh, Tasya-" Airin tergegap-gegap menjawab pertanyaan adik iparnya itu.

Airin terkejut dengan kedatangan Tasya. Airin mengira tidak ada seorang pun yang memperhatikan kegelisahannya malam ini.

"Kak, Kak Surya mana?" tanya Tasya lagi. Airin hanya diam membisu. Tangannya terus memutar-mutar gawai yang sejak tadi dia pegang. Dari raut wajah Airin, Tasya memahami bahwa suasana hati kakak iparnya itu sedang tidak baik.

"Jangan cemberut dong, Kak. Kan kita lagi happy-happy, gabung yuk sama yang lain, Kak." ajak Tasya sambil menarik tangan Airin. Tapi Airin menarik tangannya kembali dan hanya membalas Tasya dengan gelengan kepala.

"Kakakmu itu sepertinya, sudah nggak sayang lagi deh sama aku, Sya." ucapan Airin itu membuat Tasya terkejut. 

Seketika jiwa kekepoan Tasya meronta-ronta. Tasya pun semakin mendekatkan tubuhnya pada kakak iparnya itu.

"Kok Kakak ngomong gitu sih, nggak mungkin lah kalo Kak Surya nggak sayang Kakak lagi." ucap Tasya memberi dukungan pada Airin dengan maksud agar Airin mau lebih dalam lagi mencurahkan isi hatinya.

"Buktinya, kakakmu sekarang sudah berubah sama aku, Sya. Nggak seperti awal-awal kami menikah dulu." sanggah Airin.

"Berubah gimana, Kak?" tanya Tasya semakin penasaran.

"Aku curiga, kakakmu sudah tergoda sama pelakor deh, Sya."

"Hah? Pelakor?!" pekik Tasya.

Tetiba saja semua ibu-ibu di dalam ruangan itu mengalihkan perhatian mereka pada Tasya dan Airin. Mereka seolah penasaran dengan apa yang di bicarakan Airin pada Tasya.

"Huuu ibu-ibu mah, kalo urusan pelakor aja cepet banget nyambernya kayak bajaj!" seru Tasya melihat ekspresi teman-temannya itu.

Seketika ruangan hening. Siska yang sedari tadi asyik bernyanyi lagu korea pun kemudian segera mematikan video musik di monitor tv layar sentuh itu. Sepertinya seisi ruangan itu sudah di buat penasaran dengan pelakor yang di bahas oleh Airin tadi.

"Suamimu di goda pelakor, Jeng?" tanya Siska kemudian.

"Huh, jaman sekarang pelakor semakin merajalela aja ya, Ibu-Ibu!" pekik yang lain.

"Eh tenang Ibu-Ibu, ini baru dugaan saya aja kok, karena memang akhir-akhir ini Mas Surya banyak berubah sama saya. Nggak seperti dulu saat awal-awal menikah." jawab Airin mencoba menenangkan teman-temannya.

"Kurang hot kali Jeng servis ranjangmu." sahut Siska lagi di barengi oleh tawa para ibu-ibu lainnya.

"Kurang hot gimana? Saya yang justru sedang hot-hotnya, Jeng. Eh, Mas Surya malah sering nolak ajakan saya." keluh Airin lagi.

"Wah, bahaya itu kalo sudah sampai begitu, Kak." ujar Tasya menimpali.

"Kamu harus waspada loh, Rin. Jangan sampai suamimu lebih merasakan kenikmatan ranjang bersama pelakor itu!" sahut ibu-ibu yang lain lagi.

Jadilah acara karaoke itu berubah menjadi ajang gosip ala Ibu-ibu rempong. Membuat perasaan Airin semakin kacau. Dada Airin seketika seperti sesak. Pikirannya tertuju pada Surya. Airin takut sekali kalau suaminya itu di goda oleh perempuan lain.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Sandra segera membukakan pintu untuk Surya yang baru saja sampai di rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 menit. Surya sedikit terlambat karena terjebak macet di jalan.

"Hai, Mas." Sandra menyapa Surya kemudian memeluk Surya dengan lembut. 

Kemudian Surya pun segera masuk ke dalam rumah Sandra. 

"Maaf ya kalo Mas telat. Jalanan macet parah, San." ucap Surya pada Sandra.

