Hal pertama yang menyambut ku ketika aku kembali ke rumah adalah sepatu pria berwarna hitam yang tertata rapi di serambi.
Hades sepertinya sedang mandi. Karena dari kamar mandi, aku mendengar suara pancuran air mengalir. Sementara itu, suara pengetikan terdengar dari kamarku. Keyboard terkutuk itu masih ada di tempat kerja. Keyboard mulai mengetik pada pukul 04.44. Aku pasti ingat karena memang begitu momen sial dimulai lagi. Sekarang jam 10:38. Jadi sudah mengetik selama enam jam? Apa yang dilakukan Hades selama enam jam? Aku berjingkat ke kamarku, melirik ke pintu kamar mandi sepanjang jalan. Ketakutan dengan saraf yang terasa menggerogotiku, tapi aku tidak punya pilihan lain. Bagaimana jika Hades bersiap untuk membunuhku? Aku harus memeriksa naskahnya. Begitu memasuki ruangan, aku buru-buru menyalakan komputer dan membuka naskah terkutuk itu. Kalimat terakhir, kursor masih berkedip, menarik perhatian ku. [Setelah dia menyelinap ke kamarnya, Ji-an buru-buru menyalakan komputer dan memeriksa naskahnya.] Aku merasa seolah-olah aku sedang diawasi secara real time oleh seorang penulis yang tidak terlihat. Itu sangat menakutkan dan mengganggu. Aku mengatupkan gigiku dan menggulir ke atas. Naskahnya tidak hanya berisi adegan aku menyelinap ke dalam kamar ketika aku kembali ke rumah, tapi juga detail percakapanku dengan Jeong-an di rumahnya. Jangan bilang Hades melihat ini. Jantungku berdebar kencang seolah akan meledak. Ayo tenang. Hades bahkan mungkin tidak bisa melihat naskahnya. Dia tidak bisa melihat atau mendengar keyboard bergerak. Aku menelusuri lebih jauh untuk mencari keberadaan Hades kemarin pagi. [Hades memasuki klub. Tempat usaha calon korbannya.] Aku tidak percaya... Dia tidak sedang menuju ke arahku. Sampai saat ini aku berpikir, kapanpun keyboard terkutuk itu mulai mengetik, Hades si tokoh utama sedang muncul. Saat keyboard tidak bergerak, tidak ada Hades. Jadi aku bisa menyimpulkan keyboard-lah yang memanggilnya. Tapi aku salah. Hades bisa saja muncul dan berjalan mondar-mandir dalam sebuah tempat yang benar-benar berbeda. Seperti klub ini. Hanya ada satu hal yang pasti. Keyboard mulai mengetik saat Hades aktif. [Di bawah cahaya yang menyilaukan, seorang pria yang mabuk narkoba menghantam bahu Hades. Hades melewatinya dengan acuh tak acuh. Dia bahkan hampir tidak menyadarinya. Pada saat itu, calon korbannya sedang bertransaksi dengan pengedar narkoba lain. Perlahan Hades mendekat, calon korbannya memberinya tatapan waspada. "Siapa kamu?" "Berapa harganya?" Hades menjawab sambil tersenyum. Wajah calon korbannya menjadi rileks, tidak menyadari bahwa yang diminta Hades adalah harga dari kehidupan pria itu.] [Setelah membeli obat-obatan tersebut, Hades mengikuti calon korbannya. Tapi Hades tidak pernah menggunakan narkoba itu. Dia membelinya hanya karena satu alasan: bukti hukuman. Di media, pembunuh berantai punya kebiasaan mengumpulkan memorabilia dari korban, seperti barang-barang dan foto korban. Tapi Hades punya kecenderungan untuk menghiasi korbannya dengan bukti kejahatan mereka. Kali ini, dia pergi menggunakan pisau untuk menyematkan kantong obat ke dada korbannya.] Begitulah yang tertulis dalam naskah yang tidak pernah aku buat. Terus menggulir ke bawah, aku menemukan detail tentang calon korbannya. [Bong-pil Noh adalah seorang pengedar narkoba. Dia memperdagangkan obat-obatan murah yang dia jual ke pelanggan yang sama