Share

2. hamil

Author: Ria Abdullah
last update Huling Na-update: 2025-01-25 10:39:14

❤️❤️

Kehamilanku ternyata tak berguna lagi di hari pernikahanmu.

**

Sambil mengemas tangis dan meraup serpihan hati yang berserakan, kutinggalkan acara resepsi suamiku.

Mirisnya, diriku yang sedih dan terluka sangat kontras dengan semua orang yang sedang berbahagia dengan perayaan cinta Mas Angga dan istri barunya.

Di depan itu kulihat ada foto prewedding di pasang di kanvas berukuran besar, gaya mesra mereka yang saling menatap dan berpelukan menciptakan kobaran api di hatiku. Angin tiba tiba bertiup kencang menyibak rambutku dan menggoyangkan tumpukan bunga wisteria yang disulap bagai surga sehari untuk kedua mempelai.

Aku makin gamang karena ratusan pasang mata masih menatap padaku.

Air mataku meluncur, jatuh ke atas punggung kaki, lalu perlahan aku sadar, betapa konyolnya aku menangis begini.

Seharusnya Mas Akbar, istri serta keluarganya memuliakanku karena posisiku lebih atas dari anak mereka. Seharusnya aku menjadi ratu bagi rumah tanggaku, bukan seperti gembel terbuang macam begini.

Tanpa pikir panjang, kuambil sebuah sangkar berisi ornamen lilin dan pajangan kaca, lalu menentengnya dan membawanya kembali masuk ke dalam gedung dengan langkah setengah cepat.

Beberapa pria yang kebetulan menerima tamu, hendak mencegah ketika melihatku kembali ke dalam tenda lagi, sementara orang-orang menatap tegang khawatir akan apa yang terjadi di menit berikutnya.

"Mau kemana lagi?" tanya seorang pria sambil menahan bahuku.

Kutatap mata pria itu dengan murka, ditambah melirik pada tangannya yang masih bertengger di bahuku.

"Jauhkan tanganmu, Akbar adalah suamiku dan aku sedang hamil sekarang ini!"

"Tapi anda mengganggu acara keluarga!"

"Anggota keluargamu yang merusak mahligai pernikahanku!" Aku melangkah mengabaikannya.

Sementara pria itu masih berusaha menahanku hingga aku tak sabar lagi.

Krek!

Kupelintir pergelangan tangan pria yang lancang menyentuh bahuku itu.

"Lancang sekali kau menghalangiku! Aku ingin tanya pada semua orang di gedung ini, apakah salah seorang istri meminta pertanggungjawaban pada suaminya? Apa itu salah?!"

Semua orang terdiam.

"Beraninya Mas akbar menipuku sementara dia melangsungkan pernikahan dengan wanita lain, apa pantas itu? aku sedang hamil saat ini!" teriakku sambil melempar kandang hias dan gawatnya kandang itu mendarat tepat di meja akad di mana Akbar masih duduk dengan Istrinya.

Wanita itu menjerit panik dan mencoba melindungi dirinya di balik punggung Mas Akbar. Orang orang membeku, seolah tak tahu harus bilang apa, musik sound sistem juga ikut berhenti, tak berani menyala karena ada adegan menakutkan sedang terjadi.

"Tenangkan dirimu, Sofia," ucap Mas Akbar menarik lenganku dan mencoba menyeretku.

"Hentikan, jaga tahan aku!"

Plak!

Kutampar dia dengan ayunan tangan paling kencang dan entah kenapa tanganku tersangkut pada roncean bunga di leher suamiku hingga benda itu putus membuat orang orang syok dan tercengang.

Katanya, pamali roncean pengantin putus sebelum acara berakhir, menurut mereka, hal itu akan mengundang musibah. Tapi aku tak peduli, justru aku sungguh ingin mengundang petaka, seolah berharap dunia kiamat sekarang juga.

"Sofia, kendalikan dirimu," ucapnya mengguncang bahuku.

"Beraninya kau mengatakan itu! Pria tidak tahu malu ini mencoba menyuruhmu mengendalikan diri!"

"Mbak, sebaiknya bicara di luar saja," pinta seorang Bapak.

"Maaf, di luar? Kenapa di luar? Bukankah tenda dan semua acara ini adalah biaya suamiku, mengapa aku harus duduk di luar, memangnya aku tak boleh ada di sini?"

Semua orang kembali bungkam.

"Mbak, kami mohon maaf, tolong jangan begini," ucap ibu wanita itu. "Rindi anakku tak tahu apa apa," sambungnya.

"Oh, gak mungkin, mana mungkin anak Ibu gak tahu pria yang dia kencani adalah suami orang. Coba ibu bayangkan jika yag terjadi sekarang posisinya anak ibu ya g merasakan, kira kira apa yang ibu lakukan, bisakah ibu mencegah kemarahannya?!"

