Hari ini Raquel pergi ke kampus pagi-pagi sekali, bukan karena ada hal mendesak atau kelas pagi tapi karena menghindari sarapan bersama keluarga. Baru kali ini Raquel menghindari keluarga, ia masih marah pada kedua orang tuanya perkara perjodohan itu.
Dan disinilah Raquel berada, di rooftop kampus sambil menikmati satu cup cappucino ditemani dengan sandwich yang ia beli di supermarket. Hari ini jadwal kuliahnya siang, ia berencana akan mengerjakan beberapa tugas di perpustakaan.
Ting
“Nak, nanti selesai kelas kamu fitting gaun buat pertunangan ya, dan nanti Elzar yang akan jemput kamu.”
Raquel memutar bola matanya dengan malas saat membaca pesan dari mamanya. Sungguh ia menolak perjodohan ini karena masih ada rasa trauma diselingkuhi. Raquel menatap awan di langit tampak indah, ia memikirkan cara agar perjodohan ini batal dan sepertinya ia perlu bicara serius dengan Elzar.
Ponsel Raquel kembali berdering, ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Karena penasaran akhirnya ia menerima panggilan itu, sedetik kemudian matanya melotot nyaris keluar.
“Aiisss! Panjang umur banget nih cowok,” gumam Raquel dengan kesal.
Setelah menerima panggilan tersebut, Raquel berjalan menuju gerbang kampus. Tanpa ia sadari sedari tadi Edgar memperhatikannya. Bahkan tampaknya pemuda itu mengepalkan tangannya guna memendam perasaan yang bergejolak tak tentu di hatinya.
Raquel masuk dalam mobil Elzar, tadi Elzar menelepon untuk memberitahu Raquel bahwa ia ada di depan kampus untuk menjemputnya dan berencana mengajak jalan-jalan sebelum fitting baju untuk pertunangan yang akan diadakan tiga hari lagi.
“Sebelum lo ajak gue jalan, gue mau bicara serius sama lo dan gue harap lo juga menyetujui hal ini.” Elzar yang mendengar ucapan Raquel hanya menaikkan sebelah alisnya, menunggu kelanjutan kalimat perempuan itu. “Gue gak bisa lanjutin perjodohan ini dan gue minta lo juga setuju untuk membatalkan pertunangan kita.” helaan nafas Elzar terdengar tampak raut wajahnya juga menjadi lebih datar dan tatapan tajam ia layangkan pada Raquel..
“Oke, sepertinya kamu belum paham sama ucapan ku waktu di taman belakang semalam.” Raquel mendadak terdiam, sungguh tatapan Elzar membuatnya tak berkutik. “Aku tidak akan membatalkan perjodohan ini dan aku akan membuat kamu jatuh cinta, sekarang cukup kamu diam dan jangan banyak bertingkah karena mulai detik ini ada beberapa orangku yang mengawasimu.” Raquel hendak memprotes tapi Elzar mengisyaratkan untuk diam.
Mobil Elzar berjalan menyusuri jalan aspal yang mulai padat pengendara, jujur saja Elzar sendiri bingung mau mengajak Raquel kemana karena ini adalah pengalam pertamanya kencan. Akhirnya mereka berhenti di sebuah taman yang banyak menjual jajan kaki lima, mata Raquel langsung berbinar bahkan belum sempat Elzar turun justru Raquel sudah melompat turun dan berlari menghampiri penjual telur gulung.
“Ternyata dia juga punya sisi kekanakan,” batin Elzar dengan senyum tipis menghiasi bibirnya. “Gue gak cinta sama dia tapi kenapa gue gak rela jika perjodohan ini sampai batal.” Elzar mengusap wajahnya kasar lalu melanjutkan langkahnya menyusul Raquel.
Setelah selesai jalan-jalan akhirnya mereka berdua pergi ke sebuah butik langganan keluarga Fahrari. Sepanjang jalan keduanya hanya diam tanpa obrolan suasana canggung menyelimuti.
