Hades terdengar sangat kecewa dan itu membuatku takut. Semakin banyak Hades terobsesi pada Ed Scar, itu akan membuat naskah terkutuk yang sedang bekerja menjadi lebih dekat dengan thriller, dan romansa yang mengharukan semakin jauh.
Untuk mengalihkan perhatian Hades, aku memutuskan untuk membuat keributan. “Aku pikir menemukan penulis itu lebih penting bagi mu daripada berkencan denganku". "Apa?" "Apa aku salah? Kamu menolak ajakan berkencan denganku hanya agar kamu bisa pergi ke kantor penerbit dan menemukan penulis itu." Hades menatapku dengan tatapan langka, wajahnya menunjukkan sedikit rasa malu. Dan terus menatapku dengan isi pikiran yang tidak bisa ku baca. "Kamu sedang mengemudi. Lihat ke depan." Suaraku bergetar. Bahkan setelah menoleh ke depan, Hades masih mencuri pandang ke arahku. "Ji-an, apa kamu marah?" Tanpa menjawab, aku melihat ke luaSetelah berjalan-jalan, Hades menemaniku kembali ke apartemenku. Hades sering mengikutiku ke dalam rumah lebih dari satu kali, jadi aku tetap waspada saat aku membuka kunci pintu. Aku melangkahkan kakiku masuk begitu pintu terbuka. Dan saat itu Hades angkat bicara. "Apakah kamu tidak akan mengucapkan selamat malam?" Aku berbalik kembali melihat Hades, saat aku meraih pegangan di bagian dalam pintu. Lampu sensor gerak di pintu masuk apartemenku menyala, mendeteksi kehadiranku. "Hari ini menyenangkan. Selamat malam." Sekian detik setelah aku mengucapkan apa yang ia mau, Hades melangkah ke arah ku dan menundukkan kepalanya. Tubuhku membeku di tempat. Kupikir dia akan menciumku. Namun bibir Hades hanya mengecup ringan pipiku. Hades menunjukkan senyum manisnya setelah itu. "Aku juga bersenang-senang hari ini. Selamat malam, Ji-an. Aku mencintaimu." Aku me
Aku akan menjadi gila. Tidak, aku sudah gila. [Putus asa, Ji-an luluh dalam pelukan Hades. Saat Hades mencium lehernya, Ji-an merasa seolah-olah dia tenggelam. Seluruh tubuhnya basah kuyup, dan sepertinya meregang dan tenggelam. Mabuk karena demam, Ji-an merasakan desahan keluar dari tenggorokannya.] Saat aku membaca adegan di mana aku terengah-engah dalam pelukan Hades, aku pun begitu malu, aku merasa seperti akan mati. Tiba-tiba, sebuah kesadaran baru muncul di benak ku. Setiap kali aku mencium Hades atau jika kami...bersikap eksplisit, kenyataannya adalah apapun yang kami lakukan akan dicatat dalam naskah sesat ini. Aku tidak tahu apakah keyboardnya atau naskahnya yang dikutuk. Salah satu dari itu sungguh mengerikan. [Ji-an mengulangi dengan obsesif: Aku tidak mencintaimu, kamu bahkan tidak nyata. Jika Ji-an tidak melakukan penolakan itu entah bagaimana jadinya. Padahal dia ta
Klak, klak, klak. Begitu aku membuka pintu apartemen depan, suara mesin ketik menyapaku dari ruangan depan. Badum. Badum. Jantungku berdebar kencang. Aku teringat ciuman berbahaya dua malam yang lalu. Aku jadi gila. Kenapa aku terus memikirkan hal itu? Aku mengipasi wajah panasku dengan tanganku, aku berusaha menghilangkan ingatan itu. Aku memeriksa naskah terkutuk itu; Hades masih mengumpulkan informasi hari ini. Sepertinya ini sudah menjadi keseharianku: berkencan dengan Hades dan memeriksa aktivitasnya setelah bekerja. Setelah mandi, aku makan ramen dan menonton TV ketika ada berita pembunuhan muncul di layar. “Polisi telah memulai penyelidikan setelah menemukan tubuh seorang wanita dipotong-potong, korban diperkirakan berusia dua puluhan, ditemukan di Gunung Naegongsan di Seoul. Menurut Kepada polisi, potongan tubuh ditemukan di dalam kantong plastik hitam di jalur pendakian
