Sepulang dari apartemen milik calon suaminya, Raquel bersantai sambil menonton drama Korea kesukaannya. Sebelumnya sempat berbincang dengan orangtuanya sebentar, mereka memberi tahu bahwa persiapan pernikahannya sudah delapan puluh lima persen. Matanya fokus pada layar hp yang menampilkan drama Korea kesukaanya, tapi pikirannya berkelana ke pernikahan yang tinggal seminggu lagi di adakan.
Perlahan Raquel merasakan degup jantung yang tidak stabil. Ia merasa gelisah antara yakin dan tidak yakin dengan pernikahan yang akan ia jalani dengan Elzar. Raquel menghela nafas dengan pelan, ia mematikan ponselnya dan memilih keluar menuju balkon kamar untuk menghirup udara segar sejenak. “Elzar itu sebenarnya tampan dan mapan, tapi kenapa gue masih ragu,” gumam Raquel pelan, matanya menatap lurus pemandangan malam hari di kamarnya yang tampak biasa saja. Pikiran Raquel seketika tertarik ke masa lalu dimana ia masih bersama dengan mantan kekasihnya yang berkhianat itu. Segera ia menggelengkan kepala guna menepis bayangan yang seharusnya tidak perlu ja ingat. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, tapi rasa kantuk tidak menghampirinya. Tidak lama kemudian ponsel Raquel berdering, dengan segera ia mengambil ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur. Nama Elzar tertera pada layar hp sedang melakukan panggilan vidio, dengan sedikit ragu akhirnya Raquel menerima panggilan vidio tersebut. “Kenapa jam segini belum tidur?” Tanya Elzar dari seberang sana. “Belum ngantuk,” sahut Raquel dengan raut wajah cuek. “Lagi mikir apa? Atau jangan-jangan kamu lagi mikirin nanti kalau malam pertama?” Raquel lansung melototkan matanya saat mendengar pertanyaan itu terlontar dari mulit Elzar. Tanpa basa-basi Raquel memutuskan panggilan vidio tersebut. Sudah di pastikan sekarang raut wajah Raquel masam dan cemberut. Sedangkan di lain tempat justru Elzar tersenyum senang, karena bisa menggoda calon istrinya itu. Pagi harinya di kediaman Raquel cukup gaduh karena gadis itu bangun kesiangan, apesnya lagi ada jam kuliah pagi. Dan inilah yang terjadi, gadis itu tampak tergesa-gesa bersiap setelah drama mamanya susah payah membangunkan dia. Bahkan papanya yang akan berangkan ke kantor tertunda karena istrinya panik ketika putrinya di bangunkan tidak bangun, tapi sekali sudah bangun malah merusuh dengan dalih semalam tidak bisa tidur karena nonton drama Korea. Sesampainya di kampus Raquel bergegas menuju kelas karena jam sudah sangat mepet. Kalau dia telat sudah bisa di pastikan tidak boleh mengikuti pelajaran. Sedangkan di kantor Elzar sedang bersiap untuk memimpin rapat dadakan karena ada beberapa laporan mengenai keuangan perusahaan yang tidak beres. Dua jam berlalu dan rapat akhirnya selesai serta mendapatkam jalan keluar dari permasalahan yang ada. Siang ini Elzar berencana menjemput Raquel ke kampus lalu pergi bersama untuk menuju ke sebuah restoran untuk membahas pernikahan mereka bersama vendor yang sudah di bersiapkan kedua orang tua mereka. Tapi sampainya di kampus justru Elzar terkejut saat melihat Raquel berjalan dengan tergesa dan di belakangnya seorang laki-laki tengah mengejar dan berusaha menggapai tangan Raquel. Elzar di dalam mobil tidak langsung mengambil tindakan karena ia ingin tau apa yang akan terjadi setelahnya. Namun, ternyata Raquel cepat menyadari jika itu mobil milik Elzar. Tanpa berpikir lagi ia segera berlari dan masuk ke dalam mobil. Sedangkan Darrel yang sejak tadi berusaha mengajak ngobrol Raquel tetap mengejar bahkan menggedor kaca mobil Elzar. Akhirnya Elzar bertindak, ia turun dari mobil dan memberikan peringatan pada Darrel. “Hai bocah ingusan, berhenti ganguin calan istri saya. Dia bukan lagi kekasih kamu jadi jangan mengusik