Wanita setengah baya itu hanya menelan ludah dan menundukkan wajahnya.

Entah kenapa ada sebuah tongkat kayu yang dijadikan properti acara langsung kucabut dari tempatnya dan kuseret denganku.

"Kamu mau apa?" tanya Mas Akbar tercekat. Aku tahu dia tak bisa melakukan apa apa, malu bercampur canggung.

"Makanannya terlihat enak, aku akan mencobanya," ucapku.

Kuayunkan tingkat ke atas tumpukan gelas yang dibuat seperti fountain sirup, berikut juga dispenser es batu yang langsung pecah berkeping-keping.

Para wanita dan anak gadis mereka menjerit dan mundur, takut terkena pecahan kaca. Siapa yang mendekat maka merekalah yang akan kena tongkat ini.

Brak!

Prang!

Piring katering, sendok dan prasmanan hancur berikut juga isinya yang tumpah ruah. Aku bertekad menghancurkan acara ini seperti mereka memporak-porandakan perasaanku hingga tak bersisa.

"Cukup, Mbak, hentikan atau kami panggil polisi!" cegah seseorang.

"Aku tak peduli, panggil saja sana, aku akan buat petisi meminta dukungan atas kezhaliman kalian semua. Ayo lakukan saja!" tantangku.

Kusepak pot bunga yang ada di depan pelaminan, kuterjang juga keranjang amplop hingga benda itu tumpah, parahnya kipas angin bertiup menerbangkan amplop uang kemana-mana, anak-anak berhamburan mengejar cuan dan suasana jadi gaduh tak terkendali. Pelaminan dan dekorasi kuacak dan kursinya kubanting, seolah aku kehilangan akal dan orang-orang hanya melihat dengan raut terperanjat, kehilangan kata kata.

"Tolong hentikan," ucap Mas Akbar pucat pasi karena keluarga si wanita kini marah padanya.

"Cobalah mendekat, atau aku akan memecahkan batok kepalamu yang bodoh itu," jawabku melotot.

Anak anak bersorak, orang orang gaduh, pengantin wanita menangis tersedu-sedu di bahu ibunya, sementara Mas Akbar dimarahi ayah mertuanya. Aku yang telah lelah hanya duduk di kursi pelaminan dan menyaksikan kekacauan itu dengan gembira.

Dasar Tuman!

Next apa yang terjadi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   53

    Sekembalinya Mas Azlam dari kantor polisi, dia menemuiku, membawakan makanan dan mendaratkan kecupan hangat di kening."Gimana Sofi, masih sakit?""Iya, Mas, tapi aku udah dikasih penghilang nyeri," balasku cepat."Sekarang makan ya," bujuknya."Udah makan sih tadi, btw, gimana di kantor polisi tadi?""Lancar. Aku udah kasih keterangan lengkap, dan pastikan Akbar dihukum karena perbuatannya.""Dia memang bersalah, tapi aku berniat tidak memperpanjang masalah, Mas. Kita baru saja menikah, Aku punya bayi yang masih kecil di mana dia membutuhkan kasih sayang dan perhatian, kamu juga sibuk dengan kerjaanmu, kita tak akan punya waktu untuk bolak balik mengurusi perkara," ucapku pelan."Jadi kau tidak setuju pria itu ditahan?" Mas Azlam terbelalak padaku "Bukan begitu ...""Jadi, kau mau bebaskan dia, penjahat yang sudah menusukmu disamping memberi luka berkepanjangan sejak dulu?""Aku setuju dia dihukum, tapi ada baiknya serahkan kasusnya ke polisi, biar mereka yang tangani.""Bagaimana

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   52

    Ada apa dengan Mantan suamiku, aku tak paham mengapa dia menusuk bahu ini dengan pusat apa dia ingin membunuh atau bagaimana? aku sungguh tak mengerti mengapa dia melakukannya. Acara pernikahan yang tadinya akan bahagia dan sakral menjadi gaduh dan penuh teriakan panik. Mas Azlam datang setelah diteriaki banyak orang untuk menyelamatkanku, tentu ekspresinya langsung histeris melihatku bersimbah darah. Tak peduli seberapa indah pakaian yang dikenakannya, pria itu langsung menghampiriku dan menggendong diri ini ke mobilnya."Siapa saja, panggilkan polisi! Sofia, siapa yang lakukan ini," ucapnya panik sambil menggotong tubuhku.Kembang goyang dan melati berguguran satu persatu dari sanggulku, benda itu terlepas dan siapa yang peduli ... nyawa lebih penting sekarang. "Baik, Mas," ucap adik dari calon suamiku itu dengan panik dan gerakan cepat."Suruh polisi untuk menemukan mantan suami Sofia, dasar biadab pria itu," ujar Mas Azlam dengan napas terengah-engah karena marah." ... bertahan

