Home / Romansa / TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN / Part 4 Buat Aku Jatuh Cinta

Share

Part 4 Buat Aku Jatuh Cinta

last update Huling Na-update: 2022-12-22 11:07:18

Alifa menoleh sehingga wajahnya dengan wajah Farrel nyaris tak berjarak. Laki-laki itu menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Keduanya saling pandang beberapa saat, sebelum akhirnya Farrel memutus pandangan mereka lebih dahulu.

"Sudah malam, tidurlah. Besok kita akan pindah ke rumah baru. Jadi, sekarang sebaiknya kita tidur, Fa."

"Rumah baru?" Alifa mengulang pertanyaan sambil membereskan sajadahnya. Dia duduk di samping Farrel yang sudah kembali ke atas tempat tidur.

Farrel mengangguk dan menggeser tubuhnya memberi tempat untuk Alifa. "Iya, Bapak kasih kita rumah di dekat rumahnya Mbak Alisha. Biar agak dekat dengan kampus kamu, katanya. Nanti aku juga mulai bekerja." Mendengar penjelasan Farrel, Alifa membulatkan bibirnya dengan bergumam 'oh'.

"Tapi, kenapa nggak di kota sekalian sih, Rel?"

"Kenapa memangnya?" tanya balik Farrel dengan kening berkerut.

Alifa hanya mengangkat bahu acuh. "Ya, kalau di kota kan, mungkin kita bisa mandiri nggak dekat dengan Mbak Alisha. Terus kalau aku ke kampus juga mudah." Alifa berusaha mengutarakan alasannya.

Walaupun bukan itu yang menjadi alasan sebenarnya. Dia tidak hanya tak nyaman tinggal di komplek yang sama dengan Alisha dan Bintang. Akan tetapi, dengan begitu dia akan jauh dari teman-temannya.

"Aku akan antar jemput kamu ke kampus karena sekarang kamu istriku. Kamu nggak boleh lagi pergi-pergi seenaknya tanpa seizinku. Kalau mau touring motor dengan teman-teman kamu, aku ikut."

"Rel!" Pekiknya.

Alifa hendak protes dengan aturan baru dari laki-laki itu. Tetapi Farrel tidak peduli. Dia segera merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.

"Sudah malam, ayo tidur. Sebelum aku berubah pikiran, Fa!" ucapnya tegas.

"Berubah pikiran ngebolehin aku touring motor sama teman-teman aku, quality time sama teman-teman? Oh, dengan senang hati aku menerimanya!"

Farrel berdecak, kemudian tanpa permisi ditariknya tubuh Alifa ke dalam dekapannya. Alifa hanya bisa melotot menatap wajah Farrel yang berada di bawahnya. Sedangkan Farrel hanya tersenyum penuh arti.

Laki-laki itu mengusap pelan wajah cantik Alifa dengan jemarinya. Alifa yang gugup, memalingkan pandangannya dari laki-laki itu.

"Jangan bermimpi. Aku nggak akan merubah pikiranku tentang hal itu," ucap Farrel lirih kemudian mencium pelan kening istrinya.

"La-lalu, ap-apa?" Alifa gugup setengah mati.

Kalau ada aliran listrik ratusan watt tengah menyengat nya, mungkin seperti itulah rasanya berada di atas tubuh Farrel. Apalagi, Farrel mengeratkan sebelah lengannya di bahu sang istri. "Tuhan, tolong aku, aku takut Farrel akan melakukan sesuatu sekarang," bisik hatinya ketakutan.

Detak jantung keduanya berpacu lebih cepat. Alifa bisa merasakan hal itu, apalagi tatapan mata Farrel tak biasa. Tidak ada tatapan dingin dan kilat sinis dari kedua mata elang itu.

"Rel, le-lepasin, aku nggak ... nggak bisa nafas kalau kayak gini." Alifa berkata lirih dengan nada memelas.