dia lagi kalau tidak mau habis di tangan saya!” Darrel yang tahu siapa Elzar langsung kicep, bahkan ia tampak memundurkan langkahnya. Sedangkan Elzar kembali ke dalam mobil dan membawa Raquel segera pergi dari area kampus. Di dalam mobil Raquel masih mengatur nafas nya yang ngos-ngosan karena berjalan cepat menghidar dari Darrel, Elzar yang peka menyodokam sebotol air mineral pada calon istrinya. Dalam perjalanan hanya keheningan yang menyelimuti hingga mereka tiba di sebuah restoran yang cukup terkenal. Raquel yang baru menyadari tampak kebingungan. “Kita ketemu sama vendor dulu, karena da beberapa yang ingin mereka sampaikan mengenai persiapan pernikahan kita.” Ucap Elzar, lalu laki-laki itu turun dari mobil tanpa membukakan pintu untuk Raquel. Di dalam mobil Raquel mengernyikan keningnya bingung, setaunya meskipun sikap nya tampak cuek Elzar selalu membukakan pintu untunya tapi kenapa hari ini Raquel merasa jika Elzar sedikit berbeda, bahkan nada bicaranya tampak datar. “Ada apa dengan tu orang?” Gumam Raquel yang turun dari mobil dan segera menyusul Elzar yang sudah masuk restoran. Selama meeting dengan Vendor Raquel semakin yakin ada yang tidak beres dengan Elzar, bahkan laki-laki tampak menghindari tatapan matanya serta beberapa kali ia memergoki Elzar yang membuang nafas kasar, seolah tengah menahan kekesalan dan emosi. Akhirnya meeting dengan vendor selesai meskipun sempat beda pendapag tapi akhirnya mereka semua menemukan jalan tengah. Dan disinilah Raquel sekarang, makan lesehan bersama Elzar yang masih bersikap tak acuh pada dirinya hingga akhirnya Raquel memberanikan diri bertanya. “Kamu kenapa sih kak, kelihatannya gak mood sejak tadi?” Elzar langsung menatap mata Raquel dengan tajam, sejenak ia berhenti mengunyah dan menyambar es teh yang tersedia. “Calon suami mana yang tidak kesal saat tau calon istrinya masih di kejar-kejar sama mantan kekasihnya.” Ucapan Elzar cukup cepat meskipun sedikit panjang. Raquel yang mendengar cukup terkejut sekaligus bingung. Apa Elzar sedang menahan rasa cemburu atau hanya sekedar kesal saja. “Kak Elzar cemburu?” Sahutan Raquel cukup mengejutkan bagi Elzar hingga laki-laki itu tersedak sampai terbatuk-batuk dengan mata yang berair. “Hah? Masa ia aku cemburu sama mantan Rara yang jelas hanya bocah ingusan” batin Elzar sambil meminum es teh agar rasa panas yang menjalar di tenggorokan karena tersedak. Sedangkan Raquel masih tidak peka jika Elzar memang cemburu.Ini adalah hari ketiga Raquel dan bayinya dirawat di rumah sakit. Hari ini mereka diizinkan untuk pulang, Elzar begitu bersemangat menyiapkan sambutan untuk si kembar bahkan kakek dan neneknya juga mempersiapkan kado yang begitu istimewa apalagi mereka adalah cucu pertama mereka. Raquel berjalan dibantu oleh Elzar sedangkan kedua bayi kembarnya di gendong oleh Reima dan Eva. Mereka berdua yang baru menyandang gelar nenek itu begitu antusias bahkan memamerkan cucu tampan mereka di grup arisan ibu-ibu. “Sayang, hati-hati kalau ada yang sakit atau ngerasa gak nyaman cepet bilang!” Ucap Elzar lembut tapi tatapannya begitu tegas. “Iya mas,” jawab Raquel dengan senyum yang mengembang. Sekali lagi Raquel bersyukur punya suami yang begitu peduli, sayang dan penuh cinta bahkan rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Dulu ia begitu tidak yakin menjalani rumah tangga ini, mengingat ia dan Elzar dijodohkan. Tapi siapa sangka jika cinta itu tumbuh bahkan semakin subur. Mobil yang mereka tumpang
