Laura merasa sangat bahagia bisa sedekat ini dengan Siddarth, meskipun Siddarth belum ingat apapun tentangnya.
Terdengarlah suara orang sedang membuka pintu ruangan Siddarth, alangkah kagetnya Laura melihat Cruz begitupun sebaliknya Cruz kaget melihat Laura.
Tubuh cruz langsung bergemetar melihat Laura sedang bersama abang tirinya yaitu, Siddarth.
"Bang Sidd, kenapa kamu bisa bersama Laura? Apa Laura ini kekasih Abang, seperti yang mama jelaskan padaku, jika kamu kecelakaan karena mama dan papa melarang kamu untuk menikah dengannya?" tanya Cruz dengan matanya sudah memerah ingin menangis.
"Jadi, benar jika kamu adalah kekasihku? Seperti yang dia katakan padaku?" tanya Siddarth pada Laura.
Laura hanya terdiam sambil menatap Cruz dan berpikir, jika selama ini, orang yang dia cintai dan orang yang sudah menghapus tangisan dalam hidupnya adalah Abang tiri dari orang yang sudah menyakiti perasaannya serta membuat tangisan dalam hidupnya.
Cruz langsung pergi tanpa mengatakan apapun, sedangkan Siddarth memegang tangan Laura. Siddarth ingin Laura menjelaskan padanya apakah yang Cruz katakan tadi benar atau tidak dan ternyata ingatan Siddarth tidak sepenuhnya hilang, dia ingat jika Cruz adalah adik tirinya.
***
Cruz berlari sekuat tenaga dengan penuh tangisan, Cruz tahu jika orangtuanya sudah mengizinkan Siddarth untuk menikah dengan Laura, wanita yang sangat dia cintai.Cruz tidak tahu, mengapa dia bisa mengambil keputusan untuk memutuskan gadis yang sangat dia cintai itu. Hanya karena hasutan Siddarth.
"Haa, lebih baik aku tidak pernah datang lagi ke Indonesia, lebih baik aku tidak tahu kenyataan ini!" tangis Cruz terduduk di tepi jalan.
Tampaklah dari kejauhan Maira sedang berada di dalam mobil yang berhenti di lampu merah.
"Itu, bukannya Cruz, tapi mengapa dia ada di Indonesia, bukannya dia sedang kuliah di London, apa mungkin orang itu, hanya mirip dengan Cruz? Ah, dari pada penasaran lebih baik aku temui langsung orang itu!" ucap Maira yang memarkirkan mobilnya di tepi jalan lalu berlari ke arah Cruz.
Sesampainya di tempat Cruz, Maira kaget jika yang dia lihat itu, benar Cruz.
"Hey cruz, apa yang sedang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu menangis?" tanya Maira pada Cruz.
Cruz hanya diam menangis sembari memeluk Maira dengan erat.
Cruz melepaskan semua tangisannya di pelukan Maira, Maira berusaha menenangkan Cruz sambil membawa Cruz ke mobilnya.
***
Sore itu, Nunu sedang menonton berita di televisi, alangkah kagetnya Nunu melihat berita seorang pemuda di temukan tewas bunuh diri di tepi danau dan yang lebih membuatnya kaget yaitu sebuah gelang yang sangat mirip dengan gelang kesayangan Romeo, hati Nunu makin tambah khawatir karena semalaman Romeo tidak pulang ke rumah."Apa jangan-jangan itu, adalah Romeo. Gak, gak mungkin, aku harus memastikannya sendiri kesana!" ucap Nunu panik seraya berlari keluar rumah.
***
Di perjalanan ke lokasi kejadian di temukannya mayat yang di duganya adalah Romeo, tanpa sengaja dia melihat Maira sedang bersama seorang pria berduaan di mobil saat lampu merah."Maira, apa jangan-jangan hilangnya Romeo ada hubungannya dengan Maira yang sudah memiliki kekasih baru?" Tanya Nunu pada dirinya sendiri.
"Awas saja! Jika benar mayat itu, adalah Romeo. Maka akan saya pastikan hidupmu menderita Maira, nyawa di balas nyawa!" gumam Nunu penuh emosi.
***
Siddarth sudah tertidur, Laura pergi keluar ruangan Siddarth untuk menenangkan pikirannya dari masalah yang mengganggu pikirannya dari tadi.Hanya ada satu tempat yang bisa membuat pikirannya tenang, yaitu pergi ke danau.
Sesampainya di danau, dia melihat banyak sekali orang di sana, ternyata orang-orang sedang melihat penemuan mayat yang meninggal di danau itu.
