Matahari mulai menampakkan sinarnya, kicauan burung terdengar merdu. Pagi ini Elzar dengan senyum yang terus mengembang tengah bersiap untuk pergi ke kantor, tapi sebelum itu ia ingin menjemput tunangannya. Pagi ini ia berniat mengajak Raquel ke kantor untuk memperkenalkan pada karyawan kantor sebagai calon istrinya.
Semalam perasaannya campur aduk karena pengakuan dari adiknya yang juga menyukai Raquel, jujur saja Elzar memang belum bisa merasakan cinta itu tapi entah kenapa ia juga tidak rela jika harus melepaskan Raquel apalagi untuk adiknya. Setelah acara selesai iya termenung dalam kamarnya, hingga Edgar kembali menghampirinya dan menegaskan sekali lagi jika dia tidak berniat untuk membuat perjodohan itu batal apalagi merebut milik abangnya. Dari situlah perasaan Elzar sedikit membaik, ia mengumpulkan tekad untuk membuat Raquel jatuh cinta.
Setelah tiga puluh menit perjalanan, akhirnya Elzar sampai di kediaman Javieto untuk menjemput Raquel. Elzar sengaja tidak sarapan lebih dulu, karena ia berniat mengajak calon istrinya sarapan di luar.
Sedangkan Raquel menatap malas pada ponselnya yang menampilkan pesan dari tunangannya, Elzar. Siapa yang menyangka sepagi ini sudah ada di depan rumah. Niat hati ingin jaga jarak agar Elzar menjauh dan membatalkan perjodohan ini tapi malah laki-laki itu terus berusaha menjalin interaksi dengannya.
“Astaga, kalau mama tau pasti langsung heboh,” gumam Raquel sambil bersiap ke kampus. “Gue bilang aja lah kalau udah berangkat ke kampus.” Raquel membalas pesan Elzar, tapi sayangnya Raquel kalah cepat karena Elzar sudah dipersilahkan masuk oleh Reima, mama Raquel. Dan kini Elzar tersenyum tipis saat membaca pesan dari tunangannya, rupanya dia berusaha untuk membohongi dirinya.
Raquel menuruni tangga dengan santai sambil bersenandung kecil. Saat sampai di pijakan terakhir anak tangga betapa terkejutnya dia melihat Elzar duduk di meja makan sambil mengobrol dengan papanya dan ditemani secangkir kopi. “ Kok dia ada di sini, bukannya tadi gue udah balas pesan dia ya dan bilang kalau gue udah di kampus,” batin Raquel sambil mengecek lagi pesannya terkirim atau belum, dan ternyata sudah terkirim bahkan sudah dibaca.
“Ra, kenapa berdiri di situ?” Pertanyaan Reima membuyarkan lamunan putrinya. “Itu ada calon suami kamu disapa dong, dia mau jemput kamu itu.” Lanjut Reima sambil menuntun putrinya mendekat ke arah Elzar dan Savier berada. Sedangkan wajah Raquel tampak memerah menahan kesal.
Tanpa basa-basi Raquel menarik tangan Elzar menuju teras rumah, sungguh ia kesal sekali dengan laki-laki di hadapannya ini. “Kenapa lo malah nangkring di meja makan sama papa sih?” Tanya Raquel sambil bersedekap dada. Elzar justru tersenyum sambil menatap Raquel, sungguh menggemaskan batin Elzar.
“Tadinya aku mau jemput kamu, tapi karena kamu bilang sudah berangkat ya sudah saya ketemu sama om Savier buat bahas pekerjaan.” Jawaban Elzar membuat Raquel terdiam sejenak, ia tampak malu karena ia berpikir jika Elzar menunggunya.
“O-oh, kalau gitu gue berangkat dulu.” Belum sempat melarikan diri tangannya cekal oleh Elzae. “Kita berangkat bareng saja aku juga udah selesai sama om Savier. Lagi pula bukannya kamu kelas siang ya dan ini masih pagi loh?” Kalimat Elzar sukses membuat Raquel semakin gelagapan, ia memang ingin menghindari interaksi berdua dengan Elzar dan menyibukan diri di kampus lebih tepatnya sok sibuk.
“Gue ada tugas.” Sahut Raquel sambil bersedekap dada dan memalingkan wajah.
“Kamu lebih baik ikut Elzar saja Ra.” Suara itu membuat keduanya menoleh bersamaan dan mendapati Savier berdiri di ambang pintu. “Tapi Pah, aku harus ke kampus buat selesaikan tugasku.” Raquel mencoba meyakinkan papanya.
“Papa tau kamu terpaksa menerima perjodohan ini, tapi kamu tidak boleh menghindar dari Elzar. Dan mulai sekarang yang antar jemput kamu adalah Elzar.” Setelah mengatakan itu Savier pergi meninggalkan Elzar dan Raquel.
Elzar seperti mendapatkan angin segar, siapa sangka jika calon papa mertuanya mendukung niatnya untuk antar jemput Raquel agar lebih banyak waktu berdua. Sedangkan Raquel semakin masam wajahnya bahkan tatapan matanya tajam memandang Elzar.