Seharian ini Elzar begitu betah duduk menemani istrinya yang menyusui si kembar, meskipun sejak tadi Elzar sedikit cemberut lantaran Raquel begitu sibuk dengan si kembar dia merasa tersisihkan. Sedangkan Raquel hanya tersenyum menatap suaminya, sungguh sekarang Elzar kekanakan apa dia lupa bahwa si kembar itu hasil dari ulahnya. “Mas kamu kenapa sih, wajahmu sudah seperti baju kusut,” Elzar yang mendengar itu hanya mendengus lalu memalingkan wajahnya. “Gak apa-apa hanya saja sekarang aku punya saingan tidak hanya satu melainkan dua dan itu sungguh menjengkelkan,” sahut Elzar sambil mendusel di ceruk leher istrinya. Raquel akhirnya tak bisa menahan tawanya, sungguh ini lucu sekali. Bagaimana mungkin seorang ayah cemburu dengan anak sendiri dan merasa bahwa si kembar saingannya. Setelah si kembar tidur semua di box bayi Raquel menyuruh suaminya mendekat lalu memeluknya lama sekali. Sungguh meskipun ia mengalami hal yang tak terduga sebelumnya ia tidak merasa trauma hanya tidak menyang
Dalam ruang yang tampak putih bersih, tapi dinginnya menusuk tulang. Disana Raquel terbaring siap menjalani operasi caesar, karena mengalami pendarahan bahkan air ketubannya juga merembes di tambah kondisi Raquel juga tidak baik-baik saja membuat dokter segera mengambil tindakan operasi untuk menyelamatkan bayi dan ibunya. Daza hanya mampu diam di ruang tunggu, sungguh hatinya gelisah, jantungnya berdebar bahkan keringat terus menetes menggambarkan betapa takutnya Daza terjadi sesuatu pada Raquel adik perempuannya satu-satunya. Tidak lama Elzar datang dengan penampilan yang kacau bahkan ada luka di pelipisnya dengan darah yang sudah mengering, lalu disusul Reima dan Eva yang tak kalah panik bahkan Reima langsung memeluk Daza lalu menangis dalam pelukan putra sulungnya. Elzar hanya bisa berdiri terdiam di depan ruang operasi yang lampunya masih menyala itu tandanya operasi masih berjalan dengan lancar, ia hanya bisa memanjatkan doa merayu sang penciptanya agar anak dan istrinya selama
Arsenal mengeraskan rahangnya saat mendapatkan pesan dari papanya yang memberitahu bahwa dia berhasil menyekap Raquel. Dalam benak Arsenal bukan bersyukur karena dengan cara itu ia bisa menikahi Raquel tapi justru bagaimana cara mengelabui papanya untuk bisa menyelamatkan Raquel. Arsenal mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk bisa sampai di mansion Alexander. Sedangkan Daza dan Elzar dibuat kalang kabut setelah tahu bahwa Raquel di culik oleh orang suruhan Barra yang menyamar menjadi supir taxi. Edgar yang berada di kampus tak kalah panik, ia langsung mencari Arsenal dan menghajar laki-laki itu karena Edgar berpikir jika semua ini karena Barra sebagai papa Arsenal menuruti ambisi anaknya yang terobsesi pada Raquel. Tapi nihil ia tidak menemukan Arsenal, Edgar segera menuju rumah abangnya tapi di sana hanya ada mama Reima dan mama Eva yang menangis di ruang tamu. “Tante, mama!” Teriak Edgar yang juga syok melihat dua wanita itu menangis. “Edgar tolong bantu
Raquel hari ini ingin bersantai di rumah, tapi saat mama dan mertuanya sibuk di dapur ponselnya berdering. Disana tertera nama salah satu teman akrabnya ketika di kampus, tanpa pikir panjang ia mengangkat panggilan itu tapi seketika sambungan terputus. Raquel mengernyitkan keningnya heran, lalu ia menerima pesan di sana rupanya temannya yang tadi menelepon mengajaknya bertemu di cafe tidak jauh dari rumahnya. “Gpp lah keluar sebentar,” gumam Raquel sambil berjalan ke dapur untuk pamit ke mama dan mertuanya, tidak lupa mengirim pesan pada suaminya. Raquel berjalan menuju garasi tapi entah kebetulan atau apa sopir yang biasanya mengantar jemput tidak masuk karena istrinya sakit, jadilah Raquel memesan taxi online tanpa sepengetahuan suaminya. Taxi itu melaju ke tempat di mana Raquel janjian dengan temannya. Tapi ditengah perjalanan ketika di pertigaan yang seharusnya berbelok justru taxi itu lurus dan melaju semakin kencang. Raquel mulai curiga, tapi bersikap tenang daj tidak panik.
