Share

Bab 2 Kembali

Author: Titisan Tinta
last update Last Updated: 2023-07-01 17:57:43

Semilir angin masuk ke dalam kamarnya, Karina melihat pantulannya di cermin pagi ini. Ia hirup udara kamarnya yang sudah lama tak ia rasakan.

Setelah perpisahan dengan teman-temannya, Karina tidak pernah sekalipun kembali ke sini. Setelah 7 tahun lamanya, Karina kembali ke kamarnya yang ia gunakan saat ia berada di bangku SMA.

Setelah menyelesaikan masa kuliahnya, Karina juga keluarga kembali ke kota asal. Karina mengirim beberapa lamaran dan berakhir di perusahaan MAHAPRANA'S dengan jabatan cukup tinggi yakni sekretaris perusahaan.

Karina mulai merias dirinya dengan beberapa sentuhan namun tak berlebihan. Ia rapikan kembali rambut juga pakaiannya kemudian bergegas ke dapur untuk menyantap sarapan.

"Semangat ya, Rin. Pasti bisa!" ucap Hani—ibu Karina.

Karina mengangguk patuh. "Semangat Karina udah menggebu banget, Ma. Masa iya anak Mama gak bisa semangat," balas Karina

"Pertahanin semangat itu, Mama pasti selalu dukung!"

Karina menyelesaikan suapan terakhir ke mulutnya, ia lalu menyalimi tangan Hani kemudian pamit berangkat.

Paginya yang sangat indah ini jangan sampai kacau. Tekad Karina sudah sangat kuat, bahkan ia tak segan-segan menandatangani kontrak.

Karina menaiki taksi dan langsung menuju ke tempat tujuan. Dalam mobil, Karina menopang dagunya. Ia pandang jalanan yang terus ia lalui. Bahkan, ia melewati sekolahnya juga.

Begitu banyak Deja Vu di kota ini. Ya, Karina merindukan nya. "Makasih, Pak."

Karina turun dari taksinya setelah beberapa saat. Ia memandang bangunan megah yang membuatnya berpikir, "Ini kantor perusahaan?"

Masih dengan semangatnya, Karina masuk. Ia berjalan menuju meja resepsionis yang tak jauh dari jalan masuk. "Mbak, mau tanya. Ruangan Sekretaris itu dimana, ya?" tanya Karina sambil memandangi langit-langit.

"Oh, Sekretaris baru, ya?" ucap Sang Resepsionis.

Karina mengangguk penuh semangat, "Iya, Mbak. Saya baru masuk hari ini."

"Mari, saya antar." Resepsionis tadi berjalan terlebih dahulu guna memimpin Karina menuju ruang kerjanya.

Sambil berjalan menuju lift, Resepsionis tadi sedikit bercerita tentang atasannya. "Seharusnya ruangan kerja Sekretaris dan CEO itu terpisah, tapi Pak CEO meminta agar di satu ruangan saja," ucapnya.

Dahi Karina berkerut bingung, "Loh? Kenapa? Memangnya Pak CEO nya gak ada urusan pribadi, gitu?"

"Kalau itu saya kurang tahu, tapi seminggu yang lalu Pak CEO mengubah tata letak ruang kerjanya. Awalnya, ruang kerjanya memang terpisah. Tapi setelah merekrut Sekretaris baru, beliau langsung mengubahnya."

Pintu Lift terbuka. "Nah, kita sudah sampai," ucap Resepsionis.

Karina mengangguk dan memperhatikan secara detail lorong yang menghubungkan lift juga ruangan lainnya. "Dilantai ini hanya ada dua ruangan, ruangan kerja mu dengan Pak CEO, juga ruang pribadinya."

Karina hanya ber-oh saat Resepsionis itu menunjukkan pintu yang saling berhadapan.

Setelahnya, ia mengetuk pintu yang ada di jalur kiri. "Pak Marcel, saya membawa Sekretaris baru."

Karina terdiam. "Mbak, Pak siapa tadi?" tanyanya takut salah mendengar. Tak mungkin juga nama CEO ini sama dengan nama laki-laki yang sangat ia benci.

"Pak Marcel. Beliau CEO MAHAPRANA'S, Marcel Mahaprana," jelas resepsionis itu.

