Share

Bab 36

Author: Bintu Hasan
last update Huling Na-update: 2025-07-04 06:52:41

Aku berdiri mematung di depan pintu kamar dengan tangan yang masih menggenggam ujung keranjang cucian. Kalimat "lanjutkan sesuai rencana" menggema di kepala seperti penutup dalam film thriller yang menyisakan tanda tanya. Bedanya, ini bukan film. Ini rumahku dan pemeran utamanya sedang duduk di ruang tengah, mencicipi kue brownies buatan sendiri.

Begitu masuk kamar, mata tertuju pada hadiah yang katanya harus diantar ke rumah Tante Nanda sore nanti. Bungkusnya rapi, dibalut kertas emas mengilap dan pita satin merah muda. Terlihat bersahabat, elegan, dan jelas ini sentuhan khas Bunda.

Lalu, pandanganku beralih ke kue dalam kotak bening. Brownies tiga lapis berhias cokelat putih bertuliskan ‘Selamat ulang tahun pernikahan. Semoga langgeng dan bahagia selalu.’

Bahagia selalu? Untuk pasangan yang sedang diincar ayahku agar kelak duduk di ruang sidang untuk mengurus surat cerai?

Aku menjatuhkan tubuh ke tempat tidur lantas menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan. Ini bukan s
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 61

    Kedua alis May bertaut pelan saat membuka aplikasi pesan berlogo hijau dengan ikon telepon. Di antara sekian notifikasi, ada satu pesan dari nomor tak dikenal yang langsung menarik perhatiannya. Rasa penasaran membuat jempolnya bergerak, membuka isi percakapan itu.+62 821-3333-xxxx:May, apa kabar? Kamu nggak kangen?Wanita muda itu memelototi layar ponselnya. Nickname pengguna hanya titik, tanpa foto profil, dan tanpa status. Kosong, seperti upaya untuk menyembunyikan identitas.May mengusap layar pelan, jempolnya berhenti di atas pesan itu."May, apa kabar? Kamu nggak kangen?"Dia membaca ulang kalimat itu, kali ini dengan jantung yang sedikit berdebar. Suara dalam kepalanya mulai menebak-nebak.Siapa dia? Gaya bahasanya terlalu santai untuk orang asing, terlalu personal untuk sekadar iseng, bahkan terlalu familiar untuk dilupakan begitu saja."Kenapa, May? Bunda perhatiin dari tadi kamu kayak bingung gitu?" Ida bertanya. Dia berdiri di beranda pintu kamar si anak, baru saja ingin

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 60

    "Bu Diah?" Kening Husna berkerut. Matanya menatap tajam pada sosok wanita paruh baya yang berdiri di balik tiang pagar. Dia adalah tetangga yang lebih sering mengaduk-aduk kabar ketimbang mengurus hidup sendiri. Sosok yang dikenal sebagai pusat semesta segala gosip, dengan mulut yang selalu siap menyulut bara di mana pun ada percikan."Kenapa? Terusin aja, aku dengerin, kok. Anggap aja aku tembok," jawab Bu Diah enteng, senyumnya lebar dan kedua tangannya kini bersilang di depan dada, seperti hakim yang siap menjatuhkan vonis.Husna menelan ludah. Ingin rasanya mengubur wajah ke tanah. Amarah dan malu campur aduk di dadanya. Perdebatan panas dengan Hanan baru saja berubah jadi tontonan umum dan yang menyaksikan adalah orang terakhir yang dia harap ada di sana.Sementara itu, rahang Hanan mengeras. Otot di pipi menegang, dan sorot matanya menyalak liar seperti bara yang hampir meledak jadi kobaran. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, bergetar menahan dorongan naluriah untuk mengamu

  • TEMAN WANITA AYAHKU   (S2) Bab 59

    Enam bulan berlalu sejak semuanya hancur. Di desa kecil tempat Hanan dilahirkan, dia kembali jadi nama biasa. Tak lagi dipanggil suami siapa, ayah siapa, atau pegawai teladan. Sekarang dia cuma laki-laki pengangguran yang tinggal bersama ibunya, Bu Siti, yang kini lebih sering batuk daripada berbicara. Setiap pagi dia bangun sebelum ayam jantan berkokok, berharap ada telepon masuk, ada kabar kerja, ada peluang. Namun, nihil. Baju-baju kerjanya yang dulu licin dan harum kini tergantung lusuh di balik pintu. Di balai desa, di warung kopi, di tepi sawah, namanya cuma dibisikkan orang-orang dengan nada sinis, dengan cemoohan yang tak pernah diucapkan langsung; terasa jelas menusuk. Siang itu, dia duduk sendirian di teras rumah. Kursi plastik reyot menopang tubuhnya yang mulai tirus. Di sampingnya, secangkir kopi hitam yang sudah dingin. Tatapan kosongnya menembus tanah kering di kejauhan. Hanan menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya berat. Dia hidup dalam penyesalan. Berula