Malam ini sungguh Elzar merasa bahagia, selain karena mendapatkan haknya juga karena merasa lega karena Daza sebagai kakak iparnya telah mengirim seorang sniper handal untuk mengawasi Raquel dari jarak jauh. Sungguh awalnya ia merasa pusing dengan masalah yang ada apalagi nyawa istri dan calon anaknya terancam tapi siapa sangka tadi Daza menghubunginya dan mengatakan bahwa ia juga tahu apa yang tengah Elzar pikirkan. Bukan tidak mau bercerita pada papa mertua ataupun kakak iparnya tapi Elzar sadar jika Raquel bukan lagi tanggung jawab mereka melainkan sudah berpindah pada dirinya sepenuhnya. “Mas gak tidur?” Suara itu serak dengan mata terpejam dan tubuh yang hanya berbalut selimut. “Sebentar lagi sayang, kamu lanjut tidur ya mas ada sedikit kerjaan.” Jawab Elzar dengan sebelah tangan yang mengelus kepala istrinya sedangkan sebelah lagi ia gunakan untuk mengetik pesan. Ia kira harus berpuasa sampai anak mereka lahir apalagi tadi pagi sempat merasakan kram. Nyatanya kata dokter tida
Elzar terdiam cukup lama, ia sedang memikirkan semua ucapan Arsenal. Jika kalian bertanya apakah Elzar percaya begitu saja jawabannya tidak, ia masih harus menyelidiki kebenarannya. Meira melakukan kejahatan karena tekanan dari pamannya, Vitto tapi apakah benar jika hatinya baik atau semua yang Arsenal sampaikan tadi hanyalah trik agar dirinya goyah. Sekarang tujuan Elzar adalah papanya, Adskhan ia harus memberitahu papanya perihal Arsenal yang tiba-tiba mengajaknya bicara berdua bahkan memberikan sebuah rekaman suara dan itu suara Barra yang tak lain papanya Arsenal sendiri dengan Vitto pamannya Meira. “Jika Vitto masih saja mengusik keluarganya gue, bakalan gue pastikan dia mati di tangan gue!” gumam Elzar yang menggenggam erat setirnya.Mobil elzar melaju dengan kecepatan tinggi menuju mansionnya sendiri, ia harus mengantarkan obat istrinya dan segera menemui papanya. Adskhan sendiri merasa tidak beres dengan putranya yang tiba-tiba menelepon segera membatalkan meeting dan memilih
Malam ini Elzar tidak bisa tidur, sungguh ia merasa cemas dan khawatir. Duduk di samping istrinya yang tidur tapi ia sendiri sejak tadi tidak bisa tidur. Informasi dari papanya kali ini membuatnya tidak tenang. Jika itu tentang Arsenal dan Meira ia masih bisa tenang tapi ini Barra dan Vitto, astaga bagaimana jika mereka memiliki rencana yang kelewat licik dari Arsenal. Ia memandangi istrinya yang tidur, wajah itu cantik dan begitu memikat pantas saja Arsenal gagal move on karena daya tariknya luar biasa memang istrinya itu. “Semoga semua baik-baik saja ya sayang,” ia kecup lama kening istrinya. Baru kali ini ia merasa gelisah sampai tidak bisa tidur. Ingatannya kembali pada siang hari di mana ia memergoki istrinya tengah bersama Arsenal lebih tepatnya Raquel jatuh dan yang menahan tubuh istrinya agar tidak jatuh ke tanah adalah Arsenal. Siang tadi ia memang memukul wajah Arsenal sampai babak belur, tapi Elzar juga.melihat sorot mata Arsenal tidak seperti biasanya. Awalnya ia hanya m
Raquel merasa bosan jika hanya di dalam ruangan Elzar, dengan perut buncitnya ia berjalan-jalan di sekitar kantor sekalian membeli cireng langgananya. Entah kenapa sejak hamil Raquel menyukai jajanan pinggir jalan seperti telur gulung, cireng dan kawan-kawan. Elzar sudah berulang kali melarang untuk tidak mengkonsumsi itu tapi mau bagaimana lagi rasa ingin itu lebih dominan dan kata mama Reima itulah ngidam. Setelah puas membeli jajan Raquel ingin kembali ke kantor suaminya tapi saat sampai halaman ia bertemu dengan Arsenal. “Mau apa lo?” Raquel mundur selangkah, dengan tatapan penuh was-was siapa yang tidak takut jika laki-laki di hadapannya pernah menculiknya bahkan ingin menikahinya secara paksa. “Gue perlu bicara empat mata sama kamu Ra, ini bukan tentang perasaanku lagi tapi tentang keselamatan Elzar, kamu serta bayi dalam kandunganmu,” Arsenal tetap berusaha membujuk tapi lagi-lagi Raquel justru melangkah mundur. “Pergi!” Karena panik Raquel tidak memperhatikan langkahnya dan