Aku perempuan dengan usia lebih dari setengah abad yang punya kelemahan tidak biasa.Parno, istilah populer untuk menyebut gangguan paranoid, yakni kondisi saat seseorang merasa cemas berlebihan dan terancam. Ya, aku memiliki parno berlebih yang tidak bisa aku tangani. Perasaan itu bisa muncul kapan saja. Misalnya...Aku takut berjalan sendirian di malam hari. Kecemasan menguasaiku saat berbagi lift dengan pria asing. Dan aku selalu membeku ketakutan ketika ada orang asing yang tiba-tiba mengetuk pintu rumahku. Begitulah jika perempuan penakut tinggal sendirian.Dunia adalah tempat yang menakutkan untuk seorang pengecut sepertiku. Pikiranku sering melompat ke hal terburuk dalam skenario sebuah tragedi.Misalnya saat di malam hari, ketika aku melewati seorang pria yang memakai topi baseball atau masker, aku langsung ketakutan oleh sebuah pemikiran mengerikan: Bagaimana jika dia tiba-tiba datang berlari ke arahku sambil membawa sebuah pisau..?Tapi itu tidak pernah terjadi. Tentu saja.
Karena ngeri, aku berbalik. Tapi pintunya sunyi seolah tidak pernah ada suara sama sekali. Apakah aku salah dengar? Tapi tiba-tiba tubuhku merinding dan denyut nadi ku berlari ke seluruh tubuhku, seolah menunjukkan yang sebaliknya. Aku bingung harus memeriksanya atau tidak. Sebenarnya yang harus aku lakukan hanyalah membuka pintu, tapi aku terlalu takut untuk bergerak. Bagaimana jika aku tidak salah dengar? Bagaimana jika betulan ada seseorang disana? Pintu kamarku bahkan tidak dikunci. Aku tinggal sendirian, jadi mengapa aku harus melakukannya? Tak mungkin ada tamu yang berkunjung di jam segini. Karena aku tidak memiliki siapapun. Lega rasanya karena pintunya sudah tua dan sulit dibuka. Tidak, aku hanya bersikap bodoh. Bagaimana mungkin ada orang di sana? Aku baru saja mulai mendapatkan kegelisahan ini ketika aku mulai menulis. Meski begitu, tidak ada salahnya berhati-hati. Sambil menahan napas, aku bangkit dan berjingkat ke pintu. Bayangkan saja hanya dengan memega
"Jian-ku." Dengan bisikan lembut, Hades mendekatkan bibirku ke bibirnya. Aku kaget dan tiba-tiba dunia menjadi putih bersih. Sebuah ciuman... Aku sedang mencium seorang pembunuh berantai. Rasanya seperti seekor binatang lapar sedang menggerogoti mulutku seolah-olah dia akan mencabik-cabikku. Tangan Hades yang lain melingkari pinggangku dan menarikku mendekat, menyeret tubuhku yang tak berdaya ke dalam pelukannya. Membelah bibirku, lidahnya memaksa masuk lebih jauh ke dalam mulutku. Ini adalah pria berdarah dingin yang telah membunuh beberapa orang di novelku, lidahnya terasa panas. Aku terkejut sekaligus lega melihat kehangatan itu. Itu berhasil. Tulisanku berhasil. Saat aku menerima ciuman penuh gairah dari Hades, aku melirik ke arah teks di sana, memantau. [Ji-an menolak membuka pintu, yang membuat hati Hades patah. Dia tidak punya niat menyakitinya. Ji-an adalah kekasih Hades. Hades tidak akan pernah membunuh kekasihnya.] Tapi kemudian, aku melihat kursornya berput
