Share

Part 3 Ikan Asin

last update Huling Na-update: 2022-12-21 16:51:33

Alifa menatap punggung lebar Farrel yang berbaring di depannya. Gadis itu tidak berani memejamkan mata. Walaupun sering bertemu Farrel dan banyak tahu tentang kehidupan Farrel dari kakaknya, Alifa merasa takut sendiri.

Farrel adalah pemuda dengan label berandalan. Dulu suka mabuk-mabukan, berkelahi, dan mungkin juga tukang main perempuan. Alifa takut jika dia lengah, Farrel akan berbuat sesuatu padanya. Walaupun laki-laki itu memang berhak atas dirinya. Alifa menarik nafas dalam-dalam dan berdo'a dalam hati.

"Kenapa kamu itu berisik banget sih, Fa?" Farrel bertanya ketus sembari membalikkan badan. Rupanya, dia cukup terganggu dengan gerakan gelisah dari istrinya itu.

Alifa pura-pura memejamkan matanya tak ingin menanggapi ucapan Farrel. Farrel menggelengkan kepalanya kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. Kini dia memilih tidur terlentang.

Tanpa sadar, Alifa mendengus keras. Dengan posisi Farrel tidur seperti itu, jelas membuatnya tidak leluasa bergerak. Alifa menoleh, menatap wajah tampan dengan kedua mata terpejam itu.

"Ganteng juga, sayangnya berandalan. Kenapa sih aku harus menikah dengannya? Semua gara-gara Mbak Alisha dan Mas Bintang, nih. Mereka berdua nggak punya adab!" gerutunya dalam hati dengan jengkel.

"Kalau pengin lihat wajah orang ganteng nggak usah malu-malu kucing gitu, Fa." Alifa tersentak dan sontak kembali memejamkan matanya. Sialan benar, karena melamum tertangkap basah mengagumi wajah Farrel.

Farrel hanya tersenyum satu sudut melihat Alifa salah tingkah. "Kayak kucing tuh, dilempar sama kepala ikan asin melengos. Tapi begitu lengah langsung menikmati."

Farrel meneruskan ejekannya.

Alifa mengangguk membenarkan dan tersenyum penuh arti. "Iya, kamu benar. Terima kasih karena sudah sadar diri mengingatkan diri sendiri seperti ikan asin, tanpa perlu aku jelasin!"

Skak mat!

Farrel berdecih, lalu memiringkan tubuhnya menghadap Alifa. "Dan terima kasih juga, kamu bersedia menikah dengan ikan asin, dasar teri!" balasnya dengan santai.

"Hiiiih, dasar Gundul. Berisik!'' Alifa menjulurkan tangannya hendak mencubit lengan Farrel. Namun, dengan sigap laki-laki itu menangkap dan memegang tangannya.

"Fa, apa begini cara kamu kalau berantem dengan pacar-pacarmu? Nggak mau mengalah?" tanya Farrel mendadak ingin tahu kehidupan gadis itu sebelum menikah dengannya.

Alifa tidak menjawab, tetapi malah memejamkan matanya malas. Farrel mendengus karena merasa tak dihiraukan. Laki-laki itu menarik lengan Alifa sehingga tubuh istrinya itu lebih mendekat.

"Rel, kamu mau ngapain?" tanyanya takut.

"Kenapa kamu begitu nggak sopan, Fa? Aku tanya bukannya dijawab malah pura-pura merem. Aku yakin kamu sebenarnya paham dengan pertanyaan aku.

"Rel, apa yang perlu kamu ketahui?" Gadis itu balik bertanya.

Farrel berdecak lirih. "Ya, apa yang aku tanyakan tadi, kenapa kamu nggak jawab? Atau sebenarnya, kamu ini masih terikat dengan banyak pacar atau bahkan masih terikat pernikahan dengan orang lain?" tanyanya mengejek.

"Oh, sialan. Baru percaya aku sekarang kalau ternyata kamu ini bermulut pedas, Rel. Kamu pikir aku perempuan apaan? Yang ada kamu kali yang seperti itu!" Alifa tak terima.

