Home / Romansa / TERGODA CINTA DUDA DINGIN / 02. Bocah-Bocah Menyebalkan

Share

02. Bocah-Bocah Menyebalkan

last update Huling Na-update: 2024-10-04 15:04:38

HATCHIMM!

“Errgh, sial!” umpatnya sembari menyeka hidungnya yang meler.

Bisa-bisanya dia malah terserang flu dalam keadaan patah hati seperti ini. Rasanya tubuhnya menggigil dan hidungnya mampet. Ini pasti akibat dari berenang malam-malam. Kejadian itu membuat Naura ingin mengeluarkan umpatan dari mulutnya meskipun dia jadi teringat dengan ciuman itu.

Naura diam memandangi langit-langit kamarnya dengan tubuh tidak berdaya.

Mencoba merenungkan kejadian semalam yang masih terasa seperti mimpi baginya. Di mana letak salahnya saat dia memang belum siap lahir dan batin untuk memiliki anak setelah menikah?

Tidak bisakah mereka berdua duduk, membicarakan semuanya baik-baik dan mencari jalan keluarnya bersama bukannya malah adu mulut demi ego masing-masing hingga membuat hubungan mereka renggang seperti ini. Naura memegangi kepalanya dengan dua tangan. Mungkin, dia yang terlalu egois.

"Hiihihihihihihihih. Tan-Tan ngomong cendili taya olang gila."

Suara cekikikan itu tiba-tiba terdengar.

"Ssttt, nanti Tan-Tan dengar terus ngamuk. Ssssstt. Jangan berisik."

Naura mengerjap mendengar bisik-bisik itu, melirikkan manik matanya ke kanan dan ke kiri dengan cepat, merasakan firasatnya tidak enak lalu bangkit dari posisi berebahannya dan ternganga maksimal memandangi pantulan wajahnya di cermin yang rambutnya berantakan. Bukan penampilannya yang membuatnya tidak bisa berkata-kata tapi sesuatu yang ada di sana. Tidak butuh waktu lama sampai dia tersadar dan jeritannya terdengar.

"AAAKKKHHHHHHHHH,BOCCIIIILLLLLLLLL!!!!" pekiknya murka.

Siapa yang tidak akan mengamuk kalau kaca riasnya sudah dihiasi dengan gambar truk, mobil, tayo dan entah apa lagi di sana menggunakan lipstik mahalannya.

"Noooooo!!" Pekiknya seraya mengulurkan tangan dengan lebay.

"Laaaalllliiiii, ada musuh menyelaaaaanggg," jerit salah satunya seraya menyeret serta saudaranya yang lain untuk menyelamatkan diri.

"Kan, Tan-Tan bangun. Sudah kakak bilang kalau kalian jangan ribut."

"Atu enda libut. Atu cuma teltawa. Tayo yang atu buat kan badus milip sama bus," oceh yang satunya lagi, yang paling kecil. Cadelnya gak ketulungan.

Naura menyibak selimut tebalnya, loncat turun dari tempat tidur dan hampir saja terjerembab kalau saja dia tidak bisa menguasai diri dan cepat-cepat mendekati tempat kejadian perkara seraya meletakkan kedua tangan di kepala, frustasi. Lipstiknya tergeletak tanpa daya di bawah kursi yang sudah terkikis sampai hampir habis.

Sementara tersangka utamanya, berdiri bergerombol di sudut mengamati ekspresi Tantenya yang seperti penyihir dan siap-siap ambil langkah seribu untuk lari.

Naura menoleh cepat ke arah ketiganya dengan wajah penuh amarah lalu berteriak. "Apa yang kalian lakukan,Hah?!"

Ketiganya diam, saling merapatkan diri dan melindungi karena dipelototin.

"Itu kan hanya lipstik, Tan." Naura makin melotot mendengar jawaban Naufal, anak kakak pertamanya. "Tante kan bisa beli lagi yang banyak. Jangan kayak orang susah gitu dong."

"Pencil walnanya di pinjam sebental aja sudah malah-malah," sahut Alby sambil manyun, adiknya Naufal yang berumur empat tahun.

"Atu cuma mau dambal tayo kok." Kaisar, berumur tiga tahun lebih anak kakak keduanya juga ikut-ikutan.

Yeah mereka-lah kumpulan troublemakers dalam hidupnya, kurang satu anak lagi, anak perempuan kembarannya Kaisar yang manjanya gak ketulungan, Keisha.

"Kalian ini—" geramnya dengan hidung kembang kempis. "Tante akan menangkap kaliaaaan!!!""

"Papaaaa!!!" Jerit mereka bertiga sambil berlari memutari kamar tidurnya sementara Naura mengejar dengan kekuatan penuh. Mereka lalu berpencar ke sana kemari untuk menghindar dari kejarannya.