Tak lama setelah Laura datang, datanglah Nunu menangis terisak sembari membuka bungkusan mayat Romeo.
Nunu berteriak histeris ditemani jutaan air mata yang mengalir dari matanya.
"Ya, Allah. Itu, bukannya tante Nunu, kenapa dia menangisi mayat itu, apa jangan-jangan mayat itu, adalah Romeo. Romeo sahabatku, gak, gak mungkin, aku harus melihatnya sendiri!" ucap Laura berlari ke Nunu yang sedang menangis.
Alangkah kagetnya Laura melihat mayat itu, adalah Romeo. Sahabatnya yang juga sangat mencintai dirinya.
"Ro, Romeo,," ucap Laura kaget yang kemudian di susul oleh air mata yang jatuh dari matanya.
Nunu langsung melihat ke arah Laura, Nunu pun mendorong Laura untuk menyuruhnya pergi, sebab dia yakin bahwa kematian Romeo, pasti ada campur tangannya.
"Pergi kamu! Pergi. Aku gak mau kamu disini! Kamu pasti ikut campur atas kematian Romeo, pergi!" teriak Nunu menangis sambil mengusir Laura.
Laura akhirnya pergi, dia tidak mau ada keributan lagi di saat semua berduka.
Saat akan pergi dari danau itu, tanpa sengaja dia bertabrakan dengan Cruz dan Maira yang baru saja datang ke danau.
Maira heran melihat Laura saling tatap-tatapan dengan Cruz, keheningan pun berubah jadi keributan dan tangisan ketika Nunu datang.
Nunu yang melihat Maira pun langsung menamparnya dengan sangat keras didepan Laura dan Cruz.
"Tante, kenapa tante menamparku, apa salahku?" tanya Maira heran pada Nunu.
"Kamu bertanya salah kamu apa! Lihat, lihatlah mayat ini!" teriak Nunu menangis seraya membuka bungkusan mayat yang dibawa oleh tim medis.
Alangkah kagetnya Maira melihat Romeo yang terbaring kaku tanpa nyawa.
Dada Maira tiba-tiba saja sesak, hingga membuatnya tidak kuat menahan dirinya hingga dia jatuh pingsan, tetapi untungnya Cruz dengan cepat menangkapnya hingga dia tidak jadi jatuh ke tanah.
Petugas medis meminta Nunu agar segera pergi, sebab mayat Romeo harus segera di makamkan karena mayatnya sudah hampir busuk karena sudah seharian di dalam danau.
Nunu pun pergi bersama para tim medis untuk membawa mayat Romeo kerumahnya, sedangkan Cruz menggendong Maira untuk membawanya pulang kerumah.
"Ya Allah, pasti Maira terpukul banget atas kejadian ini, tetapi untungnya sekarang ada Cruz di sisinya, aku yakin Cruz pasti bisa membahagiakannya sebab aku tahu jika Cruz sangat mencintainya, hingga dia tega meninggalkan aku dulu. Tetapi sekarang aku ada Sidd, aku sangat mencintainya bahkan melebihi cintaku untuk Cruz dulu," ucap Laura
Dari kejauhan, Cruz membuka kaca mobilnya hanya untuk melihat Laura.
***Malam yang sangat dingin dan sunyi, Arif bernyanyi di iringi alunan piano yang dibawakan.Entah kenapa Arif tiba-tiba saja sedih, apa karena hari itu, adalah hari ulangtahun Amanda almarhumah istrinya yang hilang akibat kecelakaan pesawat yang mereka alami beberapa tahun lalu.
"Melihat besarnya cinta Laura pada Siddarth, mengingatkan pada kamu Manda, hmm, dimana kamu sekarang, aku tidak tahu, apakah kamu masih hidup, atau tidak. Tetapi yang jelas aku masih sangat berharap jika kamu masih hidup saat ini!" ucap Arif menangis sambil memegang dan memandangi fotonya bersama Amanda.
Ketika Arif sedang bersedih datanglah Tiara ke ruangannya untuk memberikan kabar, jika Cruz sudah datang di Indonesia.
Arif menghapus air matanya sebelum dia berbalik badan ke Tiara, sekalian dia menyimpan kembali fotonya bersama Amanda kedalam laci meja kerjanya.
"Baiklah, jika kamu sudah tahu Cruz ada di Indonesia, mengapa kamu tidak langsung beraksi saja, kenapa kamu malah kemari, apa kamu menunggu perintah dari saya dulu!" ucap Arif dengan nada tinggi pada Tiara.