miskinnya. Semua pelanggan Bong-pil berada di ujung jalur kehancuran. Beberapa mahasiswi terpaksa melakukan prostitusi untuk tetap membeli barang terlarang itu, beberapa pasangan yang sudah ketergantungan pengaruh alkohol dan narkoba tetap membeli barang itu hingga membuat bayi mereka kelaparan, sementara yang lain meninggal karena pengaruh alkohol dan penyalahgunaan narkoba. Meskipun Bong-pil Noh tahu tentang sebagian besar keadaan ini, dia tidak peduli asalkan ia mendapatkan uang.] Hades cenderung berusaha keras dalam memilih korbannya. Aku telah menjadikannya seperti itu. Seorang perfeksionis yang tidak bisa mentolerir kesalahan. Hades hanya membunuh orang yang pantas mati. Hal yang sama juga terjadi kali ini. Jika ini hanya sebuah novel, aku akan membunuh orang ini tanpa ragu-ragu. Tapi nyatanya tidak. Sama seperti Hades yang sudah bukan lagi tokoh fiksi. Aku tidak bisa berdiam diri dan membiarkan orang ini mati, meskipun dia adalah seseorang yang pantas mendapatkannya. Ini bukan lelucon. Karakter yang aku buat bisa membunuh orang sungguhan. Begitu aku memikirkannga, darahku menjadi dingin. Jika itu terjadi, rasa bersalah akan menghantui kuburanku. Untungnya, aku juga menjadikan Hades pemburu yang teliti. Dia adalah tipe orang yang merencanakan semuanya selama berbulan-bulan sebelum dia melakukan kejahatan. Pria ini akan aman. Untuk saat ini. Bagaimanapun, sedikit belas kasihan. Aku tertawa getir. Siapa yang tahu kalau aku akan berhasil keluar dari sini hidup-hidup? Sekarang aku harus mengkhawatirkan kehidupan orang lain? Klik. Aku mendengar pintu kamar mandi terbuka di luar. Aku mematikan komputer dengan buru-buru. Saat aku keluar ke ruang tamu, Hades, yang muncul dari dalam kamar mandi, tersenyum bahagia saat melihatku. "Selamat Datang kembali." Karena terkejut, aku mengalihkan pandanganku. Hades telanjang, kecuali handuk yang dibungkus di sekitar pinggangnya. Aku hanya melihat sekilas tubuhnya tetapi gambarannya masih terlintas di benak ku: rambut basah kuyup, kulit lembab, bahu lebar, pahatan otot, dan perut yang memiliki kotak, mungkin sekeras batu jika di pegang. Pikiran si brengsek ini adalah cerita horor, tapi tubuhnya langsung keluar dari film porno. "Kenakan beberapa pakaian dulu." Kegugupanku membuat nada bicaraku menjadi kaku. Aku merasa diriku menjadi tegang sendiri. "Kenapa kamu begitu pemalu?" Hades mendekat sambil tersenyum licik. Alarm bel berbunyi di kepalaku; Aku tidak hanya mengkhawatirkan hidupku lagi. Saat Hades pertama kali muncul, dia menciumku. Tidak perlu banyak waktu untuk menebak alasannya dia mandi sambil menungguku di rumahku. "Bisakah kamu mendandaniku?" Hades, datang lebih dekat, bertanya dengan nada menggoda. Dengan tubuh telanjang, yang belum pernah kugambarkan dalam buku-bukuku, ia berdiri di hadapanku. Lebih sempurna dari yang pernah aku bayangkan. Ruangan ini terbuka lebar tapi aku merasa tersudut. Bibirku kering. Aku tidak sanggup melihatnya. "Apa maksudmu?" Aku mendorong dada Hades dengan tangan gemetar. Hades berdiri kokoh dan meraih pergelangan tanganku. Dadanya yang keras dan mulus menempel dengan telapak tanganku. Saat aku mendongak kaget, Hades memiringkan kepalanya ke bawah dan berbisik di telingaku, "Atau kamu juga bisa menanggalkan pakaian." Nafasnya yang panas menyapu telingaku. Sebuah getaran melanda punggungku, leherku dan meluncur ke bawah tulang punggungku. Aku tidak tahu apakah denyut