“Mamaaaa, toyonggg!!!” pekik Alby, naik ke atas tempat tidur dan loncat turun.

“Aaarrgghh atu teltangkap!!” pekik Kaisar yang digendong Naura dan membawanya keluar diikuti Naufal dan Alby yang manyun.

"Dengar ya, anak-anak bandel." Di depan pintu, Naura melepaskan belitannya membuat ketiganya berdiri bersisian untuk mendengarkan omelannya. "Ini peringatan terakhir kalau kalian gak boleh masuk ke dalam apapun alasannya. Sudah ada rambu-rambunya kalau anak kecil di larang masuk. Apa kalian mau Tante kurung di kandang ayam, hah?”

Ketiganya serempak menggelengkan kepala.

“Kalau begitu, jangan lagi diulangi. Mengerti!!!”

"Astaga!!" Naura menoleh ke arah tangga saat mendengar suara kakak perempuannya, Arbella lalu menyusul abangnya, Andre. “Ada ribut-ribut apa ini?”

“MAMAAA—”

“PAPAAA—”

Naura melipat lengan di dada saat anak-anak menyebalkan itu langsung berhambur ke pelukan Mama dan Papanya.

“Ayo,kalian berhenti menganggu Tantemu yang sedang sakit,” pinta Arbella pada anak-anak rusuh itu.

“Yaaaah,” Anak-anak itu pasrah pergi meski sambil mengeluh. “Nda jadi main deh.”

Naura berdecak, berbalik masuk kamar, duduk di tempat tidur sembari mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Wisnu.

Nomor yang anda hubungi sedang sibuk—BRAAKK!!!!

Setelah semua rasa putus asa yang melandanya semalaman suntuk, Naura melempar ponselnya begitu saja ke lantai.

“Wisnu masih tidak bisa dihubungi?” tanya Andre bersama Arbella yang masuk ke kamar.

"Belum! Ini semua karena para troublemaker kalian, tahu nggak?!" Naura kembali emosi.

"Naura, mereka itu keponakanmu dan mereka nggak ada hubungannya dengan lamaranmu.” Arbella ikutan kesal. "Sejak dulu, kamu sama sekali gak pernah bersikap seperti Tante yang baik buat mereka. Kamu tuh udah dewasa dan seharusnya mengerti dengan perangai anak-anak. Gimana nanti kalau kamu punya anak—"

"Itu sebabnya aku gak mau punya anak dulu!!" Teriaknya, membuat kedua kakaknya kaget. Naura berdiri dengan emosi. "Mereka itu sukanya bikin pusing, gak bisa diatur dan menjengkelkan. Konyol banget aku diputusin hanya gara-gara ini!”

Andre menggelengkan kepala, "Setiap lelaki pasti ingin punya anak setelah berkeluarga."

"Kamu kayaknya harus ke psikolog deh," sahut Arbella membuat Naura jelas melotot.

"Kakak pikir aku stress dan butuh curhat ke dokter?!"

"Rasa nggak sukamu sama anak-anak gak wajar," desahnya kemudian.

"Bagiku anak-anak itu memang menyebalkan! Lebih baik kalian keluar dari sini. Bukannya bantuin malah ceramah nggak jelas bikin tambah pusing!"

Andre dan Arbella saling memandang. Andre menatap adik bungsunya itu dengan sayang. "Kamu nggak bisa terus-terusan begini!!"

“Kakak kepikiran ide yang bagus nih,” sahut Arbella.

“Ide apaan sih?!”

“Sesuatu yang bisa membuat kamu pelan-pelan bisa memahami dunia anak-anak.”

Naura bergidik,”Ihh, untuk apa?”

Arbella mendelik, menunjuk wajahnya dengan jemari,”Heh, itu banyak manfaatnya. Anggap saja ini sebagai bentuk usaha kamu untuk mendapatkan Wisnu kembali agar kalian jadi nikah. “

“Nggak ada yang minta pendapat kalian berdua!” decak Naura, merengut kesal.

“Loh, kenapa nggak dicoba dulu.” Arbella menggelengkan kepala. “Kamu mau pasrah gitu aja Wisnu berpaling dan nikah sama orang lain karena keras kepalamu sendiri.”

“Ya jangan dong!”

“Makanya itu, ikutin aja deh saran kakak.”

“Nggak ada salahnya dicoba dulu. Kalau berhasil,kamu juga yang bahagia. Masa kamu mau diam aja nggak ngelakuin apapun kayak gini. Nanti Wisnu malah kabur loh.”

“Isssh kalian berdua ini!! Terus apa yang harus Naura lakukan?"

“Kakak punya teman yang tantenya bekerja sebagai seorang kepala sekolah di salah satu Paud—”

“Tunggu—” sela Naura, nampak bisa menebak apa yang dipikirkan kakaknya.”Paud?”

