Home / Fantasi / TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR / Bab 12: Kenyataan dan ilusi hanya dipisahkan oleh kesadaran.

Share

Bab 12: Kenyataan dan ilusi hanya dipisahkan oleh kesadaran.

Author: SURGAVERSE
last update Huling Na-update: 2025-08-14 08:18:50

Dia mengangkat selimutnya dengan pelan dan menampakkan kaki ke lantai. Sepasang sepatu kulit mengkilap menutupi kakinya, sesuatu yang tak biasa untuknya. Dia mencoba berdiri dengan hati-hati, tapi keseimbangannya sedikit goyah. Napasnya tertahan ketika dia melihat sekeliling.

Ruangan itu besar dan megah. Tirai merah terang menjuntai di jendela-jendela tinggi, menutupi pemandangan luar. Meja kayu besar di sudut ruangan dipenuhi gulungan kertas, pena bulu, wadah tinta, dan lilin-lilin yang telah mencair. Perapian di sisi lain ruangan menyala, memberikan kehangatan di udara yang terasa dingin.

Arga mengerutkan kening. Ini bukan tempatku.

Dengan langkah hati-hati, dia berjalan menuju cermin besar yang terletak di sudut ruangan. Tangannya gemetar, seluruh tubuhnya kaku saat dia menyentuh permukaannya. Jantungnya hampir berhenti berdetak ketika dia melihat pantulan di cermin.

Itu bukan dia.

Yang terpantul di cermin adalah seorang pemuda dengan rambut hitam sebahu dan mata tajam, w
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 22: ?

    Suara hujan masih berisik menempel di kaca jendela apartemen lantai paling atas. Dari tempatnya duduk, Arga bisa mendengar tiap butir hujan yang menampar kaca seperti jarum-jarum kecil. Lampu di ruang tamu redup, hanya satu bohlam yang menyala dengan cahaya kekuningan, membuat suasana apartemen terasa hangat walau di luar dingin. Flower, kucing abu-abu kecil itu, masih sibuk melompat ke kursi, lalu ke meja, dan akhirnya turun lagi ke lantai. Sesekali ia mendekati Hina, lalu menggesekkan kepalanya di lutut gadis itu seakan meminta perhatian. Hina menatapnya dengan senyum samar, lalu dibalas dengan mengelus bulu lembutnya. Arga berdiri dari sofa, melirik ke arah dapur kecil di sudut apartemen. "Aku bikin teh dulu, ya. Kamu mau?" tanyanya sambil membuka lemari dapur. Hina mengangguk pelan. "Teh hangat… sepertinya cocok untuk sekarang." Flower mengeong, seolah tidak mau ketinggalan. Arga terkekeh. "Kalau kamu, teh nggak bisa. Tapi aku punya sesuatu buatmu." Ia mengeluarkan tek

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 21: Bunga diantara hujan dan Cermin yang tak memantulkan segalanya.

    Suara denting sendok bertemu gelas terdengar di seluruh ruangan kafe sore itu. Aroma kopi bercampur wangi roti yang baru keluar dari oven memenuhi udara. Langit di luar terlihat mulai berwarna oranye keemasan, tanda matahari akan segera tenggelam. Arga mengusap meja panjang di sudut ruangan, memastikan semua permukaannya bersih dari sisa remah. Hina di sebelahnya sedang menata ulang rak buku kecil yang memang menjadi ciri khas kafe Bu Lila. Di meja kasir, Pasha sedang bercanda dengan Agus sambil menghitung uang kembalian. “Gus, coba hitung lagi deh, gue rasa ini kelebihan seribu,” katanya sambil menyodorkan uang receh. Agus hanya menggeleng, “Nggak, ini pas. Lu aja yang salah liat, Pash.” Ardi, yang sedang memindahkan kotak berisi biji kopi ke rak belakang, ikut nimbrung. “Eh, kalian berdua, jangan ribut soal seribu perak. Mending bantu gue angkat karung ini, berat!” Arga melirik ke arah mereka dan tertawa kecil. “Kalau kalian masih ribut, nanti Bu Lila datang,” ucapnya seteng

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 20: Dunia baru bagi sang pendatang, dan dunia baru bagi yang telah menetap dengan perasaan sedih.