Farrel tersenyum penuh arti, tetapi tidak juga melepaskan pelukannya. "Bagaimana kalau malam ini kita latihan dulu, hm?" tanya Farrel dengan sepasang alisnya naik turun. Alifa semakin takut. Walaupun dia tidak pernah melakukan itu, dia tahu Farrel mungkin tengah menginginkannya.

"Rel, jangan becanda. Maksudnya aku ... Ng..."

"Nggak ada cinta, maksudnya kamu?" tanya Farrel dengan nada tenang.

Alifa terdiam. Dia memutuskan tidak menjawab. Karena baginya, berhubungan suami istri harus berlandaskan keikhlasan dan atas dasar cinta, bukan sekedar nafsu.

Mungkin, bagi laki-laki seperti Farrel, bisa dan terbiasa melakukannya dengan siapa pun. Tetapi, bagi Alifa tidak. Dia akan menyerahkan mahkota berharga itu untuk orang yang dia cintai. Akan tetapi, Farrel adalah suaminya.

Alifa dilema. Dia tak sanggup membalas tatapan mata Farrel yang masih menatapnya dengan tatapan tanpa ekspresi.

"Maaf, Rel..." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Alifa. Dia memalingkan wajahnya, menyembunyikan rasa bersalah dan kabut di kedua matanya.

Bukannya marah atau tersinggung, Farrel justru tersenyum. Dia mengusap pelan kedua mata istrinya dengan ibu jarinya. "Sekarang aku tahu siapa kamu, Fa. Tanpa kamu jawab. Aku nggak perlu bertanya banyak tentang kamu. Aku nggak memaksamu. Aku juga nggak akan melakukannya atas dasar keterpaksaan." Farrel berucap lirih.

Alifa tak percaya ucapan bijak itu keluar dari mulut pemuda slengekan dengan label berandalan. Alifa menelungkupkan wajahnya di bahu Farrel. Bahunya bergetar karena tangis. Farrel mengusap-usap punggung kurus istrinya dengan lembut.

"Fa..." panggilnya lirih sembari mendongakkan kepala Alifa. "Lihat aku, Fa," pintanya.

Alifa menurut dan menatap dalam manik hitam itu. Kedua pasang manik itu beradu pandang. Ada getaran hebat di dada keduanya tanpa mereka tahu artinya.

"Jangan menangis seolah aku akan memperkosamu, Fa. Aku nggak mungkin melakukan itu. Aku menghargai istriku karena aku juga menghargai Ibuk. Aku akan menunggu kesiapanmu. Kamu jangan takut."

Alifa mengangguk pelan. Dia kembali merutuki takdirnya yang harus terjebak dengan pernikahan seperti ini. Farrel memang memperlakukannya sangat baik. Akan tetapi, entah mengapa hatinya masih menolak jika laki-laki berwajah rupawan itu sekarang suaminya.

"Sudah ayo tidur, sudah hampir tengah malam. Biasanya banyak tuyul-tuyul gentayangan," ucap Farrel dengan santai sembari memejamkan matanya.

Mendengar kata tuyul, Alifa mendelik dan mencubit gemas perut rata suaminya.

"Auh, sakit tahu, Fa!"

"Salah sendiri ngomongin tuyul. Kamu belum move on ya dari semua itu?" ledeknya gemas.

Farrel terkekeh dan melingkarkan kedua lengannya pada tubuh Alifa. "Ya, barangkali kamu penasaran pengin tahu wujudnya," jawabnya enteng.

"Enak saja, nggak mau. Lihat kamu saja kadang serem apalagi lihat tuyul!" sahut Alifa cemberut.

Farrel tertawa mengejek. "Ha ha ha, serem, tapi kalau kamu sudah jatuh cinta sama aku, pasti kamu akan bilang sebaliknya."

"Buat aku jatuh cinta sama kamu, Rel," ucap Alifa lirih.

Farrel tertegun dan menatap wajah istrinya dalam-dalam. Kemudian dia mengangguk pelan. "Aku akan membuatmu jatuh cinta hanya padaku, Fa. Selamanya. Karena pernikahan ini bukan main-main," ucapnya pelan kemudian mencium bibir Alifa dengan lembut. Alifa sempat terkejut untuk sesaat. Namun, tak ada pilihan baginya selain membalasnya.