nadi yang berdetak kencang di telapak tanganku adalah milikku atau milik Hades. Hades perlahan mendekatkan wajahku ke wajahnya, matanya mencari-cari. Seperti jerat, matanya yang dalam dan gelap mengikatku. Aku terjebak, seperti binatang yang tertawan. Apakah ini caraku mati? Aku membeku takut. Dengan ringan, bibir Hades menyentuh bibirku sebelum dia jatuh ke dalam diriku sepenuhnya. Dia bukan pemburu yang teliti, setidaknya untuk saat ini. Dia adalah seekor binatang lapar. Dengan penuh semangat, Hades melahap bibirku. Lidahnya yang panas mengaduk daging lembutku. Hingga kepala berputar, merubah posisi dan aku tidak bisa berpikir sama sekali. Aku bisa merasakan denyut nadiku berdebar kencang di dalam diriku yang mengalir pada pergelangan tangan dalam genggaman Hades. Seolah-olah dia sedang memegang hatiku, bukan pergelangan tanganku.Air liur kami bercampur dan nafas kami menjadi satu. Aku merasa seperti aku tercekik. Aku menghindari ciuman itu sejenak untuk bernapas tetapi bibir Hades segera menyusulku. Tanpa pikir panjang, aku mundur selangkah tapi Hades menahan pergelangan tanganku, dia memeluk pinggangku dengan tangannya yang lain. Kemudian, sambil memegang tanganku di dadanya, dia bergerak di belakang bahunya. Tiba-tiba, aku menemukan tanganku sudah melingkar sempurna di leher Hades. Seolah itu belum cukup, Hades meraih tanganku yang lain dan membungkusnya di sekitar pinggangnya. Sepanjang waktu, ciuman itu tidak berhenti. Tidak. Dia akan memakanku hidup-hidup. Erangan datang dari dalam tenggorokanku. Sudut mulut Hades melengkung sebelum dia memiringkan kepalanya, untuk memperdalam ciumannya. Inikah rasanya digigit ular berbisa? Tubuhku terasa lemas dan pikiranku redup. Tapi sesaat kemudian, nada dering tiba-tiba dari ponselku mengagetkanku dan membuatku kembali terjaga dari kelumpuhan ku tadi. Karen
Sebuah firasat buruk mendorongku untuk menoleh ke arah pintu masuk. Aku melihat Hades memasuki restoran. Di konter depan, pelanggan membayar tagihan mereka dan karyawan yang membantu mereka semua menatap Hades dengan ekspresi kaget. Ini bukan halusinasi, astaga. itu nyata. Dia bukan orang sungguhan, tapi dia ada dalam kehidupan nyata. Bagaimana dia menemukanku di sini? Apakah dia mengikutiku? Hades memiliki watak penguntit handal. Begitu dia mengarahkan pandangannya pada mangsanya, dia melingkari mereka, memperhatikan dan mengamati mereka lama sekali; itu adalah hobi yang selalu ia lakukan. Apakah dia melakukan hal yang sama padaku? Apakah kemunculannya di sini berarti seorang kekasih tidak dikecualikan dari perburuan? Tenggorokanku tercekat. "Apakah kamu tidak jadi pergi ke kamar kecil?" Suara teman kencanku menginterupsi pikiran ku untuk kembali sadar. Dengan enggan, aku menuju kamar kecil. Area toilet yang dekat dengan keberadaan Hades membuat pertemuan dengan Hades tidak bisa
Begitu kami berada di luar, Hades melepaskan tanganku dari lengannya, lalu tiba-tiba menggenggam tanganku, bahkan menyatukan jari-jari kami. Jari-jarinya yang panjang seperti tangan pianis dan telapak tangannya lembut. Sepertinya itu bukan tangan seorang pembunuh. Mereka besar dan hangat. Kehangatan yang tak terduga membuatku bingung. Apa yang ada di kepalanya? Aku ingin membuka tengkoraknya dan melihat ke dalam dengan sangat detail. Kenapa dia meraih tanganku? Kenapa dia mengikutiku ke restoran? Apa yang dia rencanakan? Apa yang akan dia lakukan padaku? Ada begitu banyak hal yang ingin kutanyakan tetapi tidak ada satupun yang bisa kutanyakan, aku memilih terus berjalan. Tiba-tiba, Hades angkat bicara. “Jangan curang.” Hatiku mencelos. Kedengarannya lebih seperti peringatan daripada permintaan. Dengan buru-buru, aku menjawab, "Aku tidak selingkuh. ms. Ye-yeon meminta ku untuk melakukannya, jadi aku tidak punya pilihan. Aku tidak akan pernah bertemu pria itu lagi." Alasanku s
