Share

Part 2 First Kiss

Malam harinya, di kediaman Pak Haji Imran.

Setelah acara akad nikah, dilanjutkan resepsi yang cukup melelahkan sampai sore hari. Alifa tampak canggung berada di kamar milik Farrel.

Sebenarnya jika boleh memilih, Alifa ingin tidur di kamar terpisah. Akan tetapi, dia tidak punya pilihan karena menyadari keberadaannya kini. Dan menurut Farrel walaupun rumah Bu Halimah cukup besar, tetapi semua kamar sudah penuh diisi oleh saudara mereka yang kebetulan datang dari luar kota.

Alifa segera mengambil baju ganti dan bergegas ke kamar mandi yang menyatu dengan kamar laki-laki itu. Dia ingin cepat-cepat mandi, shalat kemudian beranjak tidur. Sementara itu, Farrel masih di ruang tamu bersama para sahabatnya.

"Hm, bersih juga kamar mandinya. Nggak nyangka." Alifa bergumam lirih begitu berada di kamar mandi.

Tanpa terasa, sudah 30 menit Alifa di dalam kamar mandi. Gadis itu dengan santai keluar dari situ sambil membungkus rambut basahnya dengan handuk.

Dia mengerutkan kening ketika mendapati kamar dalam keadaan gelap, padahal tadi sebelum dia masuk kamar mandi tidak mematikan lampu.

"Pasti Farrel kurang kerjaan nih, matiin lampu. Nggak lihat apa, kalau ada orang di dalam? Dasar Gundul!" Alifa menggerutu sendiri sambil meraba sakelar lampu.

Klik!

Kamar menjadi terang benderang.

Alifa ternganga ketika mendapati sosok tubuh jangkung itu sudah berbaring nyaman di tempat tidur. Dia mendekat, meneliti sebentar laki-laki yang telah lelap dalam tidurnya tersebut.

"Untung dia sudah tidur jadi aman, mau ngatain gundul juga nggak denger. Tapi, kenapa dia dinamakan gundul?" gumamnya lagi.

Alifa mengangkat bahu acuh kemudian bersiap menggelar sajadah.

"Kamu itu ternyata tukang ghibah juga, ya?" tanya Farrel sinis yang membuat Alifa menoleh dan tersenyum canggung. "Jutek, judes, galak, tukang gosip lagi!" Farrel mengakhiri kalimatnya sembari mencibir.

"Lah, siapa suruh pura-pura tidur?" sahut Alifa tidak mau mengalah. "Sudah shalat belum? Ayo shalat dulu, bisa mengimami shalat, kan?" tanyanya mengejek. Farrel mendengus kesal kemudian bangkit dari tempat duduknya.

Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Alifa dan mengusap gemas kepala Alifa yang sudah tertutup mukena. "Jangan meremehkan, jangankan jadi imam shalat, membuatmu besok pagi jalan ngesot saja bisa, kok!" jawabnya santai sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Nggak usah mimpi, Rel. Siapa juga yang mau!"

"Terus maunya kamu sama siapa?" tanya Farrel tidak suka akan jawaban gadis yang telah resmi menjadi istrinya itu.

"Ya, ya...," Alifa mendadak gugup. Dia menatap Farrel dengan perasaan bersalah. "Maaf, maksudnya aku ... Ng-"

"Kelamaan mikir!" sahut Farrel kemudian memasuki kamar mandi.

Benar saja, Farrel tidak hanya sekadar bisa menjadi imam shalat. Akan tetapi, laki-laki itu sangat fasih dan merdu dalam mengucapkan bacaan shalat. Alifa merasa heran, apa yang membuat laki-laki itu masih terlalu enggan dekat dengan Tuhan?

"Cium dulu," Farel mengulurkan tangannya pada Alifa yang membuat gadis itu tersentak dari lamunannya.

Dengan canggung dia mencium tangan suaminya. Farrel menatap wajah cantik dalam balutan mukena itu, kemudian menarik nafas panjang. Farrel memilih bangkit dari tempat shalatnya lebih dahulu, kemudian mengganti bajunya begitu saja.

"Reell, bisa nggak sih, nggak asal buka baju di sini?" tanya Alifa sambil menutup matanya.

"Oh, aku kira nggak ada orang lain di sini. Nggak kelihatan, sih!" jawabnya acuh sembari tersenyum sekilas.

Alifa mendengus. "Dipikir aku itu bukan orang apa? Suami macam apa sih, kamu ini?" cibirnya jengkel.

Farrel membalikkan badan dan menatap dalam-dalam pada Alifa yang berdiri kaku di depannya. Farrel mempersempit jarak di antara mereka. Alifa mundur selangkah hingga tubuhnya menabrak tembok. Farrel semakin senang melihat Alifa menatapnya dengan tatapan takut.

Laki-laki itu mengungkung tubuh Alifa dengan meletakkan kedua lengannya di kedua sisi tubuh gadis itu. Farrel mendekatkan wajahnya ke arah Alifa.

Sontak Alifa memejamkan mata takut, sambil meremas ujung bajunya.

"Maunya kamu, aku seperti apa? Semua tergantung kamu, Fa!" ucap Farrel datar yang membuat Alifa membuka matanya. "Kenapa kamu takut gitu? Kamu pikir aku akan nyium kamu?" Farrel kembali tersenyum penuh arti.

Alifa menatap jengkel pada laki-laki yang berada tepat di depannya itu. "Aku nggak berharap kamu cium. Aku juga tahu, kamu nggak bakalan cium aku," Alifa mengangkat bahu acuh sambil mencibir, "karena kamu nggak bisa nyium dan mungkin nggak suka sama perempuan." Alifa berucap enteng yang tanpa sadar justru menantang Farrel.

Tanpa basa-basi, Farrel menarik tengkuk Alifa dan mendaratkan ciuman di bibir istrinya itu. Alifa yang terkejut hanya bisa memukul pelan dada suaminya. Namun, rupanya Farrel belum berniat menghentikan ciumannya. Bahkan dia memeluk erat tubuh Alifa.

"Bagaimana, apa aku nggak bisa nyium kamu?" sindirnya setelah ciuman itu berakhir.

"Rel, lepasin!" Alifa berkata lirih dengan wajah memelas.

Farrel tersenyum menyeringai. Bukannya melepaskan pelukan, dia justru kembali mengulang ciumannya. Rasanya senang sekali melihat wajah Alifa yang terbiasa ketus itu menjadi merah merona.

Alifa mengusap bibirnya yang terasa bengkak akibat ulah Farrel yang menurutnya bar-bar. Alifa mengatakan begitu karena dia tidak tahu bagaimana rasanya dicium. Dan dia tidak menyangka ciuman pertamanya justru dinikmati oleh Farrel.

Laki-laki yang pernah berkali-kali ditegaskan dalam hati tidak akan pernah menjadi suaminya. Tetapi karena perjodohan itu, kini Farrel benar-benar menjadi suaminya. Rupanya, Alifa termakan oleh sumpahnya sendiri.

"Kenapa kamu berdiri di situ?" tanya Farrel ketika Alifa masih berdiri kaku di tempatnya.

"Terus aku harus di mana? Kamu bilang nggak ada tempat di kamar lain."

"Ck, kenapa kamu mendadak jadi polos begini sih, Fa? Tidur di sini!" ucap Farrel tegas. Alifa mengangkat dagunya menatap Farrel yang berdiri di samping tempat tidur.

"Kamu tidur di mana?" tanyanya lirih.

"Hmm. Selain mendadak polos kamu mendadak lola!" sahut Farrel gemas. "Kita tidur di sini. Sambil latihan!" ucapnya enteng sembari merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status