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   51

    Rasanya ada sedikit rasa tak percaya bahwa hari ini adalah hari bahagia. Aku tak menyangka, bahwa pada pernikahan kedua justru momennya terasa sangat berbeda, aku merasakan energi baik dan optimisme yang cerah akan masa depanku.Sejak subuh, tim make up artist datang dan meriasku di depan kaca yang diberi lampu, rasanya tak percaya bahwa waita yang sudah disulap begitu cantik dalam balutan kebaya ungu itu adalah aku."Bagaimana riasannya, Mbak, Mbak suka?" tanya periasnya dengan ramah."Iya, saya puas sekali, saya seolah telah menjadi orang dan kepribadian yang baru," jawabku tersenyum puas."Saya yakin calon suami Mbak akan terpesona, hingga lupa bagaimana cara mengucapkan kabul," candanya sambil meletakkan kerudung pengantin di atas kembang goyang yang menghiasi sanggul."Selalu ada keharuan dan semangat ketika melihat mata calon mempela berbinar bahagia," ucap wanita yang sudah cukup terkenal dengan riasannya di kota ini."Terima kasih ya, sudah mau datang dan membantu saya," b

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   50

    Kata orang, siapa saja yang akan menghadapi hari bahagia, mereka pasti akan diliputi banyak halangan dan rintangan. Jujur aku berdebar, sedikit gelisah dan takut, bahwa melepas status janda ini akan kembali membawa luka yang sama seperti saat aku bersama Mas Akbar.Kupeluk bayi yang ada di dalam gendonganku, sejak kehadirannya aku sering mencurahkan isi hati dan berbicara dengan putriku Sabrina. Bayi cantik yang seakan mengerti kegelisahan ibunya kadang memberikan respon dengan sentuhan tangan kadang juga serupa senyuman yang menguatkan."Mama mau membuka hati dan mencoba menikah kembali apakah Sabrina membolehkan itu terjadi?" tanyaku sambil memeluk bayi itu dan mencoba menidurkannya."Anakmu pasti setuju, Ibu yakin bahwa dia bahagia melihat mamanya bahagia," timpal ibu yang tiba-tiba datang membawakan segelas susu dan meletakkannya di meja kamarku."Aku gundah Bu...""Yang membuat dirimu gundah adalah pendekatanmu dengan Azlam atau masa lalumu yang terus menakut-nakuti?""Sebenarnya

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   49

    Dari kejauhan matahari mulai menunjukkan sinarnya. Kupandangi cahaya jingga cantik di ufuk timur dari jendela kamar sambil merenungi kejadian selama beberapa hari belakangan.Semua itu hanya tentang satu orang.Mungkin aku wanita terkejam karena hanya memikirkan diri sendiri dan tidak berusaha untuk menunjukkan betapa aku ingin bersama dengan Irfan. Perasaan ini merasa bersalah dan sejauh yang kupahami, selama ini akulah yang tidak memperjuangkan cinta. Kalimat di bibir ingin bersama, namun aku hanya pasrah terhadap penolakan keluarganya. Aku hanya duduk berpangku tangan sementara hanya dia sendiri yang berusaha untuk segalanya. Ya, hanya dia. Rasanya ini tidak adil, tiba-tiba aku memilih pria lain yang ternyata lebih mapan darinya tapi beginilah dunia wanita, meski kadang kami mementingkan perasaan, wanita juga harus realistis sewaktu-waktu. Aku memilih Mas Azlam dengan segala pertimbangan yang sudah ku pikirkan matang-matang. Aku tahu Irfan terluka, dia sedih dan kecewa karena

  • TERPAKSA BERBAGI CINTA   48

    "Assalamualaikum ..." Keluarga Budhe Mega sudah sampai, mereka turun dari mobil, mengucapkan salam dan kedua orang tuaku menyambut dengan wajah berbinar. "Assalamualaikum, Sofia," ucap Mas Azlam mengulurkan tangan, agak ragu diri ini menyambut, gemetar telapak tanganku dan berdebar perasaan di dalam dada. Entah kenapa aku sangat malu padanya."Walaikum salam Mas," balasku. Hati ini sudah tak karuan canggungnya. Sempat kumarahi diri sendiri mengapa aku harus bersikap sekaku ini, aku menyambut tangan ibu dan adik Mas azlam dengan ramah tapi tatapan mataku terus terarah padanya.Kuperhatikan kali ini penampilannya baru, rambutnya lebih rapi, wajahnya bersih dari bulu-bulu halus, dia terlihat makin tampan dan jujur mungkin, aku terpesona."Mana bayinya, Tante?" tanya Mas Azlam pada ibu."Sebentar, Tante ambil ya," ucap ibu sambil bersemangat menuju kamarku. Tak lama kemudian ibu datang membawa anakku dengan kebanggaan yang terpancar jelas di roman wajahnya."Ini dia, Sabrina, dia cucuku

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status