"Nggak apa-apa, Mas." jawab Sandra.

"Kiki pasti sudah tidur ya?" tanya Surya lagi sembari merebahkan tubuhnya di sofa empuk milik Sandra.

"Iya, Mas. Kiki sudah tidur sehabis maghrib tadi. Sepertinya dia kelelahan menunggu Mas datang. Seharian dia nanyain Mas terus." jawab Sandra sambil duduk di sebelah Surya.

"Kasihan Kiki. Bangunin gih, San. Dia belum makan donat kesukaan dia loh," ujar Surya lagi. 

"Mas kok belinya banyak sekali? Apa nggak boros, Mas?" tanya Sandra sambil meraih sekotak besar donat kesukaan anaknya itu.

"Tenang aja, San. Aku beli itu murni pakai uang aku sendiri, bukan uang yang aku berikan untuk istriku." jawab Surya menjawab kekhwatiran Sandra.

"Apa Airin nggak curiga sama Mas?" tanya Sandra lagi.

Surya mendengus lirih begitu Sandra bertanya seperti itu. Surya pun membalikkan tubuhnya tepat di hadapan Sandra.

"Sayang, Airin itu berbeda denganmu, Airin itu nggak pernah curiga sedikitpun padaku. Mau aku nggak pulang berapa hari pun, dia nggak bakal peduli. Karena yang terpenting baginya itu hanyalah uangku, San." Surya mencengkeram bahu Sandra dengan lembut.

"Apalagi setiap bulan aku selalu memberi semua uang gajiku padanya, utuh. Tanpa aku kurangi serupiah pun!" tegas Surya lagi. Sandra hanya terdiam mendengar penjelasan Surya itu.

"Ya udah, Mas. Aku cuma takut kalau dia curiga sama Mas. Kalau dia nggak peduli sama Mas, kan masih ada aku dan Kiki yang selalu peduli sama Mas. Sekarang Mas mandi dulu ya, ketahuan Mas belum mandi kan? Baunya aseemmm" ejek Sandra pada Surya. 

"Ih, berani ya ngatain Mas bau asem," Surya pun menggoda Sandra dengan mendekatkan ketiaknya pada Sandra. Sandra pun terperanjat lalu berusaha menghindari Surya.

Surya mengejar Sandra yang sudah beranjak dari sebelahnya. Mereka berlarian bak adegan di film india. Kemudian Surya berhasil menangkap tubuh Sandra yang lebih kecil darinya itu. Mendekap Sandra dengan kuat sehingga Sandra susah untuk bergerak.

Pandangan Surya dan Sandra saling beradu. Seketika suasana hening. Mereka memandang begitu lekat satu dengan yang lain. Tubuh mereka semakin menempel erat. Pelukan Surya pun semakin kuat mencengkeram tubuh Sandra.

Perlahan Surya mendekatkan wajahnya ke arah wajah Sandra. Sandra hanya mampu termangu memandangi wajah Surya. Tak sadar hembusan nafas Surya terasa hangat menerpa wajah Sandra. Membuat Sandra larut dalam pelukan laki-laki 35 tahun itu. Jantung Sandra berdesir merasakan kehangatan tubuh Surya.

"M-Mas!" Sandra mendorong tubuh Surya dan mencoba menjauhkan bibirnya dari bibir Surya ketika Surya berusaha menciumnya.

"Aku rindu kamu, San." bisik Surya lirih. Surya pun mendekatkan kembali wajahnya ke arah wajah Sandra. Rona merah terpancar semu di wajah Sandra.

"Mandi dulu, Mas. Bau tau," ucap Sandra sambil mendorong tubuh Surya lagi.

Perlahan Surya menggiring tubuh Sandra untuk mengikutinya menuju kamar mandi di kamar pribadi Sandra. Sandra yang tengah terbuai gejolak asmara pun hanya mampu mengikuti kemauan Surya.

"Kita mandi bareng ya, seperti dulu" bisik Surya mesra di telinga Sandra. Sandra hanya tertegun kemudian tersenyum manis. Membuat Surya semakin bergairah dibuatnya.

Next?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nyaprut
baru saja baca 3 bab udah minta koin saja ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status