"Sumpah ya, ni orang benar-benar ngeselin, kalau bukan karena gue sudah menandatangani surat perjanjian itu, ih, gak sudi gue bekerja sama dengan orang gila ini!"gutuk Tiara dalam hatinya
"Eh, kamu dengar tidak, saya katakan apa pada kamu semalam, jika sudah ada kabar tentang Cruz maka kamu langsung beraksi saja, ini, kamu malah tunggu saya emosi dulu baru kamu mengerti, dasar wanita bodoh!" bentak Arif pada Tiara.
" Bersambung "
Tiara yang sudah sangat kesal mendengar perkataan Arif pun langsung menganggukkan kepalanya pertanda bahwa dia mengerti maksud perkataan Arif. Tiara segera pergi dari ruangan Arif."Huft! Bodoh sekali anak itu!" gumam Arif dengan menggelengkan kepalanya melihat kebodohan Tiara.***Keesokan paginya tibalah saat dimana Romeo di makamkan, dengan penuh air mata Nunu melapaskan kepergian putra yang sangat dia sayangi.Maira juga ikut hadir untuk mengantarkan Romeo ke tempat peristirahatannya yang terakhir, namun yang terjadi. Nunu malah berteriak dan menangis histeris saat melihat kehadiran Maira yang dia yakini adalah sumber dari kematian anaknya.Dada Nunu sudah mulai sesak dibarengi dengan kepalanya yang sangat pusing hingga pada akhirnya Nunu jatuh pingsan.Maira yang saat itu, sedang bersama Cruz langsung membawa Nunu ke rumah sakit.
"Apa Laura tidak marah pada Siddarth setelah tahu semua kebenarannya? hmm, kenapa dulu aku begitu bodoh hingga aku tidak sadar telah menyia-nyiakan gadis yang sangat aku cintai hanya karena hasutan Siddarth!" ucap Cruz dengan air mata yang jatuh dari matanya.Cruz menghela nafasnya agar dia kuat menyaksikan kebersamaan Laura dengan Siddarth abang tirinya.Fera langsung menyuruh Cruz duduk bersama mereka untuk ikut serta dalam acara pernikahan Siddarth dan Laura."Maaf Ma, Cruz tidak bisa sebab Cruz harus pergi keluar sebentar karena Cruz sudah di tunggu oleh teman-teman Cruz!" jawab Cruz berusaha tersenyum lalu pergi dari rumah."Apa Cruz masih cinta padaku? Hingga membuatnya tidak mau duduk di sini untuk membahas pernikahan aku dan Siddarth, Duh, kenapa aku bisa berpikir seperti itu, huft Laura kamu harus sadar, kamu sekarang mencintai Siddarth dan akan selamanya mencintainya!" ucap Laura dala
Cukup lama Cruz memikirkan jalan terbaik yang harus dia ambil untuk hidupnya agar dirinya tak terjebak pada masa lalu dengan Laura gadis yang masih sangat dia cintai sampai saat ini, namun sebentar lagi dia juga akan menjadi adik ipar Laura.Kaki cruz melangkah ke balkon untuk melihat ke langit yang sangat hitam tanpa ada bintang dan bulan yang menyinari, sama halnya seperti Cruz yang tidak di sinari oleh Laura dan Cinta."Jika dengan mengikhlaskan kamu bisa membuat kamu bahagia dan membuatku lupa padamu, maka aku akan melakukan itu, tetapi apa aku sanggup harus melihat kalian bermesraan di depan mataku setiap hari!" ucap Cruz sambil meneteskan air matanya.***Terdengarlah suara keramain dari rumah Arif yang memang pada saat itu, sedang di adakan pesta ulangtahun sekaligus Siddarth ingin melamar Laura secara langsung di depan semua orang.Tubuh mungil Laura terlihat sangat c
Tak selang lama kemudian terdengarlah suara tembakan kedua yang juga mengarah pada Laura, Cruz, Siddarth dan Tiara.Seisi pesta pun langsung jongkok saat mendengar suara tembakan kedua.Adjie segera menelpon polisi sedangkan Fera berlari ke atas panggung untuk melihat siapakah yang sebenarnya tertembak dari kedua pistol tersebut."gue harus pastikan siapa yang sebenarnya sudah tertembak!" ucap Dev yang berlari ke atas panggung.***Laura, Siddarth, Tiara dan Cruz saling tatap-tatapan hingga tak lama kemudian Siddarth dan Tiara pingsan secara bersamaan.Melihat kekasihnya yang berlumuran darah sepertinya Siddarth Pun memegang kedua tangan Laura ditemani air mata yang terus mengalir dari matanya."Sayang, apapun yang akan terjadi nanti padaku, tolong! Tolong kamu jangan tangisi apapun yang akan terjadi nanti, meskipun nanti aku tidak selamat, berjanjilah