Akhirnya Raquel memilih ikut Elzar ke kantor. Dan disinilah Raquel berada, di ruangan kerja milik Elzar. Jujur saja awal masuk dan melihat ornamen ruang kerja ini membuat Raquel terpesona karena ini benar-benar indah dan nyaman. Setelah dua jam berdiam di ruangan kerja calon suaminya, Raquel pergi keluar untuk melihat-lihat. Kebetulan saat ini Elzar ada meeting dadakan dengan klien.
“Heh sini lo, lo perempuan yang tadi datang dengan pak Elzar kan?” tanya seorang wanita dengan pakaian formal yang cukup ketat dan seksi di tambah riasan yang super tebal.
“Iya, kenapa ya bu?” Jawab Raquel dengan sopan, tapi hal itu membuat wanita di depannya terbelalak.
“Heh denger ya, harusnya lo sopan sama gue. Lo gak tau kan gue siapa?” Dengan tampang sombongnya wanita itu bersedekap dada dan memandang Raquel dengan tatapan sinis. “Gue ini calon istri Pak Elzar, jadi lo jadi cewek jangan gatal ganggu calon suami orang.” Lanjutnya dengan nada ketus.
Raquel tersenyum miring, ia tidak suka dengan wanita di hadapannya. Dia rasa memang wanita itu tampak terobsesi dengan Elzar, bahkan sangat yakin jika Elzar melirik dirinya dan menikah.
“Heh bu, tidak usah basa-basi. Sepertinya ibu sangat menyukai Elzar. Ambil saja kalau mau saya gak suka, pungut sana.” Sahut Raquel tak mau kalah.
Hingga adu mulut kedua perempuan itu berlanjut dan terus saling mengejek. Mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian dan berakhir wanita yang mengaku sebagai calon istri Elzar pun ditampar oleh Raquel bahkan langsung di jambak dan kepalanya di celupkan ke ember bekas pel-pelan. Raquel sama sekali tidak memberi celah wanita itu untuk membalas. Hingga suara bariton yang tidak asing di telinga Raquel menginterupsi.
“Ada apa ini?” Tidak ada yang berani menjawab. Tapi dengan langkah pasti Raquel mendekati si pemilik suara.
“Lo liat wanita itu mengaku sebagai calon istri resmi lo. Dan menghina gue karena dia kira gue menggoda lo, karena gue bukan orang yang bisa ditindas ya gue bikin dia babak belur sekalian!” Sungguh Elzar takjub dengan aksi calon istrinya.
“Kalian semua bubar, dan kamu Weni mulai hari ini saya pecat karena sudah menghina calon istri saya.” Ucapan Elzar mampu membuat seluruh karyawan yang menyaksikan dibuat terkejut. Elzar tidak menyangka jika Raquel yang tampak biasa saja memiliki sisi bar-bar luar biasa.
Ini adalah hari ketiga Raquel dan bayinya dirawat di rumah sakit. Hari ini mereka diizinkan untuk pulang, Elzar begitu bersemangat menyiapkan sambutan untuk si kembar bahkan kakek dan neneknya juga mempersiapkan kado yang begitu istimewa apalagi mereka adalah cucu pertama mereka. Raquel berjalan dibantu oleh Elzar sedangkan kedua bayi kembarnya di gendong oleh Reima dan Eva. Mereka berdua yang baru menyandang gelar nenek itu begitu antusias bahkan memamerkan cucu tampan mereka di grup arisan ibu-ibu. “Sayang, hati-hati kalau ada yang sakit atau ngerasa gak nyaman cepet bilang!” Ucap Elzar lembut tapi tatapannya begitu tegas. “Iya mas,” jawab Raquel dengan senyum yang mengembang. Sekali lagi Raquel bersyukur punya suami yang begitu peduli, sayang dan penuh cinta bahkan rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Dulu ia begitu tidak yakin menjalani rumah tangga ini, mengingat ia dan Elzar dijodohkan. Tapi siapa sangka jika cinta itu tumbuh bahkan semakin subur. Mobil yang mereka tumpang
Seharian ini Elzar begitu betah duduk menemani istrinya yang menyusui si kembar, meskipun sejak tadi Elzar sedikit cemberut lantaran Raquel begitu sibuk dengan si kembar dia merasa tersisihkan. Sedangkan Raquel hanya tersenyum menatap suaminya, sungguh sekarang Elzar kekanakan apa dia lupa bahwa si kembar itu hasil dari ulahnya. “Mas kamu kenapa sih, wajahmu sudah seperti baju kusut,” Elzar yang mendengar itu hanya mendengus lalu memalingkan wajahnya. “Gak apa-apa hanya saja sekarang aku punya saingan tidak hanya satu melainkan dua dan itu sungguh menjengkelkan,” sahut Elzar sambil mendusel di ceruk leher istrinya. Raquel akhirnya tak bisa menahan tawanya, sungguh ini lucu sekali. Bagaimana mungkin seorang ayah cemburu dengan anak sendiri dan merasa bahwa si kembar saingannya. Setelah si kembar tidur semua di box bayi Raquel menyuruh suaminya mendekat lalu memeluknya lama sekali. Sungguh meskipun ia mengalami hal yang tak terduga sebelumnya ia tidak merasa trauma hanya tidak menyang