Ketika aku pulang, rumah tampak seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Hening dan rapi seperti penampakan biasanya. Tampak normal, jadi aku bisa melakukan aktivitas ku dengan tenang. Setelah makan malam, aku duduk di depan komputer untuk memulai draf baru. Tapi aku justru mengingat mimpi malam itu yang membuatku curiga dengan keyboard baru. Aku mencoba mengabaikan semuanya. Dia itu hanya mimpi sialan. Aku mengutuk diriku sendiri dan menyalakan komputer. Saat aku melihat layarnya menyala. Komputer ku dalam mode hemat daya (sleep). Aku menyadari aku tidak ingat pernah mematikan komputer. Aku bahkan tidak dapat mengingat kejadian hingga aku tertidur semalam. Secara naluriah, aku menekan sebuah tombol. Layar langsung berkedip dan sebuah dokumen berisi tipe hitam muncul. Seketika rasa dingin merambat di punggungku. "Apa...?" Itu adalah sebuah novel. Sebuah novel yang tidak aku tulis, tetapi sebuah novel yang aku kerjakan. Yang meresahkannya, dokumen itu merinci mimpiku dari malam
Saat terjatuh, benda berat itu membuat papan lantai penyok. Tapi itu adalah hal yang paling kecil dari kekhawatiran dalam diriku. Dengan terengah-engah, aku berpaling dari Hades. Aku penasaran seperti apa ekspresi di wajahnya. Aku sangat takut, aku tidak sanggup melihatnya. "Apakah itu sakit?" Hades bertanya, suaranya khawatir. Siapa yang mengkhawatirkan siapa sekarang? Aku yakin dia mencoba menipuku. "Aku minta maaf." Ujung jarinya menyentuh tangan kananku. Aku tersentak. Sentuhan Hades yang tiba-tiba namun hangat dan lembut. Mataku tanpa sadar mengikuti saat dia menarik tanganku. Aku memperhatikan saat Hades memeriksanya dengan cermat. Kekhawatiran diwajahnya tampak tulus. Itu membuatku semakin takut. Sepertinya dia ingin menurunkan kewaspadaanku sebelum dia membunuhku. Tiba-tiba, mata kami bertemu. Hades tersenyum nakal sebelum dia menukik ke bawah untuk memberi tanganku kecupan kecil. "Ya Tuhan." Aku menjauh karena terkejut. Melihat reaksiku, Hades mengelus rambutku.
Klak, klak, klak. Begitu aku membuka pintu apartemen depan, suara mesin ketik menyapaku dari ruangan depan. Badum. Badum. Jantungku berdebar kencang. Aku teringat ciuman berbahaya dua malam yang lalu. Aku jadi gila. Kenapa aku terus memikirkan hal itu? Aku mengipasi wajah panasku dengan tanganku, aku berusaha menghilangkan ingatan itu. Aku memeriksa naskah terkutuk itu; Hades masih mengumpulkan informasi hari ini. Sepertinya ini sudah menjadi keseharianku: berkencan dengan Hades dan memeriksa aktivitasnya setelah bekerja. Setelah mandi, aku makan ramen dan menonton TV ketika ada berita pembunuhan muncul di layar. “Polisi telah memulai penyelidikan setelah menemukan tubuh seorang wanita dipotong-potong, korban diperkirakan berusia dua puluhan, ditemukan di Gunung Naegongsan di Seoul. Menurut Kepada polisi, potongan tubuh ditemukan di dalam kantong plastik hitam di jalur pendakian
Aku akan menjadi gila. Tidak, aku sudah gila. [Putus asa, Ji-an luluh dalam pelukan Hades. Saat Hades mencium lehernya, Ji-an merasa seolah-olah dia tenggelam. Seluruh tubuhnya basah kuyup, dan sepertinya meregang dan tenggelam. Mabuk karena demam, Ji-an merasakan desahan keluar dari tenggorokannya.] Saat aku membaca adegan di mana aku terengah-engah dalam pelukan Hades, aku pun begitu malu, aku merasa seperti akan mati. Tiba-tiba, sebuah kesadaran baru muncul di benak ku. Setiap kali aku mencium Hades atau jika kami...bersikap eksplisit, kenyataannya adalah apapun yang kami lakukan akan dicatat dalam naskah sesat ini. Aku tidak tahu apakah keyboardnya atau naskahnya yang dikutuk. Salah satu dari itu sungguh mengerikan. [Ji-an mengulangi dengan obsesif: Aku tidak mencintaimu, kamu bahkan tidak nyata. Jika Ji-an tidak melakukan penolakan itu entah bagaimana jadinya. Padahal dia ta