Mendengar itu, bahu Karina langsung anjlok. Kepalanya berusaha menerima mentah kenyataan yang baru ia dengar, terdengar suara dari dalam ruangan yang mempersilakan nya masuk.

"Silahkan masuk, Pak CEO sudah menunggu." Resepsionis tadi pamit dan meninggalkan Karina di rasa bimbang yang sangat mendominasi.

Karina meneguk ludahnya saat melangkah masuk. Dan benar saja, wajah Marcel sudah tersenyum penuh arti ke arah nya. Ingin sekali Karina mengamuk sejadi-jadi jika saja ia tak sadar posisinya sekarang.

"Selamat datang Sekretaris baru, saya harap kamu tidak berhenti bekerja akibat tekanan batin, ya?" ucap Marcel. Raut wajahnya tetap sama, menjengkelkan.

"Ini pasti mimpi, nih. Gak mungkin lo Marcel musuh bebuyutan gue, gak mungkin!" bantah Karina.

Marcel hanya tersenyum. "Kenapa kamu berpikir kalau saya bukan Marcel Mahaprana yang sering memancing emosi mu itu?" tanyanya lagi.

"Karena lo itu beda jauh banget sama dia. Gue gak percaya kalo lo berubah semudah itu."

"Saya juga gak percaya kalau kamu masih sama emosinya dengan waktu itu."

Karina mengepalkan tangannya kesal. Ia menggeram dengan hati, kenapa pula keberuntungan bisa menjadi sesial ini!?

"Terserah, Cel. Intinya gue gak jadi kerja di perusahaan ini, lama-lama gue bisa darah tinggi nanti." Karina melangkah keluar perlahan.

Marcel mengeluarkan selembar kertas yang telah di siapkan di berkas khusus. "Kontrak," ucapnya.

Langkah Karina terhenti. Ia berbalik perlahan dengan perasaan bingung. "Apa?"

Marcel tersenyum miring tanpa merubah posisi duduknya. Ia tetap duduk santai menunggu reaksi Karina selanjutnya. Karena setiap aksi maka akan ada reaksi, itulah yang dilakukan Marcel sekarang.

Sesuai dugaannya, Karina kembali mendekat untuk memastikan apa yang barusan Marcel katakan.

"Kontrak?"

"Ya, Kontrak. Kamu membacanya dengan seksama, kan? Saya gak mau sekretaris saya lalai dalam membaca. Apalagi sampai gak bisa baca," ujar Marcel.

"Gue bisa baca!"

Karina termenung sesaat setelah mengatakan nya. Ia memang tidak terlalu memperhatikan isi surat kontraknya karena terlalu senang atas lamarannya yang di terima.

"Jika kamu lupa, akan saya bacakan lagi dengan jelas."

Marcel melirik sebentar wajah Karina yang pastinya sedang menahan kesal terhadapnya, "Dalam surat kontrak tertulis dengan jelas bahwa, calon sekretaris akan bekerja di perusahaan selama 3 tahun lamanya, dan bila melanggar akan dikenakan biaya finalti yang cukup besar. Ingat?" lanjut Marcel.

Karina kini benar-benar termenung. Bisa-bisanya ia menandatangani kontrak se penting itu tanpa membacanya dengan teliti. "Meja mu ada di sana Sekretaris baru," ucap Marcel. Ia menggunakan dagunya untuk menunjuk meja yang berhadapan dengannya.

Walau berhadapan, tapi ada jarak yang memisahkan kedua meja tersebut. Jaraknya cukup luas jadi Karina masih bisa bersyukur karena tidak terlalu dekat dengan pemancing emosi itu.

"Lo juga apa apaan sih? Pake ruangan kita di jadiin satu segala." Bibir Karina komat kamit mengeluarkan isi hatinya.

Marcel terkekeh pelan. "Biar gue bisa pantau musuh gue, kenapa? Gak terima?"

Karina memalingkan wajah kesal namun ia kembali menatapnya dengan tatapan tajam. "Awas lo kalo ngebahas kontrak kontrak lagi! Gue cekik tuh leher!" ancam Karina.

Jujur, Marcel memang masih takut dengan ancaman itu. Memang belum ada korban dari ancaman mulut Karina, tapi jika di pikir, Marcel juga tidak mau jika harus jadi korban pertamanya.