“Iya. Kamu bisa trainning di sana jadi guru supaya bisa berinterakai langsung dengan anak-anak yang lucu.”

Naura menatap horor Arbella mengabaikan suara tawa Andre sembari membayangkan di dalam kepalanya dia bersama dengan banyak troublemaker – Naura bergidik ngeri.

“Itu sih bukan latihan tapi uji nyali!!”

Arbella dan Andre tertawa bareng membuat Naura keki. Apakah dia bisa keluar dari sana tanpa menjadi gila?

“Jangan terlalu dipikirkan. Coba dan lakukan saja demi pernikahanmu,” tambah Andre memberi semangat.

“Kakak sih enak ngomongnya. Gila aja harus uji nyali jadi guru Paud begitu!”

“Ah, masa Naura yang kakak kenal ciut sama hal yang kayak gini. kamu aja berani menghadapi client yang tempramental dengan anggun dan cerdas tapi ngadepin anak-anak aja sepengecut ini,” decak Arbella.

“Jujur ya kak—“Naura nampak serius.”Naura lebih milih berhadapan sama preman dari pada sama troublemaker bermuka polos begitu!”

“Lebay!” decak Andre. “Kalau gitu itu tantangan buat kamu entah gimana caranya kamu harus bertahan di sana selama tiga bulan. Apa perlu kami berdua kasih iming-imingan hadiah yang lain?”

“Hadiah?” Naura nampak berpikir sesaat. “Hadiah apa?”

Arbella bergidik."Apapun itu kalau kamu berhasil bertahan di sana tanpa menjadi gila.” Arbella tertawa keras setelahnya.

Naura kesal jadi bahan tawa kakaknya, dia berdiri dari duduknya dan menunjuk keduanya dengan mata penuh kobaran semangat.

“Oke deh. Aku harus bisa bertahan di sana bagaimanapun caranya. Mudah-mudahan aja Wisnu bisa melihat kesungguhanku dari sini dan kita bisa menikah.”

“Gitu dong." Arbella nampak puas dengan hasil dari idenya itu.

“Itu baru namanya Naura,” Andre menimpali.

Naura tersenyum, meskipun dia dilanda rasa takut karena harus berurusan dengan para troublemaker yang menyebalkann tapi mungkin ini satu-satunya jalan keluar.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   70. Bahagia Selamanya

    “Gak nyangka kalau Papa bisa melihat Naura seperti ini.” Arjuna yang sedang memeluk Alvaro yang namplok di dadanya menoleh ke samping, dimana Papa mertuanya Restu duduk, memandangi anak bungsunya yang saat ini sedang duduk di atas hamparan karpet di area kebun belakang rumah bersama para keponakannya. Minggu ini jadwalnya cucu-cucu keluarga Widjaja berkumpul untuk memeriahkan rumah yang biasanya hanya diisi oleh Papa Restu dan istrinya. Di sisi lain, kakak iparnya dan Mama mertuanya sedang memanggang daging juga ayam dan membiarkan Naura yang menjaga semua keponakannya. Arjuna yang duduk di kursi seraya meluruskan kakinya membiarkan Alvaro menarik-narik bajunya dengan mata yang mulai sipit kerena mengantuk sementara saudaranya masih asik bermain. Didekapnya erat pungung anaknya dan mengelusnya supaya anaknya itu bisa tidur. “Kalau bukan karena kamu, Papa speechless bisa melihat hal seperti ini mengingat begitu kerasnya Naura menghindari yang namanya anak-anak sampai dia be

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   69. Rencana Holiday

    Satu tahun kemudian,Rumah, menjadi tempat yang paling Arjuna rindukan saat berada jauh dari sana. Jadi, setelah semua urusannya di Vancouver beres, dia menolak ajakan kawan-kawannya bertahan sehari untuk mengelilingi kota sebelum kembali ke Indonesia. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang dan berkumpul bersama keluarganya.Berada dua minggu di sana membuatnya tidak tenang, meskipun setiap ada kesempatan, Arjuna selalu melakukan panggilan video call untuk menyalurkan rindu pada keluarganya tercinta.Arjuna memandangi layar ponsel, di mana ada senyuman Naura juga si kembar di sana. Seketika perasaan rindu itu seperti tidak bisa dibendung lagi, berharap kalau saat dia sampai nanti, mereka semua masih terjaga untuk menyambutnya.Arjuna mencoba untuk melakukan panggilan ke istrinya tapi suara deringnya hanya berlalu begitu saja.“Apa dia sudah tidur?” gumamnya.Dilihatnya jam tangannya dan menghela napas panjang seraya menyandarkan punggung di kursi mobil taksi yang dinaikinya. Pantas s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   68. Akhir Kisah