Farrel menatap tajam wajah Alifa yang terlihat kesal padanya. Farrel tidak tahu, mengapa sifat Alifa sangat jauh berbeda dengan Alisha yang lembut. Gadis di depannya yang sayangnya adalah istrinya ini tak lebih dari gadis judes dengan ucapan seenaknya.

Farrel menarik nafas lelah, kemudian berkata lirih,"Ya, sudah maaf, kalau kamu keberatan. Mungkin aku memang nggak berhak tahu siapa sebenarnya orang yang sudah aku nikahi." Setelah berkata begitu, Farrel kembali membalikkan tubuhnya memunggungi Alifa.

Kini ganti Alifa yang didera perasaan bersalah kembali. Dua kali sudah dirinya membuat Farrel tersinggung. Dia menatap punggung lebar di depannya dengan perasaan bercampur aduk. Alifa hendak menyentuh bahu Farrel, tetapi tidak memiliki keberanian.

Alifa memejamkan mata, bukan rasa kantuk yang didapatkan. Melainkan rasa pedih, matanya memang mengantuk, tubuhnya juga lelah. Akan tetapi, hatinya resah. Ada perasaan bersalah, sedih, dan juga menyesal karena menerima perjodohan ini? Entahlah. Alifa tidak bisa mundur lagi sekarang.

"Lif, Pak Haji Imran dan Bu Halimah itu orang yang sangat baik. Mereka menginginkan ada perempuan yang bisa mengembalikan hati anaknya ke jalan yang benar. Mereka nggak mau anaknya menikah dengan gadis sembarangan. Farrel itu sebenarnya baik. Hanya saja karena ada suatu masalah, entah apa sehingga dirinya berubah seperti itu. Kalau kamu bisa membuatnya kembali menjadi Farrel yang dulu, itu ladang pahala untuk kamu, Lif!" Begitu nasihat ayahnya setelah menerima lamaran Pak Haji Imran, mewakili Farrel untuknya beberapa waktu yang lalu.

Alifa tidak tahu di mana menariknya Farrel, sampai-sampai Bintang dan Alisha memiliki ide gila itu. Karena ide Bintang dan Alisha pula lah, kedua orang tuanya menerima lamaran Farrel.

"Kenapa harus aku sih, Pak? Aku itu pengin selesai kuliah dulu!" sahutnya dengan ketus.

"Lif, memang kalau kamu sudah menikah nggak bisa selesaiin kuliah, apa?" Giliran sang ibu yang menimpali.

"Aku rasa kamu dan Farrel akan menemukan kecocokan setelah berumah tangga. Kalian akan saling belajar karena kalian hampir memiliki persamaan." Itu alasan Bintang yang paling bersikeras dengan perjodohan ini.

Kacau sudah. Alifa tidak bisa menolak keinginan mereka semuanya dan dia juga heran, mengapa Farrel juga tidak berdaya menolak perjodohan ini?

Tanpa sadar gadis itu terisak lirih. Dengan hati-hati dan tak ingin menganggu tidurnya Farrel, Alifa bangkit dari tempat tidur. Dia segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat malam. Dia menangis di situ.

Alifa memasrahkan takdirnya sekarang. Dia akan berusaha mengembalikan Farrel pada orang tuanya sebagai anak kebanggaan mereka. Dia akan berusaha menjadi istri yang baik bagi laki-laki yang telah terbuai dalam mimpi itu. Walaupun Alifa harus mengorbankan hatinya yang tidak menginginkan laki-laki itu sebagai suaminya.

"Maaf," ucapan lirih disertai pelukan dari belakang tubuhnya membuat Alifa tertegun. Dia melirik ke arah sepasang lengan yang melingkari bahu kurusnya. "Maaf, sudah membuatmu menangis, Fa." Farrel kembali berbisik lirih. Laki-laki itu meletakkan dagunya di pundak Alifa yang masih tertegun.

