Share

Part 4 Buat Aku Jatuh Cinta

Alifa menoleh sehingga wajahnya dengan wajah Farrel nyaris tak berjarak. Laki-laki itu menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Keduanya saling pandang beberapa saat, sebelum akhirnya Farrel memutus pandangan mereka lebih dahulu.

"Sudah malam, tidurlah. Besok kita akan pindah ke rumah baru. Jadi, sekarang sebaiknya kita tidur, Fa."

"Rumah baru?" Alifa mengulang pertanyaan sambil membereskan sajadahnya. Dia duduk di samping Farrel yang sudah kembali ke atas tempat tidur.

Farrel mengangguk dan menggeser tubuhnya memberi tempat untuk Alifa. "Iya, Bapak kasih kita rumah di dekat rumahnya Mbak Alisha. Biar agak dekat dengan kampus kamu, katanya. Nanti aku juga mulai bekerja." Mendengar penjelasan Farrel, Alifa membulatkan bibirnya dengan bergumam 'oh'.

"Tapi, kenapa nggak di kota sekalian sih, Rel?"

"Kenapa memangnya?" tanya balik Farrel dengan kening berkerut.

Alifa hanya mengangkat bahu acuh. "Ya, kalau di kota kan, mungkin kita bisa mandiri nggak dekat dengan Mbak Alisha. Terus kalau aku ke kampus juga mudah." Alifa berusaha mengutarakan alasannya.

Walaupun bukan itu yang menjadi alasan sebenarnya. Dia tidak hanya tak nyaman tinggal di komplek yang sama dengan Alisha dan Bintang. Akan tetapi, dengan begitu dia akan jauh dari teman-temannya.

"Aku akan antar jemput kamu ke kampus karena sekarang kamu istriku. Kamu nggak boleh lagi pergi-pergi seenaknya tanpa seizinku. Kalau mau touring motor dengan teman-teman kamu, aku ikut."

"Rel!" Pekiknya.

Alifa hendak protes dengan aturan baru dari laki-laki itu. Tetapi Farrel tidak peduli. Dia segera merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.

"Sudah malam, ayo tidur. Sebelum aku berubah pikiran, Fa!" ucapnya tegas.

"Berubah pikiran ngebolehin aku touring motor sama teman-teman aku, quality time sama teman-teman? Oh, dengan senang hati aku menerimanya!"

Farrel berdecak, kemudian tanpa permisi ditariknya tubuh Alifa ke dalam dekapannya. Alifa hanya bisa melotot menatap wajah Farrel yang berada di bawahnya. Sedangkan Farrel hanya tersenyum penuh arti.

Laki-laki itu mengusap pelan wajah cantik Alifa dengan jemarinya. Alifa yang gugup, memalingkan pandangannya dari laki-laki itu.

"Jangan bermimpi. Aku nggak akan merubah pikiranku tentang hal itu," ucap Farrel lirih kemudian mencium pelan kening istrinya.

"La-lalu, ap-apa?" Alifa gugup setengah mati.

Kalau ada aliran listrik ratusan watt tengah menyengat nya, mungkin seperti itulah rasanya berada di atas tubuh Farrel. Apalagi, Farrel mengeratkan sebelah lengannya di bahu sang istri. "Tuhan, tolong aku, aku takut Farrel akan melakukan sesuatu sekarang," bisik hatinya ketakutan.

Detak jantung keduanya berpacu lebih cepat. Alifa bisa merasakan hal itu, apalagi tatapan mata Farrel tak biasa. Tidak ada tatapan dingin dan kilat sinis dari kedua mata elang itu.

"Rel, le-lepasin, aku nggak ... nggak bisa nafas kalau kayak gini." Alifa berkata lirih dengan nada memelas.

Farrel tersenyum penuh arti, tetapi tidak juga melepaskan pelukannya. "Bagaimana kalau malam ini kita latihan dulu, hm?" tanya Farrel dengan sepasang alisnya naik turun. Alifa semakin takut. Walaupun dia tidak pernah melakukan itu, dia tahu Farrel mungkin tengah menginginkannya.

