Latar belakang dokter Dante Pramudya Saksono, menyimpan identitas tersembunyi, mengenai dirinya, asal usulnya tidak diketahui. Yang diketahui dia dibesarkan di panti asuhan milik para biarawati Katolik. Dia ditemukan oleh tukang kebun biara pagi hari di antara semak-semak bunga di taman biara. Suara bayi menangis mencuri perhatian bapak Saksono yang akan membabat rumput di taman, dikagetkan dengan boks bayi lengkap kaleng susu formula di sampingnya, ada secarik kertas,
”Suster peliharalah bayiku, dia tidak berdosa, sayalah yang berdosa. Saya percaya pada janjinya akan mengawiniku tapi dia memilih perempuan lain.Nama bayiku Dante, berarti teguh dan abadi. Semoga anakku bisa teguh dan abadi..”
Biara langsung gempar ditemukan bayi mungil yang masih merah, membuka matanya menatap orang di sekelilingnya membuat para biarawati gemas, langsung memandikannya, membungkus dengan selimut karena popok yang dipakainya telah basah dengan kencing. Kepala biara segera memanggil dokter untuk memeriksa kesehatan bayi.
“Bayinya sehat, tapi suster sebaiknya lapor ke pak RT atau polisi. Ini demi kenyamanan suster.”
“Baiklah, sebaiknya pak Saksono yang melapor ke RT dia yang menemukan bayi di antara semak-semak bunga lavender.”Ujar kepala Biara.
Pak Saksono segera melapor ke RT ditindak lanjuti ke kepolisian. Seminggu sudah tidak ditemukan siapa yang membuang bayi yang tak bersalah, akhirnya ditetapkan pengasuhan alternatif sementara diberikan ke panti asuhan KASIH asuhan suster biarawati.
Bulan, Tahun dan bertahun-tahun Dante diasuh di panti asuhan. Saat masuk sekolah, dia disekolahkan oleh panti asuhan sampai SMA. Cita-cita Dante ingin menjadi dokter membuat para biarawati sedih karena tidak mampu memenuhi keinginan Dante terobsesi menjadi dokter. Selama di panti asuhan, Dante membantu suster biara menjual hasil pertanian, menjual susu sapi perah keliling desa sampai ke luar desa .
Ketika Dante berumur tujuh belas tahun, dia meminta ijin kepada suster biara yang juga pemimpin panti asuhan membuat kartu penduduk.
“Kamu sudah dewasa, suster menyerahkan kamu memilih agama yang akan kamu anut.”
“Saya memilih Katolik.”
“Baiklah tapi kamu harus belajar dulu pada Romo Pramudya yang setiap minggu kemari.”
“Siap suster, saya perlu KTP karena saya akan mencoba jalur prestasi di sekolahku. Cita-cita saya tetap , tidak berubah menjadi dokter.” Ucap Dante mantap ditatap sedih suster kepala biara.
Suster biara menyampaikan kepada Romo Pramudya mengenai keinginan Dante, disambut antusias pastor Pramudya, “Pindahkan sekolahnya ke kota Surabaya, dia akan menjadi anak pastoran. Disamping sekolah dia bekerja di pastoran , kami akan menggajinya. Gajinya ditabung untuk kuliah.”
Setelah dibaptis dan mendapatkan KTP, diusia tujuh belas Dante pindah ke Surabaya, dengan tambahan nama di belakang namanya Pramudya Saksono, diambil dari nama Romo Pramudya dan nama tukang kebun Saksono yang menemukannya.
“Saya ditemukan pak Saksono, nama Saksono sebagai penghormatanku , kalau saya tidak ditemukan kemungkinan saya sudah mati. Nama Pramudya, nama Romo yang memberi saya semangat untuk menggapai cita-citaku.”
Di usia tujuh belas tahun, Dante Pramudya Saksono pindah ke Surabaya menuntut ilmu di SMA Swasta yang terkenal disiplinnya. Demi cita-cita yang selalu diimpikan Dante tidak saja unggul di akademik , unggul dan berprestasi dalam olah raga basket sehingga basket sekolahnya sering mendapatkan juara dalam pertandingan basket, menjadi ketua OSIS, satu lagi kelebihan Dante, melukis. Beberapa lukisannya terpampang di madding sekolah .