Karina terduduk tenang sebelum kemudian Marcel datang dengan tumpukan kertas. "Periksa ini dalam dua jam, setelah itu kita bakalan ketemu partner bisnis. Jangan buat saya malu!"

Mata Karina membulat sempurna. "Sebanyak ini? Lo pikir gue robot—"

"Peraturan pertama, gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika tidak, gaji mu akan saya potong!"

Ingin sekali Karina mencakar wajah menyebalkan Marcel. Semakin lama ia semakin menjadikan uangnya sebagai senjata untuk penyerangan.

"Dasarr!!"

Karina terus menggerutu kesal walau tetap melakukan apa yang Marcel perintahkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TAWANAN CINTA TUAN CEO    Bab 60 Nikah

    Minggu terakhir di bulan itu, Marchel mencoba untuk menyendiri lebih dulu. Di teras lantai dua rumahnya, terlihat sudah secangkir kopi dan biskuit yang menemani Marchel untuk kali ini.Dia sama sekali tidak ingin terlalu banyak pikiran setelah beradu debat dengan orang terdekatnya di kantor, Daniel.“Aku sama sekali tidak menyesal mengeluarkan dia. Harusnya dia yang menyesal karena sudah aku keluarkan di perusahaanku,” ucap Marchel sambil memandang ke arah taman rumahnya.Meskipun pikiran sedang ruwet, tetapi Marchel bukan lah orang yang suka menyesap sigaret. Dia selalu saja membiarkan dirinya termenung dan mengisitrahatkan pikirannya.“Benar, aku harus segera menjelaskan kepada mama secaptnya,” ucapnya.Pagi hari itu memang sudah dijadwalkan oleh Marchel untuk berbicra empat mata dengan Tania. Meskipun di balik itu semua Kayla tetap saja ragu dan takut kalo saja mama bisa marah atas tindakan yang dilakukan oleh kakanya.Karena tidak mendapat izin untuk berunding, Kayla hanya

  • TAWANAN CINTA TUAN CEO    Bab 59 Cobaan Jelang Pernikahan

    Hari ini sesuai dengan janji Marchel, dia akan membawa Karina datang ke rumahnya. Semua dilakukan agar Tania atau mama kandungnya sendiri yang harus segera mengetahui semua sebelum Rosa berulah lagi.“Dengarkan aku, Karina,” ucap Marchel sambil memegang tangan Karina yang dingin karena merasa gugup sudah berada di depan rumah Marchel.“Mama tidak menakutkan seperti yang kamu pikirkan. Dia orang yang punya empati yang tinggi dan bisa melihat masalah dari berbagai sisi.Jadi, tolong berikan citra positif dan yakinkan dia bahwa kamu bukan orang yang sembarangan dan semua tuduhan itu salah,” ucap Marchel meyakinkan.Karina hanya memandang ke arah Marchel dengan dalam lalu menghela napas dalam saat melihat pintu rumah Marchel masih tertutup rapat.Karina mengangguk dan melepaskan seat belt lalu turun berdampingan dengan Marchel masuk ke rumah tersebut.Agenda ini memang sudah dijadwalkan untuk Karina sendiri karena Tania juga siap untuk menerima penjelasan dari karina.Dari situ,

  • TAWANAN CINTA TUAN CEO    Bab 58 Pengakuan Marcel

    “Apa benar kamu mengajak wanita itu ke hotel, Marchel!” Teriakan itu membuat salah satu asisten rumah tangga di rumah Marchel langsung kembali mengambil alat pel dan keluar dari ruangan tersebut.Satu kalimat yang tinggi itu sontak membuat Kayla langsung berdiri menghadap mama nya sendiri. Termasuk Mmarchel yang juga tidak tau apa tuduhan yang selanjutnya diterima kepadanya.“Apa maksud—”“Berhenti, Marchel!” bantah Tania dengan menodong tangannya ke arah anak pertamanya itu. Sekian dirinya mulai mendapat kabar tentang hotel yang diberikan oleh Rosa berupa sebuah foto.“Sekarang, jawab jujur kepada mama! Apa yang kamu lakukan dengan wanita murahan itu di hotel hah!” bantah Tania.Marchel langsung menggeleng kepalanya karena tidak ingin mendengar Karina mendapat tuduhan wanita seperti itu.Dia pun sadar bahwa mama nya belum bisa mengontrol emosinya atau memang masih mendapat teror dari mertuanya sendiri.“Mah, sekarang Marchel mau jelasin dulu. Mama tenang dulu, duduk di sini