Hari silih berganti, malam berganti siang. Malam hari ini di mana pertunangan Elzar dan Raquel diselenggarakan di salah satu hotel ternama di kotanya. Raquel yang sudah selesai di make up pun enggan memakai gaunnya, ada rasa ragu yang terus bergelayut dalam hatinya. Bayang-bayang kekasihnya selingkuh masih terekam dengan jelas. Raquel menatap dirinya di pantulan cermin rias, terbesit untuk melarikan diri mumpung ia sendirian dalam kamar itu. Namun, pikiran itu enyah ketika teringat wajah kedua orangtuanya yang menginginkan perjodohan ini berjalan dengan semestinya.
“Ya Tuhan bagaimana ini?” Gumam Raquel sambil mondar-mandir kesana kemari. “Gue gak mau dengan Elzar, tapi kalau gue kabur papa sama mama bakal malu dan kecewa banget pasti,” lanjut nya sambil memejamkan mata. Raquel mencoba mengatur nafasnya agar rasa ragu, gugup dan nervousnya mereda.
***
Di kamar yang berbeda, Elzar sedang mengenakan tuxedo. Elzar tampak menghela napas berkali-kali, Edgar yang mengetahui abangnya tengah gugup hanya menyeringai. Sebelum acara dimulai Edgar sudah bertekad akan mengakui perasaannya terhadap Raquel pada abangnya, bukan bermaksud untuk menggagalkan acara malam ini tapi ia memang perlu abangnya tau sekaligus untuk menguji apakah abangnya ini hanya sekedar tertarik atau sungguh-sungguh jatuh cinta.
“Bang, gue mau bicara serius sama lo sebelum acara ini dimulai dan sebelumnya gue minta maaf sama lo,” ucap Edgar yang berhadapan dengan abangnya. “ Sejujurnya perempuan sering gue ceritakan sama lo, yang gue taksir itu adalah Raquel calon tunangan lo bang.” Nada bicara Edgar semakin melemah di akhir, ia menunduk tidak berani menatap abangnya.
Elzar terdiam menatap adiknya dalam-dalam, kenyataan yang baru saja terungkap membuat jantungnya berdegup kencang kini perasaannya kacau. Ia memalingkan wajahnya ke jendela kamar, sungguh saat ini Elzar tidak tahu harus mengatakan apa.
“Kenapa lo baru bilang sekarang Gar, lo tau sekarang acara pertunangan itu hah?” Akhirnya kalimat itu lolos dari bibir Elzar. “Kenapa tidak sedari pertemuan keluarga itu lo bilang kalau perempuan itu Raquel, gue bisa_” belum sempat kalimat itu selesai diucapkan Edgar sudah memotong lebih dulu. “Gue gak minta lo batalin perjodohan ini bang, sungguh. Tapi gue mau lo tau tentang ini dari gue sendiri bukan orang lain dan asal lo tau Raquel juga tidak tahu tentang perasaanku padanya.” sungguh Elzar terpaku dengan ucapan adiknya. Tadinya ia mengira Edgar menguruhnya membatalkan acara ini.
“Gue rasa lo belum mencintai Raquel bang, tapi gue berharap lo bisa membahagiakan dia kelak. Jika lo sakiti hatinya maka dengan kesadaran penuh gue bakal rebut Raquel dari lo, paham!” Ucapan Edgar kali ini penuh peringatan dan tegas. “Gue janji akan membahagiakan Raquel sebelum maupun setelah menikah nanti!” Jawaban Elzar tidak kalah tegas dengan kesungguhan yang terpancar tatapannya.
Tanpa keduanya sadari jika sedari tadi ada Adskhan, papanya yang mendengar semua pembicaraan kedua putranya. Ia tidak menyangka jika keduanya menyukai perempuan yang sama. Di waktu bersama Adskhan bersyukur karena anak-anaknya tidak sampai bermusuhan perkara perempuan.