Setelah berjalan-jalan, Hades menemaniku kembali ke apartemenku. Hades sering mengikutiku ke dalam rumah lebih dari satu kali, jadi aku tetap waspada saat aku membuka kunci pintu. Aku melangkahkan kakiku masuk begitu pintu terbuka. Dan saat itu Hades angkat bicara. "Apakah kamu tidak akan mengucapkan selamat malam?" Aku berbalik kembali melihat Hades, saat aku meraih pegangan di bagian dalam pintu. Lampu sensor gerak di pintu masuk apartemenku menyala, mendeteksi kehadiranku. "Hari ini menyenangkan. Selamat malam." Sekian detik setelah aku mengucapkan apa yang ia mau, Hades melangkah ke arah ku dan menundukkan kepalanya. Tubuhku membeku di tempat. Kupikir dia akan menciumku. Namun bibir Hades hanya mengecup ringan pipiku. Hades menunjukkan senyum manisnya setelah itu. "Aku juga bersenang-senang hari ini. Selamat malam, Ji-an. Aku mencintaimu." Aku me
Hades terdengar sangat kecewa dan itu membuatku takut. Semakin banyak Hades terobsesi pada Ed Scar, itu akan membuat naskah terkutuk yang sedang bekerja menjadi lebih dekat dengan thriller, dan romansa yang mengharukan semakin jauh. Untuk mengalihkan perhatian Hades, aku memutuskan untuk membuat keributan. “Aku pikir menemukan penulis itu lebih penting bagi mu daripada berkencan denganku". "Apa?" "Apa aku salah? Kamu menolak ajakan berkencan denganku hanya agar kamu bisa pergi ke kantor penerbit dan menemukan penulis itu." Hades menatapku dengan tatapan langka, wajahnya menunjukkan sedikit rasa malu. Dan terus menatapku dengan isi pikiran yang tidak bisa ku baca. "Kamu sedang mengemudi. Lihat ke depan." Suaraku bergetar. Bahkan setelah menoleh ke depan, Hades masih mencuri pandang ke arahku. "Ji-an, apa kamu marah?" Tanpa menjawab, aku melihat ke lua
Aku bisa melihat mata Rexon menyala dengan pengertian. “Suami ku menderita paranoia. Dia tidak akan percaya padamu, bahkan jika kamu mencoba menjelaskannya." Kemudian, dia akhirnya menanyakan pertanyaan yang telah aku tunggu-tunggu. “Apa yang harus aku lakukan?” "Berpura-puralah kamu bukan kamu. Anggaplah kamu tidak mengenalnya. Hanya ada tiga orang yang mengetahui siapa suamiku: penerbit, editor, dan asisten manajer." “Tetapi saya harus meyakinkan Tuan Scar untuk tidak memutuskan kontrak,” protesnya. "Suamiku sudah mengira kamu adalah kekasih rahasiaku. Apa kamu sudah memikirkan persentase kemungkinan kamu akan berhasil jika melakukannya sekarang?" Rexon terdiam. "Jika kamu tetap melakukannya sekarang itu sama saja dengan kamu menuangkan minyak ke dalam api. Aku akan membereskan kesalahpahaman dengan suamiku dulu, lalu aku akan atur pertemuan untukmu nanti"