* * *

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 58 End

    Tanpa berucap apa-apa, Agus segera berberes. Sedangkan Nur sibuk dengan si Kembar di dampingi Bu Aminah. Bayi berusia 1,5 bulan itu memang sangat menggemaskan. Bu Aminah dan anak-anak melepas kepergian si Kembar dengan mata berkaca-kaca. Tetapi mereka tidak bisa menahannya. Si Kembar memiliki keluarga dan rumah. Sebelum berangkat ke rumah sakit, Brian terlebih dahulu menghampiri Agus dan memeluk laki-laki itu. Brian menatap Agus dan menepuk pelan bahu laki-laki itu. "Perjuangkan rumah tangga kalian. Jangan sampai si Kembar kehilangan kasih sayang utuh dari orang tuanya, Gus," pesannya.Agustus mengangguk samar. "Terima kasih, Yan. Terima kasih, sudah menjaga si Kembar dan Nur. Kalau nggak ada kalian, aku nggak tahu nasib mereka," ucap Agus sambil melirik ke arah Nur dan kedua anaknya.Brian terkekeh kemudian pamit pada Agus dan Nur untuk ke rumah sakit. Laki-laki itu sengaja berangkat lebih pagi dengan alasan ada pasien yang hendak melahirkan. Padahal, Brian tidak ingin melihat kepe

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 57 Sanksi Sosial

    "Kamu jangan khawatir gini, Yan. Sudah, ah. Berangkat dulu," pamit Agus lagi. Brian tidak bisa lagi mencegah temannya itu. Agus juga menolak diantar dengan alasan laki-laki itu ingin menyendiri. Brian hanya bisa mengangguk pasrah.Nuraini menunduk dalam tidak berani membalas tatapan mata Brian. Sesekali laki-laki itu meliriknya sambil makan. Pandangan Nur bertemu dengan Bu Aminah yang duduk di sebelah Brian."Agus kok lama pulangnya? Apa dia bilang pergi ke mana gitu, Nur?" tanya wanita itu.Nuraini menggeleng lemah. "Ndak, Bu. Cuma pamit ke klinik," jawabnya. Nuraini beralih memandang Brian. "Em, Mas. Tangan Mas Agus kenapa ya, kok bisa begitu?" tanyanya lirih.Dia merasa bodoh. Suami sendiri terluka, tetapi dirinya tidak tahu. Brian mengangkat sebelah alis mendengar pertanyaan konyol itu."Aneh banget. Kamu itu istrinya, Nur. Seharusnya kamu tanya, kenapa dia begitu? Kalau dia nggak datang ke Jakarta, Agus juga nggak luka begitu!" jawab Brian ketus.Bu Aminah langsung menoleh dan m

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 56 Terbiasa Dengan Rasa Sakit

    "Apa maksud Mas Brian bicara begitu?" tanya Nur lirih.Brian menggeleng samar, kemudian bangkit dari tempat duduknya. Sedangkan Nur, mendongak menatap laki-laki itu. Nuraini berharap dirinya salah dengar tentang pernyataan Brian."Aku nggak perlu mengulangi apa yang aku katakan, Nurkodir. Yang aku minta, pulanglah, dan perbaiki hubungan kalian. Cayenne dan Panamera nggak pantas menjadi korban keegoisan orang tuanya," ucap laki-laki itu masih dalam nada ketusnya.Nuraini mengangguk samar, kemudian bangkit dari tempat duduk. Brian mengarahkan pandangan pada beberapa anak yang tengah berkumpul di gasebo bersama guru les."Lihatlah mereka. Anak-anakku itu sewaktu kecil masih bisa aku bohongi tentang orang tuanya. Tapi setelah mereka besar dan sekolah, mereka selalu menuntut jawaban yang sama, Nur. Selalu menanyakan keberadaan orang tua kandungnya. Jangan buat Cayenne dan Panamera mengalami hal serupa dengan mereka," tunjuk Brian pada anak-anaknya. Nasihat si Kaku, pemilik mulut judes itu