  • TAWANAN CINTA TUAN CEO    Bab 57 Penghianat

    Tuduhan kesekian kalinya membuat Tania sedih. Rosa dan Anita selalu saja datang saat dirinya tak ingin mengharapkan itu.Terlebih lagi soal Marchel yang dituduh menginap di hotel dengan Karina. “Ini benar sesuatu yang tidak bisa aku terima. Apa benar Marchel itu melakukan hal itu?” pikir Tania di dalam hatinya.Pagi menuju siang itu membuat Ttania sedikit pening. Dia pun langsung menutup pintu rumah dan beristirahat sejenak.Kayla, yang sudah mengetahui semua masalah itu pun mengelak bahwa Kkarina tidak mungkin berbuat demikian.“Kak, kamu harus segera bilang ke mama. Aku tidak biasa mendengar tudahan seperti ini. Apalagi ini juga menyangkut kedua keluarga besar.Aku takut citra kakak pasti jelek di antar keluarga mereka,” ucap Kayla kepada Marchel saat berada di ruang tengah.“Sudah pasti, Kayla. Citra kakak sudah hancur saat itu juga. Aku tidak percaya Mama Rosa akan mengatakan hal ini kepadaku terlebih soal tuduhan itu.Ini sangat berbahya buat diriku sendiri dan semua mas

  • TAWANAN CINTA TUAN CEO    Bab 56 Check In Hotel

    “Kamu gila Marchel! Ngapain wanita penggoda itu malah mau kau jadikan sebagai istrimu?” tanya Tania dengan membentak.“Aku sama sekali tidak pernah setuju mama bilang dia adalah wanita penggoda. Sekarang, tenangkan semua emosi mama.Aku akan menceritakan semuanya dengan jelas. Dengan bukti. Bukti siapa yang menyebarkan video itu dan siapa dibalik dalang semua ini,” tegas Marchel.“Mama tidak—”Tiba saja Marchel langsung keluar dari ruangan tersebut. Percakapan pun berakhir karena Marchel tau jika nantinya ucapan itu akan diteruskan, pasti tidak ada jalan temunya.Semua yang dijelaskan olehnya akan sia-sia saja karena Marchel tidak mau berdebat dengan Tania yang masih marah.Untuk menghindari hal itu, Marchel langsung keluar dari ruangan utama. Kembali ke rumahnya di pagi hari setelah menjalankan satu hari weekend di rumah.Tania memang belum menyentuh rumah Marchel dalam seminggu setelah kasus itu terjadi. Dia merasa sangat gagal mendidik Marchel dan masih terpengaruh oleh uca

  • TAWANAN CINTA TUAN CEO    Bab 55 Lelaki Jahat

    “Jadi, dia membayar upah untukmu?” “Maaf, Pak Marchel … Say—”“Berhenti! Mulai sekarang, kamu saya berhentikan kerja di sini. Urus semua data ke HRD hari ini juga! Saya tidak mau tau!” Percakapan singkat itu membuat Marchel semakin geram kepada petugas cctv yang selama ini dia percayai. Bagaimana tidak, petugas tersebut menerima upah dari Daniel untuk meminta salah satu video yang sampai saat ini sudah tersebar.Kecewa yang sangat mendalam itu pun akhirnya membuat Marchel semakin murka. Dia berjalan dnegan langkah yang lebar denganw ajah yang kesal.Bukan kembali ke ruangan kerjanya melainkan ke ruangan HRD. Di dalam ruangan itu, Marchel benar-benar sudah bulat untuk menyampaikan apa yang dia inginkan.“Sekarang, atas nama Daniel. Buat suarat PHK untuknya. Urus semua adm dan segalanya hari ini juga. Saya tidak mau tau, sekarang surat itu harus turun ke Daniel!” gugat Marchel.HRD perusahaan pun kaget melihat emosi Marchel yang mendadak. Dia tidak tau apa yang sedang terjadi, sehingg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status