Dalam ruang yang tampak putih bersih, tapi dinginnya menusuk tulang. Disana Raquel terbaring siap menjalani operasi caesar, karena mengalami pendarahan bahkan air ketubannya juga merembes di tambah kondisi Raquel juga tidak baik-baik saja membuat dokter segera mengambil tindakan operasi untuk menyelamatkan bayi dan ibunya. Daza hanya mampu diam di ruang tunggu, sungguh hatinya gelisah, jantungnya berdebar bahkan keringat terus menetes menggambarkan betapa takutnya Daza terjadi sesuatu pada Raquel adik perempuannya satu-satunya. Tidak lama Elzar datang dengan penampilan yang kacau bahkan ada luka di pelipisnya dengan darah yang sudah mengering, lalu disusul Reima dan Eva yang tak kalah panik bahkan Reima langsung memeluk Daza lalu menangis dalam pelukan putra sulungnya. Elzar hanya bisa berdiri terdiam di depan ruang operasi yang lampunya masih menyala itu tandanya operasi masih berjalan dengan lancar, ia hanya bisa memanjatkan doa merayu sang penciptanya agar anak dan istrinya selama
Arsenal mengeraskan rahangnya saat mendapatkan pesan dari papanya yang memberitahu bahwa dia berhasil menyekap Raquel. Dalam benak Arsenal bukan bersyukur karena dengan cara itu ia bisa menikahi Raquel tapi justru bagaimana cara mengelabui papanya untuk bisa menyelamatkan Raquel. Arsenal mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk bisa sampai di mansion Alexander. Sedangkan Daza dan Elzar dibuat kalang kabut setelah tahu bahwa Raquel di culik oleh orang suruhan Barra yang menyamar menjadi supir taxi. Edgar yang berada di kampus tak kalah panik, ia langsung mencari Arsenal dan menghajar laki-laki itu karena Edgar berpikir jika semua ini karena Barra sebagai papa Arsenal menuruti ambisi anaknya yang terobsesi pada Raquel. Tapi nihil ia tidak menemukan Arsenal, Edgar segera menuju rumah abangnya tapi di sana hanya ada mama Reima dan mama Eva yang menangis di ruang tamu. “Tante, mama!” Teriak Edgar yang juga syok melihat dua wanita itu menangis. “Edgar tolong bantu
Raquel hari ini ingin bersantai di rumah, tapi saat mama dan mertuanya sibuk di dapur ponselnya berdering. Disana tertera nama salah satu teman akrabnya ketika di kampus, tanpa pikir panjang ia mengangkat panggilan itu tapi seketika sambungan terputus. Raquel mengernyitkan keningnya heran, lalu ia menerima pesan di sana rupanya temannya yang tadi menelepon mengajaknya bertemu di cafe tidak jauh dari rumahnya. “Gpp lah keluar sebentar,” gumam Raquel sambil berjalan ke dapur untuk pamit ke mama dan mertuanya, tidak lupa mengirim pesan pada suaminya. Raquel berjalan menuju garasi tapi entah kebetulan atau apa sopir yang biasanya mengantar jemput tidak masuk karena istrinya sakit, jadilah Raquel memesan taxi online tanpa sepengetahuan suaminya. Taxi itu melaju ke tempat di mana Raquel janjian dengan temannya. Tapi ditengah perjalanan ketika di pertigaan yang seharusnya berbelok justru taxi itu lurus dan melaju semakin kencang. Raquel mulai curiga, tapi bersikap tenang daj tidak panik.
Malam ini sungguh Elzar merasa bahagia, selain karena mendapatkan haknya juga karena merasa lega karena Daza sebagai kakak iparnya telah mengirim seorang sniper handal untuk mengawasi Raquel dari jarak jauh. Sungguh awalnya ia merasa pusing dengan masalah yang ada apalagi nyawa istri dan calon anaknya terancam tapi siapa sangka tadi Daza menghubunginya dan mengatakan bahwa ia juga tahu apa yang tengah Elzar pikirkan. Bukan tidak mau bercerita pada papa mertua ataupun kakak iparnya tapi Elzar sadar jika Raquel bukan lagi tanggung jawab mereka melainkan sudah berpindah pada dirinya sepenuhnya. “Mas gak tidur?” Suara itu serak dengan mata terpejam dan tubuh yang hanya berbalut selimut. “Sebentar lagi sayang, kamu lanjut tidur ya mas ada sedikit kerjaan.” Jawab Elzar dengan sebelah tangan yang mengelus kepala istrinya sedangkan sebelah lagi ia gunakan untuk mengetik pesan. Ia kira harus berpuasa sampai anak mereka lahir apalagi tadi pagi sempat merasakan kram. Nyatanya kata dokter tida