Dante yang tinggi, tampan, anak panti asuhan dari desa menjadi idaman siswi-siswi yang terkagum-kagum melihat penampilan bergerak di arena basket, kepiawainnya memasukkan bola ke ring memukau dan disambut hiruk pikuk yang kebanyakan para siswi. Kekurangannya gaya berpakaian yang sederhana , apa adanya, ditambah gaya cueknya dengan sikap dinginnya membuat para siswi enggan mendekatinya, hanya mampu membicarakan diri Dante, takut melihat tatapan dingin Dante sedingin kutub es.
Masa SMA berlalu, prestasi bertumpuk yang dimiliki Dante memuluskannya lolos jalur prestasi. Dibantu Romo Pramudya yang mencari sponsor Dante bisa kuliah pendidikan dokter di universitas negeri yang terkenal di kota Buaya.Kepopulerannya sebagai mahasiswa kedokteran yang smart, tampan dan hebat main basket menjadi idola para mahasiswi di fakultas kedokteran. Untuk mendapatkan gelar dokter, Dante melanjutkan ke Pendidikan Profesi Dokter selama dua tahun kemudian untuk mendapatkan ijin praktek , Dante mengikuti intership selama setahun.
Dokter Dante kemudian bekerja di Rumah Sakit Swasta di Surabaya sebagai dokter umum. Cita-citanya menjadi dokter spesialis bedah tetap menjadi impiannya.
Kesuksesan dalam studi tidak diikuti dengan kesuksesannya dalam percintaan. Dante menghindari kedekatan dengan wanita, apalagi berpacaran, satu-satu obsesinya adalah menjadi dokter spesialis bedah saraf. Baginya pacaran akan menggoyahkan cita-citanya. Sikapnya yang dingin terhadap wanita menimbulkan isu tidak sedap, dia dianggap “gay”. Bukannya tidak mengetahui isu dan gosip yang beredar di kampus maupun di rumah sakit, Dante tidak menghiraukannya, ”Yang mengetahui diriku sendiri, hanya aku.Aku masih normal melihat wanita cantik , tubuh seksi. Itu akan kunikmati jika cita-citaku tercapai.” Katanya pada dirinya sendiri.
****
Cerita hidup Dante yang dingin berubah drastis setelah mengenal Merriana Suisita Krisanto berprofesi sebagai desainer , penampilannya modis, introvert. Perkenalan mereka di panti asuhan tempat Dante dibesarkan ketika Dante merayakan kelulusannya bisa menyandang gelar dokter. Dante merayakan di panti asuhan bersama anak-anak panti asuhan, suster-suster biarawati yang dianggapnya sebagai ibu-ibunya, Romo Pramudya dan pak Saksono yang dianggapnya sebagai bapaknya.
“Selamat menjadi dokter , kami semua bangga padamu.”Kata suster Faustina yang dulu kepala biara dan kepala panti asuhan.
“Saya bisa mencapai sebagian dari cita-citaku karena kalian semua,terutama Romo Pramudya yang rajin mencari sposnsor bagi saya.”
“Hum, sponsormu bangga padamu, dia saya undang kemari.”
“Betulkah? Saya sangat ingin mengucapkan terima kasih. Saya selalu ingin bertemu dengan sponsorku tapi Romo mengatakan bahwa belum waktunya. Kamu akan bertanggungjawab setelah kamu menjadi dokter."
Tok..Tok..Tok.
Pintu ruang tamu diketuk,“Syalom.” Terdengar sapa dari luar.
Beberapa pasang mata menengok keluar, seorang wanita cantik berdiri di depan pintu, dipandang takjub mereka yang ada di ruang tamu.
“Saya mau bertemu Romo Pramudya.”
“Oh. Saya sendiri. “
“Papa tidak bisa datang, tiba-tiba ada urusan bisnis ke Jakarta yang tidak bisa ditunda. Saya mewakili beliau. Perkenalkan saya Merriana Suisita Krisanto.”
“Selamat datang anakku, Romo sudah menantikan kedatanganmu.”
“Kok Romo menunggu kedatangan saya? Bukankah Romo janjian sama papa?”
“Papamu sudah telepon semalam , tidak bisa datang dia katakan ada malaikat yang diutusnya.” Jawab Romo, disambut Merriana dengan tersenyum malu-malu di wajahnya yang cantik.
“Adakah yang bisa bantu saya mengambil beberapa dos pizza dan ice cream buat anak-anak panti?”Tanya Merriana.
