“Sebeneranya apa yang sedang terjadi!” pikir Grace sambil memutar otak.Grace termenunng dan berpikir sepertinya ada yang janggal dengan semua ini, tentang kebangkrutan bisinis keluarganya yang runtuh dengan begitu cepat. “Apa Paman ada hubungannya dengan semua ini!”“Apa Lucas juga ada hubungannya dengan ini! Bukankah dia sangat membeci Ayah!” pikirnya lagi sembari menghapus air matanya dengan tangan yang masih sedikit gemetar.Ketika sampai di kediaman Smith, rintik hujan mulai turun. Grace memilih turun agak jauh. Memutuskan berjalan kaki sedikit agar tidak tertangkap basah, kalau dia baru saja keluar sampai dini hari baru kembali. Dia masuk melalui pintu belakang. Mengendap-endap pergi ke kamarnya.Temaran cahaya oranye dari lampu meja diatas nakas menerangi kamarnya. Grace sedikit merapikan rambutnya yang sedikit basah di sapa hujan. Perlahan membuka jaket panjangnya. Namun, gerakannya terhenti tepat dia sudah merasa aman. Tiba-tiba saja lampu kamarnya menyala terang.Matanya sem
Meski saat ini Grace terlihat dingin kepadanya. Namun, gugup di dadanya kembali seperti ketika pertama mereka dipertumukan. Khilaf sesaat membuatnya kehilangan peri terbangnya. Warung kaki lima itu masih sama seperti bertahun lalu. Hanya tenda biru yang terlihat baru saja diganti, bangku kayu panjang, dan asap dari wajan penggorengan yang membumbung pelan ke udara.Mereka duduk di pojok, meja yang sama yang dulu mereka duduki ketika Grace masih menyandarkan kepala di pundaknya, sebelum semuanya berantakan. Hari ini tanpa sengaja Grace memakai mantel krem, mantel panjang yang sering Grace pakai di tiap kali mereka datang kemari.“Dia masih mengenang masa-masa itu,” Imbuh Ellias dalam hati.Grace enggan berlama-lama dengan mantan tunanganya itu, dia pun bertanya lagi“Kau bilang kau tahu di mana pamanku.”Langsung, tanpa basa-basi. Bahkan tak menyebut nama paman itu. Nama itu terlalu menyakitkan bagi Grace. Paman Benyamin, yang tiba-tiba menghilang ketika bisnis keluarga mereka bang
Lucas masuk, lalu berdiri di sisi ranjang Grace. Menatap gadis itu sesaat, lalu mengeluarkan ponselnya. “Berikan dia vitamin yang mujarab, dan yang paling pahit!”“Nah kan, dia ini benar-benar miniatur malaikat maut!” pikir Grace yang tadi baru saja mendengar perinta Lucas kepada dokter keluarga Smith.Tidak ingin meminum obat yang sangat pahit lagi, Grace berkata . “Tuan Smith, bisa tidak jangan minum obat!”Melihat Lucas tidak menjawab, Grace berkata lagi. “Atau berikan saja aku obat yang manis!” pinta Grace lagi penuh harap.Lucas membalikan badan, menatap Grace. Sedikit menggaruk telinganya yang tidak gatal. Lalu dia berjalan keluar kamar Grace tanpa menjawab.“Arrgh…!” teriak kesal Grace sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.Tak berapa lama, Dokter Jiang benar-benar datang dengan membawa obat yang aroma kepahitannya sangat kuat. Grace menatap dokter itu, menatap dengan tatapan penuh permohonan agar mau diajak Kerjasama agar dia dibolehkan tidak meminum obat itu.Tapi tatapan it
Grace berpikir tempo hari ketika Lucas menyelamatkan dirinya, itu semua karena sebuah flash disk, bukan karena betul-betul perduli kapadanya. Lagipula dia sudah membalasnya dengan memberikan proyek bernilai keuntungan ratusan miliar. Jika bukan karena tarian peri terbang untuk menyelamatkan Evelyn, bisa saja kan Tuan Charles tidak memberikan tender ini kepada Lucas dengan kemenangan mutlak. Karena itu Grace menganggap mereka impas. Hutang nyawa sudah ditebus dengan keuntungan ratusan milliar, ini sudah sangat sepadan.Memikirkan tentang hal itu, Grace mencebik sambil sedikit mengkerucutkan bibirnya. “Hatchi!”Lucas menatap Tuan Thompson, mengerti maksud Tuannya itu. Dia pun segera membawa Grace pergi dari taman. Setelah gadis itu dibawa pergi, suasana menjadi riuh kembali. Tapi, kali ini Lucas masih diam di tempatnya berdiri sambil mengedarkan pandangannya. Lalu dia menatap dan mengunci tatapannya kepada Tina. Diberi tatapan dingin menusuk tulang dari kepala keluarga Smith, sungguh me