"Rel, jangan becanda. Maksudnya aku ... Ng..."

"Nggak ada cinta, maksudnya kamu?" tanya Farrel dengan nada tenang.

Alifa terdiam. Dia memutuskan tidak menjawab. Karena baginya, berhubungan suami istri harus berlandaskan keikhlasan dan atas dasar cinta, bukan sekedar nafsu.

Mungkin, bagi laki-laki seperti Farrel, bisa dan terbiasa melakukannya dengan siapa pun. Tetapi, bagi Alifa tidak. Dia akan menyerahkan mahkota berharga itu untuk orang yang dia cintai. Akan tetapi, Farrel adalah suaminya.

Alifa dilema. Dia tak sanggup membalas tatapan mata Farrel yang masih menatapnya dengan tatapan tanpa ekspresi.

"Maaf, Rel..." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Alifa. Dia memalingkan wajahnya, menyembunyikan rasa bersalah dan kabut di kedua matanya.

Bukannya marah atau tersinggung, Farrel justru tersenyum. Dia mengusap pelan kedua mata istrinya dengan ibu jarinya. "Sekarang aku tahu siapa kamu, Fa. Tanpa kamu jawab. Aku nggak perlu bertanya banyak tentang kamu. Aku nggak memaksamu. Aku juga nggak akan melakukannya atas dasar keterpaksaan." Farrel berucap lirih.

Alifa tak percaya ucapan bijak itu keluar dari mulut pemuda slengekan dengan label berandalan. Alifa menelungkupkan wajahnya di bahu Farrel. Bahunya bergetar karena tangis. Farrel mengusap-usap punggung kurus istrinya dengan lembut.

"Fa..." panggilnya lirih sembari mendongakkan kepala Alifa. "Lihat aku, Fa," pintanya.

Alifa menurut dan menatap dalam manik hitam itu. Kedua pasang manik itu beradu pandang. Ada getaran hebat di dada keduanya tanpa mereka tahu artinya.

"Jangan menangis seolah aku akan memperkosamu, Fa. Aku nggak mungkin melakukan itu. Aku menghargai istriku karena aku juga menghargai Ibuk. Aku akan menunggu kesiapanmu. Kamu jangan takut."

Alifa mengangguk pelan. Dia kembali merutuki takdirnya yang harus terjebak dengan pernikahan seperti ini. Farrel memang memperlakukannya sangat baik. Akan tetapi, entah mengapa hatinya masih menolak jika laki-laki berwajah rupawan itu sekarang suaminya.

"Sudah ayo tidur, sudah hampir tengah malam. Biasanya banyak tuyul-tuyul gentayangan," ucap Farrel dengan santai sembari memejamkan matanya.

Mendengar kata tuyul, Alifa mendelik dan mencubit gemas perut rata suaminya.

"Auh, sakit tahu, Fa!"

"Salah sendiri ngomongin tuyul. Kamu belum move on ya dari semua itu?" ledeknya gemas.

Farrel terkekeh dan melingkarkan kedua lengannya pada tubuh Alifa. "Ya, barangkali kamu penasaran pengin tahu wujudnya," jawabnya enteng.

"Enak saja, nggak mau. Lihat kamu saja kadang serem apalagi lihat tuyul!" sahut Alifa cemberut.

Farrel tertawa mengejek. "Ha ha ha, serem, tapi kalau kamu sudah jatuh cinta sama aku, pasti kamu akan bilang sebaliknya."

"Buat aku jatuh cinta sama kamu, Rel," ucap Alifa lirih.

Farrel tertegun dan menatap wajah istrinya dalam-dalam. Kemudian dia mengangguk pelan. "Aku akan membuatmu jatuh cinta hanya padaku, Fa. Selamanya. Karena pernikahan ini bukan main-main," ucapnya pelan kemudian mencium bibir Alifa dengan lembut. Alifa sempat terkejut untuk sesaat. Namun, tak ada pilihan baginya selain membalasnya.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status