Sejak aku melangkah masuk ke ruang guru, bisikan-bisikan itu langsung menusuk telingaku seperti duri yang tak kunjung lepas. Beberapa guru saling bertukar pandang, lalu menundukkan kepala sambil berbisik pelan, tapi cukup jelas untuk membuat hatiku berdebar tidak menentu.
Aku bisa merasakan tatapan mereka yang penuh penghakiman, seolah-olah rahasia terbesarku sudah terungkap tanpa perlu kata-kata. Tubuhku mendadak kaku, wajahku panas, aku sengaja menghindari kontak mata, menundukkan pandanganku ke lantai yang semakin menyesakkan. Detik demi detik terasa seperti menit yang panjang, membuat aku ingin segera melarikan diri dari ruangan ini, menjauh dari tatapan yang menusuk dan bisikan yang membuat aku merasa seperti mimpi buruk namun tidak ada cara untuk bangun. Masalahnya adalah ingin keluar dari ruangan pun pintu terasa jauh dan langkah kakiku memberat, terperangkap dalam perasaan malu dan takut yang membelenggu.Beberapa kali aku mencuri pandang pada Axel yang benar-benar menikmati waktu liburnya dihari Minggu dengan hanya berbaring disofa dan bermain game seharian, Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin aku katakan tapi aku dipenuhi keragu-raguan. "Apa ada yang salah dengan aku? Kenapa Kak Nadia terus menatap aku?" Tanya Axel yang ternyata menyadari kalau aku mencuri pandang pada dia. Aku membisu, tidak tahu harus memulai dari mana obrolan kami tentang apa mungkin aku benar-benar jatuh cinta pada Axel tanpa kami sadari dan aku juga sebaiknya mencari tahu perasaan Axel. "Kenapa gelisah?" Tanya Axel, menyadari ketidak tenanganku sekarang. "Axel, kamu... kita bagaimana?"Aku merutuki diriku sendiri yang tidak bisa mengolah kata dengan benar dikepalaku. "Tidak perlu memberi hadiah, aku tidak pernah merayakan ulang tahun!" Tolak Axel sambil m
Aku hanya ingin bertanya apakah dia bisa mengerjakan soal ujian namun aku sangat ragu untuk menanyakannya karena khawatir jika ternyata dia kesulitan akan membuat dia tidak nyaman namun selain itu ada hal lain yang sangat ingin aku tanyakan. "Kamu sedang bermain game?" Tanyakku, ingin membuka percakapan walau aku sudah tahu kalau dia memang sedang bermain game dihandphone nya sekarang. "Aku bosan. Apa lagi yang bisa aku lakukan setelah ujian sekolah berhasil. Padahal ujian masuk Universitas belum aku lewati tapi sepertinya aku sudah kehilangan semangat untuk belajar," ujarnya tanpa mengangkat kepala sama sekali dan masih fokus dengan handphone ditangannya. "Hmm, jangan terlalu memaksakan diri. Kamu harus bersantai!" "Aku bosan!" Erang Axel begitu permainan gamenya selesai. "Besok kamu ada acara?" "Besok? Carlo mengajak aku keluar tapi aku terlalu malas kelu
Kembali tidak bisa tidur namun bukan karena usia kehamilan yang semakin tua tapi lebih karena tidak tenang karena mikirkan besok adalah ujian akhir Axel. Rasanya aku terlalu gugup sekarang padahal bukan aku yang akan ujian besok. Dimasa tenang ini aku sudah menyuruh Axel istirahat setelah makan malam tadi dan dia tidak lagi keluar dari kamarnya jadi dia pasti sudah tidur. "Apa aku pastikan dulu ya? Aku harus memastikan dia beristirahat dengan benar!" Ucapku bangkit dari ranjang, walau bagaimana pun aku ikut bertanggung jawab atas ujian Axel besok kalau sampai dia gagal. Dengan sangat perlahan, kulangkahkan kakiku menuju kamar Axel. Aku tidak mau dia sampai terganggu dengan keberadaanku dan untungnya pintu kamarnya tidak tertutup dengan sempurna jadi aku tidak perlu mengeluarkan suara ketika membuka sedikit pintu. Aku tertegun beberapa saat ketika melihat ranjang Axel kosong dan te
Malam semakin larut dan aku tidak bisa tidur, terlalu banyak pemikiran berkecambuk didalam kepalaku. Axel selalu berhasil menyita semua isi pikiranku sehingga tidak menyisakan sedikit pun untuk hal lain. Percuma berbaring ditempat tidur karena terlalu sulit memejamkan mata dan itu semakin membuat tersiksa, ku putuskan untuk keluar dari kamar. Duduk diam disofa tanpa melakukan apapun, berusaha mengosongkan pikiran terlebih dahulu supaya sedikit lebih tenang. Cklek. Aku menoleh kearah kamar Axel yang terbuka dan Axel yang terlihat kaget dengan keberadaan ku mematung beberapa detik. Hubungan kami semakin asing dan aku tidak suka itu. "Aku lapar!" Ucapku entah kenapa mengatakan hal itu ketika melihat Axel berjalan kedapur untuk mengisi gelas didispenser air. Axel tidak bicara, dia mengambil beberapa bahan dari lemari es kemudian menyiapkan sesuatu dibalkon karena dia terlihat sibuk seorang diri dan berulang
Benar-benar keterlaluan! Axel benar-benar meninggalkan aku dirumah orang tuanya kemarin dan membuat aku terjebak disana selama dua hari satu malam sampai membuat aku hari ini harus izin tidak mengajar dan baru bisa berpisah dengan mereka sore harinya karena mereka berdua memaksa untuk menemani kontrol kedokter kandungan walau pun bukan waktunya kontrol. Aku berhenti memasukkan Kay Lock pintu ketika ada sesuatu mencolok menyita perhatianku, beberapa kardus tumpukan dengan logo apel, untuk apa Axel membeli apel sebanyak ini kalau hanya untuk sarapan kami berdua? Lemari es kami juga sudah pasti tidak muat dan pada akhirnya busuk. Kugelengkan kepalaku, dia punya banyak uang dan bebas melakukan apa saja dengan uangnya. Tidak seharusnya aku memikirkan apapun tentang bagaimana dia membelanjakan uang. Toh, kami belum benar-benar berbaikan sampai hari ini dan aku masih sangat kesal karena dia meninggalkan aku kemarin. Dia sudah p
"Duduk dulu Nadia!" Kaget karena berada ditempat yang sama dengan Axel, aku menoleh pada dia yang tidak memberikan reaksi apapun ketika aku datang kemeja makan yang sama dengan dia. Sekarang aku sedang ada dirumah mertua karena dua jam yang lalu Papa Adipati mengirim pesan menyuruh aku datang kerumahnya, hanya saja saat aku mencari Axel disekolah, dia sudah tidak ada jadi aku berangkat sendiri tapi ternyata dia sudah ada dirumah orang tuanya dan meninggalkan aku sendirian disekolah padahal seharusnya kita bisa berangkat bersama. "Nyonya Nadia, malam ini kami punya Osyter dan Carpaccio, yang mana yang akan anda pilih untuk menu makan malam anda?" Tanya seorang pria berbaju putih yang aku yakini adalah chef yang memasak dirumah Axel. "Berikan saja spaghetti bolognese dengan wagyu steak well done," sahut Axel dari kursinya. Jujur saja aku merasa tertolong dengan bantuan Axel kali ini walau apa yang Axel k