Mengapa? Aku mencari dokumen terkutuk itu di komputerku, tapi komputerku tidak menghasilkan apa-apa. Aku bingung. Filenya baru saja ada di sana pagi ini. Aku belum menghapusnya, lalu kenapa? Tiba-tiba aku mendengar suara mesin tik lagi. Keyboard sedang menulis tanpa aku melakukan apapun. Aku melihatnya lagi. Mungkinkah itu? Aku menghubungkan keyboard terkutuk itu ke komputer milikku dan, seperti yang sudah ku duga, sebuah file muncul di layar desktop. Aku mengklik dokumen terkutuk itu. [Ji-an menekan tombol delete berulang kali, tetapi tidak ada yang berhasil. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat dihapus atau diubah seperti masa lalu.] Reflek aku menundukkan kepalaku, mengacak-ngacak rambutku dengan frustasi. Aku tidak tahu, tidak ada isyarat. Aku terjebak di dalam rawa yang gelap. Aku tidak pernah menginginkan draf naskah ini, naskah yang pernah aku buat tapi tidak aku inginkan lagi, naskah yang akan kembali lagi dan terus menghantuiku seperti ini. Mengapa aku menulis itu?
Kenapa dia bersikap begitu ramah? Aku tidak punya niat untuk akrab dengan seorang pembunuh berantai. Aku mencoba menyembunyikan ketidaknyamananku, aku mengikuti Hades ke tempat administrasi. Saat giliran kami tiba, Hades mengeluarkan kartu dari dompetnya. Dimana itu berasal? Aku adalah penulisnya, tetapi aku tidak tahu apa-apa. Buku Night Series itu bergenre horor, bukan misteri; sumber uang Hades itu tidak penting. Saat kasir melakukan pembayaran, aku berharap ada peringatan suara akan berbunyi, mengumumkan bahwa kartu ini hilang, dibatalkan, dan dicuri. Aku ingin Hades ditangkap polisi. Namun kartu tersebut berfungsi dengan baik dan kami meninggalkan ruang gawat darurat tanpa masalah. Dalam perjalananku menuju halte taksi di depan rumah sakit, Hades meraih pergelangan tanganku. "Mau kemana?" "Aku naik taksi..." Sambil tertawa, Hades menarikku menuju tempat parkir. "Aku mengantarmu ke sini, bodoh. Aku membawa mobilku." Mobil yang dibawa Hades adalah Porsche hitam. Aku kehilan
Mataku terbuka lebar Kamu gila, Ji-an Orang ini pembunuh. Aku meraih bahu Hades dan mendorongnya menjauh. Penolakan tanpa keributan, Hades mengusap bibirku dengan ekspresi sedih di wajahnya. "Karena kamu sakit, mau bagaimana lagi." Dia mengira aku mendorongnya karena aku sedang tidak enak badan. “Baiklah, aku pergi. Istirahatlah." Hades mencium keningku dan pergi tanpa berkata apa-apa. Dia bilang dia akan memasak beberapa bubur nasi lalu pergi. Dia telah mengatakan yang sebenarnya. Aku senang Hades baru saja pergi. Memang melegakan.. Tapi sampai kapan kelegaan ini bisa bertahan? Belum ada yang terjadi. Tapi bagaimana dengan besok? Dan lusa? Apa yang diinginkan Hades dariku dan seberapa jauh keinginannya? Tidak tahu Aku membuatku cemas. Dengan rasa cemas yang menusuk, aku duduk di depan meja untuk menyajikan bubur nasi Hades yang telah dibuat untukku. Tidak ada uang sebanyak apapun yang bisa membeli sesuatu yang selezat ini. Lalu, sebuah suara kecil menarik perhati