Dokter Dante langsung berdiri mengikuti wanita cantik yang membuka bagasi , menunjukkan dua puluh dos pizza dan boks berisi ice cream,”Wah banyak banget.” Ujar dokter Dante.
“Papa bilang biar anak-anak panti puas makan pizza dan ice cream.”
Dokter Dante menatap wanita cantik yang sibuk mengeluarkan dos pizza kemudian menyerahkan ke tangan dokter Dante dan pak Saksono.
“Anak-anak panti tidak pernah makan pizza, pasti mereka heran makanan apa pizza itu.”Ujar dokter Dante.
“Kalau ice cream?”Tanya Merriana.
“Biasa, kalau ada yang datang merayakan ulang tahun di panti.”
“Pak boks ice cream!” kata Merriana memerintah dokter Dante disambut dokter Dante dengan tersenyum.
Inilah awal pertama perkenalan Merriana Suisita Kristanto anak satu-satunya keluarga Kristianto, pengusaha kaya yang berprofesi sebagai desainer , penampilannya modis, introvert kagum pada kegigihan dokter Dante dalam meraih cita-citanya.
Merriana diperkenalkan Romo Pramudya pada dokter Dante. Sejak itu mereka berteman. Dokter Dante kemudian mengambil pendidikan dokter spesialis bedah saraf yang bisa diraihnya tepat empat tahun. Lulus cumlaude, menjadi kebanggaan sponsornya , yakni bapak Andrew Kristanto. Setelah melamar pada rumah sakit swasta bergengsi di Semarang, dokter Dante Sp.B pindah ke Semarang. Ketampannya, kepintaran , berpredikat sebagai dokter bedah muda membuat siapapun yang memandangnya terkagum-kagum melihat ketampanan dan penampilannya yang stylish. Campur tangan Merriana, dokter Dante yang semula berpenampilan sederhana, apa adanya dan cuek pada penampilan berhasil mengtransformasikan menjadi dokter muda bedah yang fasionable.
Merriana memenuhi kebutuhannya dalam berpenampilan, busana, sepatu, sandal bahkan sandal rumah sakit yang wajib dipakai juga pilihan Merriana. Dari pertemanan selama setahun, dilanjutkan dengan kencan pertama mereka di gerai Pizza di kota Surabaya. Dokter Dante dan Merriana sama-sama suka makan pizza dan ice cream.Tiga tahun sudah mereka merajut cinta, tiga tahun Merriana menahan kesabarannya menunggu dilamar dokter Dante yang kunjung melamarnya.
Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah saraf di Korea.Ponsel Merri berdenting.‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’‘Mer
Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.“Morning,” sapa Merri riang.“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamanya
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante. Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ” Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan ke
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,” Ucap dokter Anjel ditatap. dokter Dante tidak percaya mendengar ucapan dokter Anjel.“Aku serius dengan lamaranku, menikahlah denganku. Tinggalkan pacar imutmu, mmm, pacarmu yang tubuhnya seperti papan. Bedakan denganku? Semuanya indah dipandang dan dipegang.” Katanya sambil mendekat mengecup bibir dokter Dante, “Aku pulang dulu, mau ketemu papa.”Mata dokter Dante mengiringi langkah dokter Anjel menuju pintu. Ketika pintu apartemennya tertutup, ia merenung, hari ini dua wanita melamarnya, Merri dan dokter Anjel , bukannya membuatnya tersanjung karena dilamar dua wanita tetapi hatinya resah bercampur gelisah.Keesokan harinya,Rumah sakit tempat dokter Dante dan dokter Anjel bekerja sibuk ada sesuatu yang terlihat lain dari hari-hari biasanya. Seluruh staf rumah sakit dan beberapa dokter muda berdiri di depan pintu lift terdengar suara bisik-bisik, salah satu bisikan lewat telinga dokter Dante,”Dia baru setahun lebi
Suasana di kediaman keluarga Kristanto yang megah dan berkelas nampak ada sedikit kesibukan. Rumah mewah bergaya modern , taman yang luas , tertata dan terawat apik seolah akan menerima tamu penting pagi menjelang siang. Di ruang tamu utama,lampu-lampu Kristal yang menggantung di tengah ruangan menambah keindahan rumah milik keluarga Kristanto.“Mer, jam berapa pesawat dokter Dante mendarat?” tanya mamanya.“Jam delapan lebih,nanti Merri jemput di Juanda.” Jawab Merri.“Sebaiknya kamu jangan menyetir, biarkan pak Tono menemanimu.”“Jangan ma, aku dan mas Dante mau lepas kangen sekalian bicarakan beberapa hal penting.”“Pembicaraannya bisa waktu dia melamarmu? Apa hal penting yang kamu ingin bicarakan?”“Mama ada beberapa hal yang perlu aku jelaskan ke mas Dante , pribadilah!”“Terserah, sebaiknya Tono mengantarmu ke bandara, ““Mama, sepertinya aku tidak pernah bawa mobil sendiri ke bandara. Siapa yang jemput mama kalau mama pulang dari tur ke Eropa dan sebulan yang lalu dari Korea?