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 58

    PoV MaySudah dua hari pesan dari Ayah tidak kugubris. Bukan karena benci, bukan juga karena dendam. Aku hanya belum tahu harus bagaimana dan rasanya bukan waktu yang tepat untuk bicara pada Bunda. Dia sedang fokus menyelesaikan bab terakhir novel yang terus ditagih pembaca. Aku tahu, kerja kerasnya bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk kami semua.Pesan itu masih ada di ponselku, belum kuhapus. Entah kenapa, bagian dariku merasa suatu hari nanti pesan itu akan penting. Mungkin bukan untuk dijawab, mungkin hanya untuk diingat. Nenek di kampung sedang sakit. Itu alasan Ayah pulang. Aku harap Nenek tetap diberi umur panjang biar suatu hari, kalau semua ini sudah reda, kami bisa bertemu lagi tanpa amarah yang menggantung di udara.Aku menghela napas panjang. Takdir memang seperti itu. Selalu punya cara sendiri untuk mengejutkan manusia.Malam menebarkan gelapnya. Aku masih duduk di teras, menunggu Tante Ira pulang. Ada hal yang harus kusampaikan, tapi aku juga tidak ingin menjadi pemic

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 57

    PoV HananSepulang dari rumah Bu Nian, aku menyetir tanpa arah, membiarkan roda mobil menggilas jalanan kota yang tak lagi terasa familiar. Angin sore menyapu kaca jendela yang sedikit kubuka, membawa bau hujan yang menggantung di langit kelabu. Aku tidak tahu harus ke mana. Kepalaku penuh, dadaku sesak. Sampai tiba-tiba, di ujung trotoar sebuah pertigaan, mataku menangkap sosok yang membuat kakiku refleks menginjak rem.Dia berdiri di sana, seperti sedang menunggu seseorang. Lengannya terlipat dengan wajah tengadah ke arah langit dan rambutnya yang panjang tergerai, mengenakan blus krem tipis dan celana hitam.Nanda. Wanita yang dulu kucintai atau mungkin hanya kubayangkan sebagai cinta. Napasku tercekat. Rasanya seperti mimpi buruk yang tiba-tiba muncul tanpa aba-aba. Aku turun dari mobil. Langkahku panjang dan cepat, amarah menyusul di belakangnya.“Nanda!” Suaraku melengking, menghentikan langkahnya yang hendak menjauh. Dia menoleh, sedikit mengangkat alis, seolah tak terkejut mel

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 56

    “Mama? Mama tahu aku ada di sini?” Kiara tersentak.Tante Tiara mendekat. Sekilas dia melirik pada Ayah yang berdiri canggung, seperti anak kecil yang tertangkap basah mencuri permen. Tubuhnya yang biasanya tegap kini tampak menyusut di antara dua wanita yang pernah dia yakinkan dengan janji yang sama.Wajahnya pucat, keringat dingin mengilap di pelipis, dan tangannya sibuk meremas-remas tangan yang sudah tidak memakai cincin. Tebakanku sudah dijual.Di depan Bunda yang berdiri tenang seperti tebing batu dan Tante Tiara yang duduk dengan tatapan tajam, Ayah terlihat kecil, terlalu kecil untuk menanggung semua luka yang dia tinggalkan.Matanya tak tahu harus menatap ke mana. Saat Bunda bersedekap dengan dagu terangkat dan mata yang tak berkedip, Ayah menunduk. Saat Tante Tiara bersikap seolah sedang menahan diri untuk tidak mencibir, Ayah gelagapan bicara.Bibirnya bergerak-gerak, mencoba menjelaskan sesuatu, tapi tak satu pun kata keluar dengan utuh. Suaranya tersangkut, seperti menol

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status