Dalam hati aku mengutuk keyboard sembari berlari menyusuri gang sebelum aku mendengar suara mobil dinyalakan. Kemudian derit ban di trotoar terdengar bersamaan dengan bunyi hujan. Aku bergegas keluar gang. Aku tercengang dengan tubuhku yang kaku saat aku melihat sebuah mobil melaju di jalan yang kosong. Dan seseorang tergantung dari pegangan sisi pintu pengemudi yang setengah terbuka, itu adalah Hades. Sopir itu berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan Hades. Dengan melakukan zigzag liar, mobil melaju ke jembatan sebelum melakukan rem tajam, dan menabrak pagar. Bang! Aku melompat. Untuk sesaat, kupikir itu adalah suara ledakan hatiku. Namun detak jantung ku yang cepat dan kuat segera memberi isyarat bahwa semuanya baik-baik saja. Aku bergegas ke jembatan. Melihat ke bawah melalui pagar, aku melihat mobil itu terbalik turun ke rumput. Asap yang mengepul dari kap mesin bukanlah pertanda yang baik. Baik pengemudi maupun Hades tidak terlihat. Aku meragukan mereka bisa selamat. 91
Seorang pria berjas hitam diam-diam muncul dari kegelapan. Aku tidak bisa percaya mataku. Itu tidak lain adalah Hades. Hades, yang jatuh di bawah jembatan bersama dengan mobilnya, masih hidup. Aku tidak bisa mempercayainya. Kamu sudah mati. Ceritanya selesai dan keyboard berhenti. Bagaimana kamu bisa di Sini? Bagaimana.? Apakah aku sedang bermimpi? Namun, suara mesin ketik dari kamarku membuatku tersadar. Itu bukan sebuah mimpi. Itu terlalu mudah. Ini adalah kenyataan. "Maaf. Saat itu gelap jadi aku tidak melihat vasnya. Aku akan membersihkannya." Meminta maaf dengan acuh tak acuh, Hades mendekat. Aku membeku di tempat. Aku ingin melarikan diri, tapi aku tidak bisa menyeimbangkan diri saat bergerak. Hades mengambil jariku yang berlumuran darah dan menaruhnya ke mulutnya, menghisapnya. Dia tampak seperti vampir. Rasa sakit yang aneh muncul dari ujung jariku, menyebar ke seluruh tubuhku. "Ah..." Aku hanya bisa mengerang. Pembunuhnya, yang menundukkan kepalanya dan menghisap jari
Aku akan menjadi gila. Tidak, aku sudah gila. [Putus asa, Ji-an luluh dalam pelukan Hades. Saat Hades mencium lehernya, Ji-an merasa seolah-olah dia tenggelam. Seluruh tubuhnya basah kuyup, dan sepertinya meregang dan tenggelam. Mabuk karena demam, Ji-an merasakan desahan keluar dari tenggorokannya.] Saat aku membaca adegan di mana aku terengah-engah dalam pelukan Hades, aku pun begitu malu, aku merasa seperti akan mati. Tiba-tiba, sebuah kesadaran baru muncul di benak ku. Setiap kali aku mencium Hades atau jika kami...bersikap eksplisit, kenyataannya adalah apapun yang kami lakukan akan dicatat dalam naskah sesat ini. Aku tidak tahu apakah keyboardnya atau naskahnya yang dikutuk. Salah satu dari itu sungguh mengerikan. [Ji-an mengulangi dengan obsesif: Aku tidak mencintaimu, kamu bahkan tidak nyata. Jika Ji-an tidak melakukan penolakan itu entah bagaimana jadinya. Padahal dia ta
Setelah berjalan-jalan, Hades menemaniku kembali ke apartemenku. Hades sering mengikutiku ke dalam rumah lebih dari satu kali, jadi aku tetap waspada saat aku membuka kunci pintu. Aku melangkahkan kakiku masuk begitu pintu terbuka. Dan saat itu Hades angkat bicara. "Apakah kamu tidak akan mengucapkan selamat malam?" Aku berbalik kembali melihat Hades, saat aku meraih pegangan di bagian dalam pintu. Lampu sensor gerak di pintu masuk apartemenku menyala, mendeteksi kehadiranku. "Hari ini menyenangkan. Selamat malam." Sekian detik setelah aku mengucapkan apa yang ia mau, Hades melangkah ke arah ku dan menundukkan kepalanya. Tubuhku membeku di tempat. Kupikir dia akan menciumku. Namun bibir Hades hanya mengecup ringan pipiku. Hades menunjukkan senyum manisnya setelah itu. "Aku juga bersenang-senang hari ini. Selamat malam, Ji-an. Aku mencintaimu." Aku me