Setelah cukup lama saling tatapan akhirnya Dokter Orlando melepaskan Laura dari pelukannya atas keinginan Laura."Duh, kalau akhirnya akan dijatuhkan juga kenapa pakai ditolong segala tadi!" Gumam Laura kesal pada Orlando."Ya, bukan salah akulah, jelas-jelas tadi kamu kan, yang mau aku melepaskan pelukan ku darimu, ya, jangan salahkan aku sekarang!" Jawab Orlando tersenyum pada Laura.Laura semakin sangat kesal hingga membuatnya memukul tubuh Orlando tetapi sayangnya dia malah jatuh kembali ke pelukan Orlando karena Untuk kedua kalinya Orlando menangkapnya yang akan terjatuh. Orlando sangat deg-degan saat sedekat itu, dengan Laura . Tatapan Orlando tidak bisa beralih dari mata Laura yang juga menatapnya."Ih, dasar ya, kamu tu dokter modus, dokter sok kecakepan, ih nyebelin banget!" Gumam Laura geram pada Orlando."Hati-hati lo, jangan kamu terlalu memben
Orlando yang melihat Laura menangis dalam pelukannya pun langsung memegang kedua pipi Laura dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi padanya sehingga dia bisa sehancur itu."Hmm, maafkan aku, aku belum bisa dan belum siap untuk menceritakan apapun padamu sekarang akan tetapi aku pasti akan menceritakan semuanya padamu!" Jawab Laura menangis sambil menatap Orlando."Ya, sudah. Kalau begitu sekarang aku antara kan kamu pulang soalnya jika kamu berlama-lama mengenakan pakaian basah maka kamu pasti akan jatuh sakit lagi." Ucap Orlando yang menawarkan diri untuk mengantarkan Laura pulang kerumahnya.Laura menolak untuk diantarkan oleh Orlando, tetapi ketika dia berdiri tiba-tiba saja kepalanya merasa pusing hingga membuatnya jatuh pingsan di pelukan Orlando.Orlando kemudian menggendongnya lalu membawanya ke mobil untuk dibawa pulang tetapi karena dia tidak tahu dimana rumah Laura, akhirnya dia memutuskan
Laura terus saja menangis menyaksikan kepergian Siddarth.Ternyata itu, semua hanyalah mimpi Laura. Laura langsung terbangun setelah bermimpi seperti itu."Haa, Siddarth, dimana kamu sebenarnya, hmm, aku benar-benar tidak sanggup jika harus jauh darimu! Aku sangat mencintaimu!" Ucap Laura menangis."Dimana aku? Kenapa aku bisa berada disini?" Tanya Laura kebingungan dengan matanya yang masih meneteskan air mata.Tak lama kemudian datanglah Nuratika untuk melihat kondisi Laura, Nuratika kaget melihat Laura dan dia baru sadar jika kekasih Orlando adalah tunangannya Siddarth.Laura juga kaget melihat kedatangan Nuratika, Laura yang ingin duduk langsung dicegah Nuratika karena kondisinya masih belum begitu pulih.Laura pun bertanya kenapa dia bisa berada di rumah Nuratika lalu Nuratika menjawab jika dirinya dibawa oleh Orlando adiknya dalam kondisi pingsan.
Akhirnya Winda merasa sedikit lebih tenang setelah mendengar ucapan papanya itu.Tak lama kemudian keluarlah dokter dari ruang UGD untuk memberitahukan kepada Winda dan Ari kabar orang yang Winda tabrak."Kondisi pasien saat ini sangat kritis, dia kehilangan banyak darah dibagian otak belakang nya dan kebetulan golongan darah pasien sedang kosong dirumah sakit kami, apa kalian ada yang memiliki golongan darah B Bombay karena golongan darah ini, sangat langka?" Ucap dokter diselingi pertanyaan.Sayangnya mereka tidak memiliki golongan darah yang sama dengan Franklin tetapi mereka akan berusaha mencari orang yang memiliki golongan darah yang sama dengan Franklin secepatnya.Ari kemudian pergi meninggalkan Winda untuk mencari golongan darah tersebut agar Franklin bisa segera diselamatkan."Ya, Allah semoga saja papa bisa menemukan golongan darah tersebut karena aku tidak mau masuk p