Share

Part 48 Kebahagiaan Yang Terenggut

Bahu Agus meluruh mendengar permintaan cerai dari Nur. Dia berharap istrinya itu hanya emosi sesaat dan belum siap menerima kenyataan.

"Aku mohon, Nuraini, jangan minta cerai. Kamu boleh minta apa saja, asal jangan minta cerai, Sayang." Agus menekan suaranya supaya tidak didengar oleh orang lain.

Nuraini memalingkan wajah. Rasanya muak sekali melihat laki-laki munafik di dekatnya itu. Nur menatap ke arah kantong infus yang menggantung di sebelah kirinya. Dia bersyukur ketika seorang perawat mendekat hendak mencopot selang infus.

Dengan hati-hati, Agus menuntun Nuraini memasuki mobil. Dia tidak peduli dengan sikap tak acuh wanita itu. Agus menoleh sebentar sebelum melajukan mobilnya.

"Kita pulang ke rumah dulu, ya, Sayang," pinta Agus di tengah perjalanan.

"Terserahlah!" jawabnya tak acuh. "Mas Agus kan orang berkuasa makanya seenaknya sendiri!" lanjutnya masih dengan nada ketus.

Agus berusaha bersabar. Laki-laki itu menarik napas pelan, kemudian mengangguk lemah. Dia memilih diam dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status