Hades terdengar sangat kecewa dan itu membuatku takut. Semakin banyak Hades terobsesi pada Ed Scar, itu akan membuat naskah terkutuk yang sedang bekerja menjadi lebih dekat dengan thriller, dan romansa yang mengharukan semakin jauh. Untuk mengalihkan perhatian Hades, aku memutuskan untuk membuat keributan. “Aku pikir menemukan penulis itu lebih penting bagi mu daripada berkencan denganku". "Apa?" "Apa aku salah? Kamu menolak ajakan berkencan denganku hanya agar kamu bisa pergi ke kantor penerbit dan menemukan penulis itu." Hades menatapku dengan tatapan langka, wajahnya menunjukkan sedikit rasa malu. Dan terus menatapku dengan isi pikiran yang tidak bisa ku baca. "Kamu sedang mengemudi. Lihat ke depan." Suaraku bergetar. Bahkan setelah menoleh ke depan, Hades masih mencuri pandang ke arahku. "Ji-an, apa kamu marah?" Tanpa menjawab, aku melihat ke lua
Aku bisa melihat mata Rexon menyala dengan pengertian. “Suami ku menderita paranoia. Dia tidak akan percaya padamu, bahkan jika kamu mencoba menjelaskannya." Kemudian, dia akhirnya menanyakan pertanyaan yang telah aku tunggu-tunggu. “Apa yang harus aku lakukan?” "Berpura-puralah kamu bukan kamu. Anggaplah kamu tidak mengenalnya. Hanya ada tiga orang yang mengetahui siapa suamiku: penerbit, editor, dan asisten manajer." “Tetapi saya harus meyakinkan Tuan Scar untuk tidak memutuskan kontrak,” protesnya. "Suamiku sudah mengira kamu adalah kekasih rahasiaku. Apa kamu sudah memikirkan persentase kemungkinan kamu akan berhasil jika melakukannya sekarang?" Rexon terdiam. "Jika kamu tetap melakukannya sekarang itu sama saja dengan kamu menuangkan minyak ke dalam api. Aku akan membereskan kesalahpahaman dengan suamiku dulu, lalu aku akan atur pertemuan untukmu nanti"
Aku tidak yakin bagaimana aku sampai ke kantor dalam keadaan utuh. Setiap kali aku terjebak dengan lampu merah, keringatku tidak berhenti mengucur dari jari-jariku. Saat aku bergegas masuk ke dalam gedung, aku melihat Rexon yang berada di salah satu ruang kosong di kantornya dan dia menyapaku dengan ekspresi terkejut. "Bu! Apa yang membawamu ke sini? Tadinya aku akan mampir ke rumahmu nanti." Karena kehabisan napas, aku berpegangan pada lengannya. “Ada…ha…situasi mendesak. Tolong ikut dengan ku." "Sekarang?" tanya Rexon tidak percaya. "Ya, sekarang juga." "Bu, seperti yang saya katakan tadi, saya sedang menunggu tamu.." "Suamiku!" Saat aku meninggikan suaraku, Rexon berhenti bicara karena terkejut. Aku memejamkan mataku dan menggunakan pilihan terakhirku. “Suamiku ingin bertemu denganmu" “Benarkah? Apakah kalian datan
Darahku menjadi dingin. Aku tahu itu Hades bahkan sebelum aku membukanya. Mulut ku terasa kering, dengan perasaan was-was aku membuka emailnya. Dari: <nightdeath@jmail.com> Kepada: Ed Scar <Imscared@never.com> Halo Tuan Ed Scar, Saya menulis email ini kepada Anda sebagai penggemar yang sangat terkesan setelah membaca Night Series. Tulisanmu begitu jelas dan hidup. Seluruh proses Hades melacak dan menghukum karakter utama yang jahat itu diatur dengan sangat jelas, seolah-olah anda melakukannya sendiri. Aku hanya ingin tahu tentang satu hal. Peristiwa dan karakter dalam karya sangat mirip dengan apa yang saya tahu, tetapi saya belum menemukan apa pun yang menyatakan bahwa serial ini berdasarkan kisah nyata. Jika Anda tidak keberatan, saya akan senang bertemu langsung dengan Anda dan mendengarkan pendapat Anda tentang proses penulisan Night Series. Saya senang mendengar bagaimana Anda menyusun kar