Grace melangkah dengan cepat, suara sepatunya terdengar memantul-mantul di lantai marmer. Beberapa Tuan Muda yang sedari tadi mengamati semakin tertarik dengan gaya berjalan Grace yang terlihat semampai. Itu terlihat seperti wanita karir yang sedang diburu oleh waktu.Di koridor ruang makan, Seorang pelayan sudah membawa hidangan pembuka yang baru. “Terima kasih!” ujar Grace sembari mengambil alih troli makanan yang baru.Di ruang makan, hidangan pembuka yang lainnya juga sudah dingin. Tapi, siapa mereka yang berani protes dan meminta agar makanan mereka diganti juga.Mereka hanyalah seperti buntut toge yang lemah, jadi hanya bisa menerima Nasib, memakan makanan pembuka yang sudah dingin. Suara hentakan Sepatu Grace terdengar lagi. Para Tuan Muda yang ada di ruangan makan itu, langsung menatap ke arah pintu.Lagi-lagi malam ini malah Grace yang menjadi pusat perhatian, bukan Tina ataupun Lucas. Grace berdiri di sisi Lucas. “Hidangan pembuka hari ini. roti panggang dengan tomat dan ba
Grace melipat kertas tua itu dengan sangat hati-hati. Memasukan kembali ke dalam kotak. Lalu menyimpannya dengan hati-hati di saku baju seragamnya. “Mungkin ini bisa menjadi petunjuk pertama!” pikir Grace juga harapnya.Grace membawa keranjang rotan berisi beberapa botol anggur ke kamarnya dulu, meletakannya di lantai dengan hati-hati. Lalu dia menyimpan kotak kecil itu di kotak peyimpanan pribadinya yang ada kuncinya.“Letakan di sini saja dulu, baru nanti aku cari tahu!”Setelah memastikan kotak itu aman, Dia pun bergegas kembali ke dapur. Grace langsung meletakan keranjang rotannya di atas meja dapur yang besar. Mencoba menata napasnya, bersikap seperti biasa, seperti tidak pernah melihat kotak tua dan membaca rahasianya.“Kau ini lama sekali, hanya mengambil botol anggur saja. Lekas bawa hidangan pembuka ini ke ruang makan!” kata Tuan Thompson sembari membawa keranjang rotan itu keluar dapur.Hidangan pembuka sudah harus dikeluarkan. Ini biasanya memang disajikan di awal sebelum h
Wajah Ethan sedikit memucat, ini kedua kalinya Grace menolak dirinya. Ada sedikit rasa malu dalam hati. “Berapa hargamu? Aku bisa memberimu uang berapa pun yang kau mau!”Grace menghela napas panjang, dalam hatinya sedikit merasa muak ketika mendengar tentang uang dan uang lagi. Akhir-akhir ini dia merasa seperti bermusuhan dengan uang, Karena selalu saja menempatkannya dalam kesulitan.Grace mendongakan wajahnya seraya berkata, “Kau tidak akan mampu!”Pada saat ini Winona dan Scarlet juga menyaksikan kisah cinta yang hasilnya sudah ketebak, akan berakhir dengan tidak bahagia. Namun, tetap saja Winona ingin menambah bumbu dalam drama percintaan ini agar lebih sedap dilahap.“Ethan, berhentilah mengejarnya. Dia sudah punya Sugar Daddy, apa kau lupa!”Ethan tertegun, di ruang sidang etika waktu itu, memang dia ada mendengar ini. “Tapi, bukankah itu adalah pacarnya!” kata Ethan.Sontak saja para pengagum Ethan berbisik-bisik, “Wah apakah idola kita ingin merebut pacar orang lain!”Wajah
Mereka pergi ke kelas bersama. Vivian benar-benar tidak bisa berhenti mengoceh kesal. “Apa di rumahnya tidak ada kaca. Sepertinya nanti aku harus mengirimi dia hadiah kaca yang besar!”“Sudahlah, jangan biarkan seekor lalat bau merusak harimu!” kata Grace sambil mencubit lengan Vivian.Mereka pun masuk ke kelas, begitu juga Winona dan Scarlet. Baru saja masuk, malah sudah dapat tatapan permusuhan dari kedua gadis itu. Orang jika sudah membenci sampai ke akarnya, meski hanya diberi pandangan biasa, pasti hatinya tetap saja berburuk sangka.Winona berjalan angkuh menghampiri Grace, “Kau ini benar-benar belum bisa melepaskan Ellias ya!”“Oh ya ampun gadis bodoh ini, apa dia tidak paham juga ya, aku sudah tidak menginginkan sampah yang aku buang!” katanya dalam hati.Grace mencebik, “Oh ya ampun Nona Brooks, lupa ya… Bukankah aku sudah membayar setengah kepadamu untuk memungut sampah yang sudah aku buang!”“Tenang saja, aku tidak akan berebut denganmu, sampah yang sudah aku buang, tidak a
Di kediaman smith, Grace baru saja memasuki kamarnya. Sedikit terdiam ketika melihat ponselnya ada diatas nakas. “I-ini… apakah dia yang meletakannya di sini!” pikirannya terbang ke sosok Lucas.Grace duduk di sisi ranjang, sambil mendekap ponselnya. Setitik air mata terjatuh lagi, Di dalam ponsel ini ada harta karun yang tidak bisa dibeli dengan uang. Foto-foto bersama kedua orang tuanya.Masa-masa bahagia keluarga mereka yang terekam dengan rapih di ponselnya. Kali ini dari iubuk hati yang paling dalam, dia benar-benar sangat berterima kasih kepada Lucas. Baru saja menyalakan ponselnya, panggilan masuk dari Vivian langsung masuk.“Oh Ya ampun Nona besar, kemana saja. Sulit sekali menghubungimu!”“Oh itu, ponselku sempat hilang, tapi sekarang sudah ketemu. Eum… ini kau bisa sudah bisa menghubungi aku!”“Apa kau tahu, saat ini kau sudah jadi artis, Wow cek media sosialmu. Sekarang Folower-mu banyak sekali sekarang!” kata Vivian menggebu-gebu.Semenjak ponselnya menghilang dia seperti