Akhirnya acara pertunangan pun berjalan dengan semestinya, meskipun terpaksa Raquel tetap menampilkan senyum manisnya. Edgar pun tampak biasa saja meskipun hatinya tak karuan. Ia sudah memutuskan untuk mengikhlaskan perasaannya pada Raquel, bahkan ia melangitkan doa untuk kebahagiaan abangnya dan Raquel. Namun, di antara tamu yang hadir ada perempuan yang tampak tidak suka dengan acara itu, bahkan perempuan itu menatap penuh permusuhan pada Raquel.
Ini adalah hari ketiga Raquel dan bayinya dirawat di rumah sakit. Hari ini mereka diizinkan untuk pulang, Elzar begitu bersemangat menyiapkan sambutan untuk si kembar bahkan kakek dan neneknya juga mempersiapkan kado yang begitu istimewa apalagi mereka adalah cucu pertama mereka. Raquel berjalan dibantu oleh Elzar sedangkan kedua bayi kembarnya di gendong oleh Reima dan Eva. Mereka berdua yang baru menyandang gelar nenek itu begitu antusias bahkan memamerkan cucu tampan mereka di grup arisan ibu-ibu. “Sayang, hati-hati kalau ada yang sakit atau ngerasa gak nyaman cepet bilang!” Ucap Elzar lembut tapi tatapannya begitu tegas. “Iya mas,” jawab Raquel dengan senyum yang mengembang. Sekali lagi Raquel bersyukur punya suami yang begitu peduli, sayang dan penuh cinta bahkan rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Dulu ia begitu tidak yakin menjalani rumah tangga ini, mengingat ia dan Elzar dijodohkan. Tapi siapa sangka jika cinta itu tumbuh bahkan semakin subur. Mobil yang mereka tumpang
Seharian ini Elzar begitu betah duduk menemani istrinya yang menyusui si kembar, meskipun sejak tadi Elzar sedikit cemberut lantaran Raquel begitu sibuk dengan si kembar dia merasa tersisihkan. Sedangkan Raquel hanya tersenyum menatap suaminya, sungguh sekarang Elzar kekanakan apa dia lupa bahwa si kembar itu hasil dari ulahnya. “Mas kamu kenapa sih, wajahmu sudah seperti baju kusut,” Elzar yang mendengar itu hanya mendengus lalu memalingkan wajahnya. “Gak apa-apa hanya saja sekarang aku punya saingan tidak hanya satu melainkan dua dan itu sungguh menjengkelkan,” sahut Elzar sambil mendusel di ceruk leher istrinya. Raquel akhirnya tak bisa menahan tawanya, sungguh ini lucu sekali. Bagaimana mungkin seorang ayah cemburu dengan anak sendiri dan merasa bahwa si kembar saingannya. Setelah si kembar tidur semua di box bayi Raquel menyuruh suaminya mendekat lalu memeluknya lama sekali. Sungguh meskipun ia mengalami hal yang tak terduga sebelumnya ia tidak merasa trauma hanya tidak menyang
Dalam ruang yang tampak putih bersih, tapi dinginnya menusuk tulang. Disana Raquel terbaring siap menjalani operasi caesar, karena mengalami pendarahan bahkan air ketubannya juga merembes di tambah kondisi Raquel juga tidak baik-baik saja membuat dokter segera mengambil tindakan operasi untuk menyelamatkan bayi dan ibunya. Daza hanya mampu diam di ruang tunggu, sungguh hatinya gelisah, jantungnya berdebar bahkan keringat terus menetes menggambarkan betapa takutnya Daza terjadi sesuatu pada Raquel adik perempuannya satu-satunya. Tidak lama Elzar datang dengan penampilan yang kacau bahkan ada luka di pelipisnya dengan darah yang sudah mengering, lalu disusul Reima dan Eva yang tak kalah panik bahkan Reima langsung memeluk Daza lalu menangis dalam pelukan putra sulungnya. Elzar hanya bisa berdiri terdiam di depan ruang operasi yang lampunya masih menyala itu tandanya operasi masih berjalan dengan lancar, ia hanya bisa memanjatkan doa merayu sang penciptanya agar anak dan istrinya selama