* * *

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 58 End

    Tanpa berucap apa-apa, Agus segera berberes. Sedangkan Nur sibuk dengan si Kembar di dampingi Bu Aminah. Bayi berusia 1,5 bulan itu memang sangat menggemaskan. Bu Aminah dan anak-anak melepas kepergian si Kembar dengan mata berkaca-kaca. Tetapi mereka tidak bisa menahannya. Si Kembar memiliki keluarga dan rumah. Sebelum berangkat ke rumah sakit, Brian terlebih dahulu menghampiri Agus dan memeluk laki-laki itu. Brian menatap Agus dan menepuk pelan bahu laki-laki itu. "Perjuangkan rumah tangga kalian. Jangan sampai si Kembar kehilangan kasih sayang utuh dari orang tuanya, Gus," pesannya.Agustus mengangguk samar. "Terima kasih, Yan. Terima kasih, sudah menjaga si Kembar dan Nur. Kalau nggak ada kalian, aku nggak tahu nasib mereka," ucap Agus sambil melirik ke arah Nur dan kedua anaknya.Brian terkekeh kemudian pamit pada Agus dan Nur untuk ke rumah sakit. Laki-laki itu sengaja berangkat lebih pagi dengan alasan ada pasien yang hendak melahirkan. Padahal, Brian tidak ingin melihat kepe

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 57 Sanksi Sosial

    "Kamu jangan khawatir gini, Yan. Sudah, ah. Berangkat dulu," pamit Agus lagi. Brian tidak bisa lagi mencegah temannya itu. Agus juga menolak diantar dengan alasan laki-laki itu ingin menyendiri. Brian hanya bisa mengangguk pasrah.Nuraini menunduk dalam tidak berani membalas tatapan mata Brian. Sesekali laki-laki itu meliriknya sambil makan. Pandangan Nur bertemu dengan Bu Aminah yang duduk di sebelah Brian."Agus kok lama pulangnya? Apa dia bilang pergi ke mana gitu, Nur?" tanya wanita itu.Nuraini menggeleng lemah. "Ndak, Bu. Cuma pamit ke klinik," jawabnya. Nuraini beralih memandang Brian. "Em, Mas. Tangan Mas Agus kenapa ya, kok bisa begitu?" tanyanya lirih.Dia merasa bodoh. Suami sendiri terluka, tetapi dirinya tidak tahu. Brian mengangkat sebelah alis mendengar pertanyaan konyol itu."Aneh banget. Kamu itu istrinya, Nur. Seharusnya kamu tanya, kenapa dia begitu? Kalau dia nggak datang ke Jakarta, Agus juga nggak luka begitu!" jawab Brian ketus.Bu Aminah langsung menoleh dan m

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 56 Terbiasa Dengan Rasa Sakit

    "Apa maksud Mas Brian bicara begitu?" tanya Nur lirih.Brian menggeleng samar, kemudian bangkit dari tempat duduknya. Sedangkan Nur, mendongak menatap laki-laki itu. Nuraini berharap dirinya salah dengar tentang pernyataan Brian."Aku nggak perlu mengulangi apa yang aku katakan, Nurkodir. Yang aku minta, pulanglah, dan perbaiki hubungan kalian. Cayenne dan Panamera nggak pantas menjadi korban keegoisan orang tuanya," ucap laki-laki itu masih dalam nada ketusnya.Nuraini mengangguk samar, kemudian bangkit dari tempat duduk. Brian mengarahkan pandangan pada beberapa anak yang tengah berkumpul di gasebo bersama guru les."Lihatlah mereka. Anak-anakku itu sewaktu kecil masih bisa aku bohongi tentang orang tuanya. Tapi setelah mereka besar dan sekolah, mereka selalu menuntut jawaban yang sama, Nur. Selalu menanyakan keberadaan orang tua kandungnya. Jangan buat Cayenne dan Panamera mengalami hal serupa dengan mereka," tunjuk Brian pada anak-anaknya. Nasihat si Kaku, pemilik mulut judes itu