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 55 Pasrah

    "Cayenne, Panamera?" tanya Agus lirih.Brian mengangguk antusias. Dia mempersilakan Agus duduk sembari menunggu Bu Aminah. Rupanya, Bu Aminah membantu Nur memandikan Cayenne dan Panamera.Dada Agus berdesir mendengar tangisan bayi dari dalam kamar tamu. Laki-laki itu beranjak mendekati pintu yang sedikit terbuka. Sedangkan Brian sibuk dengan Axel dan Aruna, anak angkatnya yang berusia satu setengah tahun. "Iya, sebentar ya, Sayang. Gantian Adek Cayenne, dong!""Sudah, Nur, cepat susuin. Biar Ibu yang pakaiin Cayenne baju. Lagian, kamu itu disuruh stok ASI kok susah banget. Maunya tiap hari diomelin Brian. Apa nggak panas, dengerin Brian ngomel?" goda Bu Aminah sambil tertawa kecil.Nuraini menggeleng pelan. "Sudah biasa, Bu. Mas Brian cerewet, tapi perhatian sama si Kembar," ucap Nur sambil melangkah mendekati pintu hendak menutup pintu tersebut.Wanita itu tertegun. Begitu juga laki-laki yang berdiri di depan pintu. Keduanya mematung. Mata laki-laki itu memerah. Pipinya basah. Nurain

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 54 Lagi-lagi Kebetulan

    Semakin lama memandang wajah mungil Panamera, semakin merasa aneh. Memang wajah bayi itu akan berubah-ubah. Akan tetapi, apa ini kebetulan?Brian meletakkan kembali Panamera, ketika bayi itu mulai menangis. Sedangkan Cayenne sudah tidur sejak beberapa menit yang lalu. Mendengar anaknya menangis, Nur bergegas mendekat."Kayaknya haus, Nur. Kamu harus banyak makan sayur, Nur. Bayi kamu butuh banyak nutrisi, kamu dengar?" ucap Brian kembali ke mode datar dan ketus.Nuraini mengangguk. Dia segera meminta izin membawa Panamera ke kamar dan menyusuinya. Kedua bayi kembarnya itu sangat rakus ketika menyusu. Brian memang tergolong cerewet jika menyangkut anak-anaknya dan juga si Kembar."Alhamdulillah ya, Nak. Kita mendapatkan keluarga baru yang sangat baik. Om Brian dan Eyang sangat sayang pada kalian. Jangan sedih ya, Nak, kalian pisah dari Ayah. Nanti Bunda ketemuin kalian kalau sudah waktunya."Nuraini tersenyum dan mencium pipi Panamera dengan sayang. Nur memerhatikan wajah Panamera yang

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 53 Welcome Twins

    Dengan langkah lelah, Agustus tidak berhenti mencari keberadaan sang istri. Dia juga sudah menyebar beberapa foto Nuraini. Namun keberadaan Nur benar-benar seperti ditelan bumi. Agustus tertunduk lesu di peron stasiun. Selama dua minggu di Jakarta tidak membuahkan hasil. Laki-laki itu memutuskan kembali ke Ponorogo. Kini Agus tidak punya semangat hidup. Dia juga tidak bersedia dicalonkan menjadi kepala desa kembali.Bahkan, Agus lebih banyak menghabiskan waktu di toko. Terkadang dia juga tidak pulang dan memilih tidur di toko. Pulang ke rumah hanya akan membuat hatinya semakin diliputi rasa bersalah. Melihat barang-barang milik Nur, hati laki-laki itu kembali tercabik-cabik sakit.Agustus mengusap kedua matanya yang basah. Teringat dosa-dosanya di masa lalu. Dosa-dosa yang pada akhirnya mendzolimi wanita sebaik Nuraini.Sudah tiga bulan, Agus menekuni ilmu agama di pondok pesantren. Dia hanya pulang ke rumah seminggu sekali. Jika pulang, Agus memilih tidur di rumah Nenek Kanti. Di si

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status