Arsenal mengeraskan rahangnya saat mendapatkan pesan dari papanya yang memberitahu bahwa dia berhasil menyekap Raquel. Dalam benak Arsenal bukan bersyukur karena dengan cara itu ia bisa menikahi Raquel tapi justru bagaimana cara mengelabui papanya untuk bisa menyelamatkan Raquel. Arsenal mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk bisa sampai di mansion Alexander. Sedangkan Daza dan Elzar dibuat kalang kabut setelah tahu bahwa Raquel di culik oleh orang suruhan Barra yang menyamar menjadi supir taxi. Edgar yang berada di kampus tak kalah panik, ia langsung mencari Arsenal dan menghajar laki-laki itu karena Edgar berpikir jika semua ini karena Barra sebagai papa Arsenal menuruti ambisi anaknya yang terobsesi pada Raquel. Tapi nihil ia tidak menemukan Arsenal, Edgar segera menuju rumah abangnya tapi di sana hanya ada mama Reima dan mama Eva yang menangis di ruang tamu. “Tante, mama!” Teriak Edgar yang juga syok melihat dua wanita itu menangis. “Edgar tolong bantu
Raquel hari ini ingin bersantai di rumah, tapi saat mama dan mertuanya sibuk di dapur ponselnya berdering. Disana tertera nama salah satu teman akrabnya ketika di kampus, tanpa pikir panjang ia mengangkat panggilan itu tapi seketika sambungan terputus. Raquel mengernyitkan keningnya heran, lalu ia menerima pesan di sana rupanya temannya yang tadi menelepon mengajaknya bertemu di cafe tidak jauh dari rumahnya. “Gpp lah keluar sebentar,” gumam Raquel sambil berjalan ke dapur untuk pamit ke mama dan mertuanya, tidak lupa mengirim pesan pada suaminya. Raquel berjalan menuju garasi tapi entah kebetulan atau apa sopir yang biasanya mengantar jemput tidak masuk karena istrinya sakit, jadilah Raquel memesan taxi online tanpa sepengetahuan suaminya. Taxi itu melaju ke tempat di mana Raquel janjian dengan temannya. Tapi ditengah perjalanan ketika di pertigaan yang seharusnya berbelok justru taxi itu lurus dan melaju semakin kencang. Raquel mulai curiga, tapi bersikap tenang daj tidak panik.
Malam ini sungguh Elzar merasa bahagia, selain karena mendapatkan haknya juga karena merasa lega karena Daza sebagai kakak iparnya telah mengirim seorang sniper handal untuk mengawasi Raquel dari jarak jauh. Sungguh awalnya ia merasa pusing dengan masalah yang ada apalagi nyawa istri dan calon anaknya terancam tapi siapa sangka tadi Daza menghubunginya dan mengatakan bahwa ia juga tahu apa yang tengah Elzar pikirkan. Bukan tidak mau bercerita pada papa mertua ataupun kakak iparnya tapi Elzar sadar jika Raquel bukan lagi tanggung jawab mereka melainkan sudah berpindah pada dirinya sepenuhnya. “Mas gak tidur?” Suara itu serak dengan mata terpejam dan tubuh yang hanya berbalut selimut. “Sebentar lagi sayang, kamu lanjut tidur ya mas ada sedikit kerjaan.” Jawab Elzar dengan sebelah tangan yang mengelus kepala istrinya sedangkan sebelah lagi ia gunakan untuk mengetik pesan. Ia kira harus berpuasa sampai anak mereka lahir apalagi tadi pagi sempat merasakan kram. Nyatanya kata dokter tida