    Setelah mengalami proses hukum dan sidang yang panjang, Wisnu dijatuhi hukuman karena bersalah telah melakukan tindakan kriminal dan dijatuhi hukuman selama lima belas tahun penjara. Suaminya nampak belum puas tapi setidaknya dia sudah mendapatkan keadilan seperti yang dia inginkan.Minggu sore ini, mereka hanya berdua di rumah, duduk di sofa panjang menoton film Filipina romantis. Naura memeluk popcorn jagung di tangannya sementara Arjuna memeluknya dari belakang, melingkupi perutnya yang besar.“Fransisca sedang menjalani rehabilitasi akibat kecanduannya akan obat-obatan.”Naura menoleh, “Aku gak nyangka dia wanita yang seperti itu.”“Selama aku mengenalnya dulu, dia tidak pernah menunjukkan gejala pecandu obat jadi aku pikir, kalau dia baru-baru saja memakainya.” Naura mengangguk, sibuk memandangi wajah tampan James Reid di film This Time yang sudah dia tonton ratusan kali. “Aku harap dia dapat ganjarannya karena berniat menabrakmu hari itu.”“Dia mabuk.” Naura menoleh. “Dia s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   67. Rasa Syukur Tak Terbendung

    Hal pertama yang dirasakannya saat dia sadar hanyalah kepalanya yang terasa sakit. Naura mengerjapkan mata, menatap langit-langit yang putih bersih, aroma rumah sakit kembali tercium. Merasa heran kenapa dia yang hanya pingsan malah kembali berakhir tergeletak di sini. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini dia sering sekali terbangun di rumah sakit. “Ini sebenarnya kenapa?” Samar-samar Naura mendengar suara suaminya di tempat yang agak jauh. “Aku yang dioperasi kenapa malah Naura yang gak sadar-sadar?” “Kami juga tidak tahu Pak Arjuna. Bu Naura tidak mengalami luka serius, kondisinya stabil dan kami hanya memberikan dia obat tidur dosis kecil untuk mengistirahatkan tubuhnya selama bapak di operasi.” “Tapi sudah tiga hari dia belum sadar? Apa dia koma?” “Tidak. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya belum bangun. Kami akan segera memeriksanya lagi.” “Sebaiknya begitu karena aku tidak mau dia kenapa-napa—“ Nada suara suaminya tegas. “Juga anak-anakku di sana.” N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   66. Mengadopsi ?

    Makan malam keluarga kali ini lengkap dan ramai. Diadakan di salah satu restoran milik keluarganya di area outdoor dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Naura duduk memperhatikan keponakan-keponakannya yang bermain disekitarnya sambil mengaduk-aduk nasi di piring untuk mereka. Masih aja lebih suka minta disuapin terutama si kembar dan juga Keylan. “Tan-tan, kata Mama, kita mau jalan-jalan ke Disneyland nanti.” “Oh ya—“ Naura menyuapi para bocil yang dulu sering dia sebut troublemakers. “Asyik dong. Tante gak diajak?” “Tante kan sudah besar jadi gak boleh main ke tempat mainan anak kecil.” Naura pura-pura merengut, “Ih kalau gitu nanti Tante nangis aja deh.” “IHH JANGANNN—“ teriak si kembar bersamaan. “Nanti minta diajak sama Mama aja ya.” Lalu mereka berlari mendekati Arabella dan menariknya untuk mendekatinya dengan wajah mengeryit. “Apaan sih ini?” “Tan-Tan mau ikut kita ke Disneyland Ma,” ucap Kesha. “Ajak Tan-Tan ya biar dia gak nangis terus,” tambah Kaisar. N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   65. Keinginan Seorang Istri

    Mungkin ini karma yang harus dia tanggung karena di awal-awal dulu, dia tidak mensyukuri berkah yang Tuhan berikan untuknya berupa kedatangan bayi kembar di dalam rahimnya. Terkesan tidak menginginkan meskipun pada akhirnya pelan-pelan, dia malah menikmati momen-momennya sebagai seorang calon Ibu.Tapi sekarang dia seperti merasakan kosong. Seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Naura terus memegangi perutnya berharap kalau mereka masih ada di sana, bertumbuh dan menunggu momen untuk lahir ke dunia.Naura berusaha keras mencoba untuk mengikhlaskan tapi yang tertinggal hanyalah sebuah penyesalan yang tidak tahu kapan akan bisa dia lepaskan.Orang-orang disekelilingnya terutama keluarganya tidak lagi menyinggung tentang kehamilannya yang dulu, begitu juga dengan suaminya. Ada perbedaan yang begitu nyata dia rasakan, bahkan sikap suaminya yang terlihat begitu hati-hati saat berbicara dengannya.Satu hal yang tidak tertahankan harus dia lihat setiap hari hanyalah, tatapan suaminya ya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status