"Hanya kamu yang aku punya," Sembari duduk di seberang meja Hades saat kami makan siang, aku merenungkan apa yang dia katakan di dalam mobil tadi. Hanya aku yang dia punya. Itu bukanlah ucapan yang manis. Itu benar. Hades tidak punya keluarga dan teman. Dia bahkan tidak punya kaki tangan. Apakah aku telah menuangkan kesepian ku ke dalam karakter buatan ku tanpa menyadarinya? Aku belum pernah merasa tidak enak sama sekali ketika aku menulis naskah tentangnya, tetapi sekarang, ketika aku melihatnya makan dan minum di hadapanku, mau tak mau aku merasa kasihan padanya. Hades benar-benar sendirian. Semua hubungan manusia yang Hades jalani adalah tipuan, koneksi yang dia buat semata-mata untuk berburu. Aku sudah membuatnya seperti itu. Hades adalah perwujudan rasa takut; dia pasti menakutkan. Daripada orang biasa dengan keluarga atau teman, aku ingin menciptakan hantu yang muncul tanpa suara dan menyeret orang jahat ke neraka. Hades benar. Aku adalah satu-satunya orang yang dia punya.
Aku merasa seperti ada bidik sasaran di punggungku. Terlalu banyak mulut yang mengkritik ku. Terlalu banyak mata yang menatapku. Rasa sakit yang tajam menusuk perutku. Dengan rasa sakit yang berdenyut-denyut, ingatan akan mimpi buruk semalam muncul kembali di kepala dan menyeretku ke kedalaman keputusasaan. Pemandangan para guru di kantor tumpang tindih dengan kejadian dua belas tahun yang lalu. Bu Ye-yeon dan rekan guru lainnya tiba-tiba digantikan oleh siswa yang memukul ku, wali murid dan guruku yang penurut. Pakaianku berubah menjadi seragam sekolah. Ji-an yang sudah menjadi guru telah menghilang dan hanya tersisa Ji-an siswa buangan. Meskipun aku punya keluarga, tapi terasa aku tidak punya keluarga sama sekali. Aku tidak punya teman. Aku adalah seorang penyendiri tanpa satu orang pun di dunia ini yang bersedia ada di sisiku. Aku tetap sendirian. Mungkin selamanya. Tiba-tiba aku ingin mati. Betapa aku berharap aku bisa menghilang begitu saja. Klik klak, klik klak. Klak klak
Aku tidak dapat memahaminya sama sekali. Bagaimana dia bisa membuat kesimpulan seperti itu? Itu sangat tidak adil. "Tidak, aku tidak melakukannya." "Apa maksudmu 'tidak?' Seorang pengemis melakukan segala macam cara hanya untuk mendapatkan perhatian. Tidak ada yang menyuruhmu pergi keluar dan makan, tapi kamu selalu pergi ke sana, berdiri untuk makan sendiri. Kamu juga sok-sokan menyendiri dengan diam di UKS. Tidak hanya itu, saat kami semua mengenakan seragam musim panas, namun kau, satu-satunya orang yang membuat pertunjukan besar dengan mengenakan blus!" Dengan marah, gadis berponi samping mendorong bahuku. Pertunjukan besar?. Saat aku mendengar kata-katanya, ada sesuatu yang tersentak dalam diriku. "Ini bukan pertunjukan biasa!" Aku melompat dan menyingsingkan lengan bajuku, memperlihatkan rasa maluku. Kedua lenganku diwarnai dengan memar biru, hitam, dan merah di sekujur tubuhku. Apa yang kutunjukkan hanyalah puncak gunung es, tapi aku mendengar helaan napas dari semua ora