    Cahaya matahari pagi menyusup masuk melalui celah tirai jendela ruang tamu, membentuk garis-garis tipis keemasan di lantai kayu. Udara pagi itu hangat namun segar, membawa aroma tanah basah sisa hujan semalam. Di luar, samar-samar terdengar suara motor dan mobil yang lewat di jalan utama. Di dalam rumah, suasana tenang hanya dipecahkan oleh suara TV yang menayangkan acara pagi dengan nada riang. Hina duduk bersila di karpet ruang tamu, laptop terbuka di depannya, buku catatan di samping, dan sebuah pensil terselip di telinga kirinya. Tangannya memegang remote TV sambil sesekali menekan tombol untuk mengganti saluran. Di meja kopi di depannya ada cangkir teh hangat yang uapnya masih mengepul. "Arga," panggil Hina tanpa mengalihkan pandangan dari layar TV. "Apa gunanya remote ini kalau semua salurannya menayangkan orang bicara saja pagi-pagi begini?" Arga yang baru saja keluar dari dapur dengan piring berisi roti panggang menoleh sambil tertawa kecil. "Itu namanya berita pagi. Isi

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 19: Tertawa tanpa beban.

    Pukul enam pagi, cahaya matahari baru saja mengintip dari balik tirai tipis kamar Arga. Suara burung gereja terdengar di luar jendela, bercampur dengan aroma samar roti panggang—atau mungkin sesuatu yang sedikit… hangus. Arga terbangun dengan kepala masih agak berat, tapi hidungnya menangkap bau yang tidak biasa. "Hmm… bau apa ini? Kok… agak gosong?" gumamnya sambil mengucek mata. Ia melangkah keluar kamar dengan rambut masih berantakan, kaos longgar, dan celana pendek. Begitu sampai di ruang tamu, matanya langsung tertuju pada sosok Hina di dapur. Perempuan itu mengenakan celemek kuning, rambutnya diikat ke belakang, dan pipinya sedikit belepotan tepung. Tangannya memegang spatula, sementara oven kecil di meja tampak mengeluarkan asap tipis. "Pagi, Arga!" sapa Hina ceria, meskipun di wajahnya ada sedikit kepanikan. "Jangan liat dulu! Ini… rahasia!" Arga memiringkan kepala. "Rahasia apaan? Ini rumahku, Hina… atau… jangan-jangan kamu bakar dapur?" "Bukan! Aku lagi bikin kue u

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 18: Sosok seorang ayah yang sebenarnya belum tentu sesuai apa yang kita lihat.

    Matahari sudah naik cukup tinggi, sinarnya menimpa jalanan trotoar yang mereka lalui. Udara terasa hangat, tapi suasana hati Arga masih dingin dan berat. Langkahnya pelan, tatapannya kosong menatap aspal, sementara di sampingnya, Hina berjalan sambil sesekali menatap wajahnya. "Masih kesal sama orang tadi?" tanya Hina, suaranya pelan tapi jelas. Arga tidak langsung menjawab. "Bukan cuma kesal. Aku cuma… ya, teringat lagi hal-hal yang harusnya nggak perlu kuingat." Hina menarik napas dalam, lalu berkata sambil menatap ke depan, "Ya sudah, pikirin yang enak-enak saja. Kan kita mau belanja bahan makanan buat masak bareng." Arga hanya mengangguk kecil. Dia tahu Hina sedang berusaha mengalihkan pikirannya, tapi bayangan masa lalu terlalu kuat untuk diusir begitu saja. Meski begitu, dia tetap melangkah di samping Hina, mencoba menyesuaikan irama langkah mereka. Sekitar sepuluh menit berjalan, mereka tiba di sebuah supermarket yang cukup besar. Pintu otomatisnya terbuka dengan suar

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 17: Bayangan masa lalu masih membayangi dan tak pernah pergi jika sudah membekas.

    Pagi itu matahari baru saja naik, sinarnya menyusup melalui celah tirai ruang tamu. Aroma kopi hangat memenuhi dapur kecil itu. Arga, dengan celemek putih tergantung di lehernya, sedang sibuk mengaduk telur di wajan dan menyiapkan teh. Sesekali ia melirik ke arah jam dinding. "Hina! Bangun! Sarapan sudah hampir siap nih!" teriak Arga dari dapur. Tak lama, suara langkah pelan terdengar dari arah koridor. Hina muncul dengan rambut yang masih berantakan, setengah menguap. "Arga… pagi banget sih? Kan masih libur," keluhnya sambil mengusap mata. "Justru karena libur, kita bisa sarapan santai. Nih, duduk," jawab Arga sambil meletakkan piring berisi roti panggang, telur, dan irisan tomat di meja. Hina duduk, menatap sarapan itu. "Wah, Arga ternyata bisa juga masak rapi begini. Biasanya kan cuma mie instan," candanya. "Kamu memuji ku atau mengkritik ku," jawab Arga dengan senyum tipis. Hina tertawa kecil sebentar, lalu mulai makan. "Jadi, habis ini kita mau ke mana?" tanyanya. "K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status