Aku tidak yakin bagaimana aku sampai ke kantor dalam keadaan utuh. Setiap kali aku terjebak dengan lampu merah, keringatku tidak berhenti mengucur dari jari-jariku. Saat aku bergegas masuk ke dalam gedung, aku melihat Rexon yang berada di salah satu ruang kosong di kantornya dan dia menyapaku dengan ekspresi terkejut. "Bu! Apa yang membawamu ke sini? Tadinya aku akan mampir ke rumahmu nanti." Karena kehabisan napas, aku berpegangan pada lengannya. “Ada…ha…situasi mendesak. Tolong ikut dengan ku." "Sekarang?" tanya Rexon tidak percaya. "Ya, sekarang juga." "Bu, seperti yang saya katakan tadi, saya sedang menunggu tamu.." "Suamiku!" Saat aku meninggikan suaraku, Rexon berhenti bicara karena terkejut. Aku memejamkan mataku dan menggunakan pilihan terakhirku. “Suamiku ingin bertemu denganmu" “Benarkah? Apakah kalian datan
Darahku menjadi dingin. Aku tahu itu Hades bahkan sebelum aku membukanya. Mulut ku terasa kering, dengan perasaan was-was aku membuka emailnya. Dari: <nightdeath@jmail.com> Kepada: Ed Scar <Imscared@never.com> Halo Tuan Ed Scar, Saya menulis email ini kepada Anda sebagai penggemar yang sangat terkesan setelah membaca Night Series. Tulisanmu begitu jelas dan hidup. Seluruh proses Hades melacak dan menghukum karakter utama yang jahat itu diatur dengan sangat jelas, seolah-olah anda melakukannya sendiri. Aku hanya ingin tahu tentang satu hal. Peristiwa dan karakter dalam karya sangat mirip dengan apa yang saya tahu, tetapi saya belum menemukan apa pun yang menyatakan bahwa serial ini berdasarkan kisah nyata. Jika Anda tidak keberatan, saya akan senang bertemu langsung dengan Anda dan mendengarkan pendapat Anda tentang proses penulisan Night Series. Saya senang mendengar bagaimana Anda menyusun kar
"Hanya kamu yang aku punya," Sembari duduk di seberang meja Hades saat kami makan siang, aku merenungkan apa yang dia katakan di dalam mobil tadi. Hanya aku yang dia punya. Itu bukanlah ucapan yang manis. Itu benar. Hades tidak punya keluarga dan teman. Dia bahkan tidak punya kaki tangan. Apakah aku telah menuangkan kesepian ku ke dalam karakter buatan ku tanpa menyadarinya? Aku belum pernah merasa tidak enak sama sekali ketika aku menulis naskah tentangnya, tetapi sekarang, ketika aku melihatnya makan dan minum di hadapanku, mau tak mau aku merasa kasihan padanya. Hades benar-benar sendirian. Semua hubungan manusia yang Hades jalani adalah tipuan, koneksi yang dia buat semata-mata untuk berburu. Aku sudah membuatnya seperti itu. Hades adalah perwujudan rasa takut; dia pasti menakutkan. Daripada orang biasa dengan keluarga atau teman, aku ingin menciptakan hantu yang muncul tanpa suara dan menyeret orang jahat ke neraka. Hades benar. Aku adalah satu-satunya orang yang dia punya.
Aku merasa seperti ada bidik sasaran di punggungku. Terlalu banyak mulut yang mengkritik ku. Terlalu banyak mata yang menatapku. Rasa sakit yang tajam menusuk perutku. Dengan rasa sakit yang berdenyut-denyut, ingatan akan mimpi buruk semalam muncul kembali di kepala dan menyeretku ke kedalaman keputusasaan. Pemandangan para guru di kantor tumpang tindih dengan kejadian dua belas tahun yang lalu. Bu Ye-yeon dan rekan guru lainnya tiba-tiba digantikan oleh siswa yang memukul ku, wali murid dan guruku yang penurut. Pakaianku berubah menjadi seragam sekolah. Ji-an yang sudah menjadi guru telah menghilang dan hanya tersisa Ji-an siswa buangan. Meskipun aku punya keluarga, tapi terasa aku tidak punya keluarga sama sekali. Aku tidak punya teman. Aku adalah seorang penyendiri tanpa satu orang pun di dunia ini yang bersedia ada di sisiku. Aku tetap sendirian. Mungkin selamanya. Tiba-tiba aku ingin mati. Betapa aku berharap aku bisa menghilang begitu saja. Klik klak, klik klak. Klak klak