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 55 Pasrah

    "Cayenne, Panamera?" tanya Agus lirih.Brian mengangguk antusias. Dia mempersilakan Agus duduk sembari menunggu Bu Aminah. Rupanya, Bu Aminah membantu Nur memandikan Cayenne dan Panamera.Dada Agus berdesir mendengar tangisan bayi dari dalam kamar tamu. Laki-laki itu beranjak mendekati pintu yang sedikit terbuka. Sedangkan Brian sibuk dengan Axel dan Aruna, anak angkatnya yang berusia satu setengah tahun. "Iya, sebentar ya, Sayang. Gantian Adek Cayenne, dong!""Sudah, Nur, cepat susuin. Biar Ibu yang pakaiin Cayenne baju. Lagian, kamu itu disuruh stok ASI kok susah banget. Maunya tiap hari diomelin Brian. Apa nggak panas, dengerin Brian ngomel?" goda Bu Aminah sambil tertawa kecil.Nuraini menggeleng pelan. "Sudah biasa, Bu. Mas Brian cerewet, tapi perhatian sama si Kembar," ucap Nur sambil melangkah mendekati pintu hendak menutup pintu tersebut.Wanita itu tertegun. Begitu juga laki-laki yang berdiri di depan pintu. Keduanya mematung. Mata laki-laki itu memerah. Pipinya basah. Nurain

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 54 Lagi-lagi Kebetulan

    Semakin lama memandang wajah mungil Panamera, semakin merasa aneh. Memang wajah bayi itu akan berubah-ubah. Akan tetapi, apa ini kebetulan?Brian meletakkan kembali Panamera, ketika bayi itu mulai menangis. Sedangkan Cayenne sudah tidur sejak beberapa menit yang lalu. Mendengar anaknya menangis, Nur bergegas mendekat."Kayaknya haus, Nur. Kamu harus banyak makan sayur, Nur. Bayi kamu butuh banyak nutrisi, kamu dengar?" ucap Brian kembali ke mode datar dan ketus.Nuraini mengangguk. Dia segera meminta izin membawa Panamera ke kamar dan menyusuinya. Kedua bayi kembarnya itu sangat rakus ketika menyusu. Brian memang tergolong cerewet jika menyangkut anak-anaknya dan juga si Kembar."Alhamdulillah ya, Nak. Kita mendapatkan keluarga baru yang sangat baik. Om Brian dan Eyang sangat sayang pada kalian. Jangan sedih ya, Nak, kalian pisah dari Ayah. Nanti Bunda ketemuin kalian kalau sudah waktunya."Nuraini tersenyum dan mencium pipi Panamera dengan sayang. Nur memerhatikan wajah Panamera yang

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 53 Welcome Twins

    Dengan langkah lelah, Agustus tidak berhenti mencari keberadaan sang istri. Dia juga sudah menyebar beberapa foto Nuraini. Namun keberadaan Nur benar-benar seperti ditelan bumi. Agustus tertunduk lesu di peron stasiun. Selama dua minggu di Jakarta tidak membuahkan hasil. Laki-laki itu memutuskan kembali ke Ponorogo. Kini Agus tidak punya semangat hidup. Dia juga tidak bersedia dicalonkan menjadi kepala desa kembali.Bahkan, Agus lebih banyak menghabiskan waktu di toko. Terkadang dia juga tidak pulang dan memilih tidur di toko. Pulang ke rumah hanya akan membuat hatinya semakin diliputi rasa bersalah. Melihat barang-barang milik Nur, hati laki-laki itu kembali tercabik-cabik sakit.Agustus mengusap kedua matanya yang basah. Teringat dosa-dosanya di masa lalu. Dosa-dosa yang pada akhirnya mendzolimi wanita sebaik Nuraini.Sudah tiga bulan, Agus menekuni ilmu agama di pondok pesantren. Dia hanya pulang ke rumah seminggu sekali. Jika pulang, Agus memilih tidur di rumah Nenek Kanti. Di si

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status