“Selamat sore dokter Bimantoro, suatu kehormatan bapak yang sedemikian sibuk berkenan datang ke kantor saya.” Sapa dokter Goritman Atmaja, Direktur Utama RS. Santosa Husada yang langsung menyambut dokter Bimantoro Santosa , Ketua Yayasan RS Santosa Husada.Tanpa menjawab sapaan dokter Goritman, dokter Bimantoro langsung menuju ke kursi kerja yang ditinggalkan dokter Goritman karena menyambut dokter Bimantoro di depan pintu.“Hum, kursi ini masih empuk. Sudah dua puluh lima tahun kursi ini bercokol di sini. Lima belas tahun kamu duduk di kursi ini masih terasa empuk. Sulit meninggalkan kursi ini?” tanya dokter Bimantoro dengan seyum sarkastik, matanya menunjukkan ekspresi meremehkan.Pertemuan mendadak meresahkan dokter Goritman yang berdiri di ujung meja kerjanya menatap dokter Bimantoro .“Saya pernah duduk di kursi ini, sepuluh tahun lamanya aku sebagai direktur utama, dua periode aku menduduki kursi ini.”“Um.. kursi yang bapak maksudkan sudah diganti .” Ujar dokter Goritman.“
Pintu ruang CEO diketuk, Andri sekretarisnya dan Ryan pengawal pribadinya masuk ke dalam ruangan.“Sudah ada informasi terbaru?”tanya Dragnar.“Belum ada bos,”Jawab Ryan.‘Kemana mereka menyembunyikan diri?Mengapa Merri sampai hati membuatku panik dan frustasi? Hum..mungkin karena ia tidak mencintaiku hingga tidak punya perasaan terhadap diriku?’batin Dragnar.“Kamu sudah cek perusahaan milik pak Kristianto?” tanya Dragnar.“Sudah bos, para karyawan menyatakan bahwa mbak Merri dan ibu Anna sejak pak Kristianto meninggal tidak pernah ke kantor sejak perusahaan dikuasai saudara-saudaranya pak Kristianto.”Jawab Ryan.“Hum, satu lokasi lagi yang harus kita cek,”“Di mana itu bos?”“Panti asuhan, tapi terletak di Pare ,Kediri.Apakah mereka menyembunyikan diri mereka di sana?”Tanya Dragnar seolah pada dirinya sendiri.Ryan dan Andri menatap bosnya yang wajahnya terlihat kusut, rambutnya berantakan karena sering diremas karena kesal.“Kami siap ke sana asal bos segera perintahkan.Saya ak
Di mobil, tubuh Dragnar membeku, kepalanya mendadak pusing, mencemaskan keadaan Merri yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Sesampai di kantor, Dragnar langsung ke ruang CEO, yang sementara ini dijabat ketika pak Baron ke luar negeri.Betapa kagetnya Dragnar melihat ibu Aida ada di kantor dengan memasang wajah datar, ayahnya duduk di kursi CEO matanya tertatap lekat pada laptop di depannya. Kedua makluk yang ada di ruang CEO langsung beralih pandangannya ketika pintu ruang CEO terbuka dengan kasar kemudian dibanting dengan keras.“Ini bukan rumah, ini kantor!Darimana saja kamu?Mom tanya dad, katanya kamu ada melakukan sesuatu.Mom curiga kamu mencari perempuan liar itu!”Cicit mamanya tanpa henti.Dragnar menghembuskan napas panjang, seolah ada beban yang ia bawa sepanjang perjalanan , pikirannya terus ke sosok Merri, sosok perempuan yang sangat dicintainya ,tiba-tiba menghilang setelah beberapa bulan mereka mengecap indahnya hubungan mereka, membuatnya frustasi.Ketika s
Saat istirahat siang teman -teman Merri video call menceritakan kedatangan suami dan mertua Merri. Merri tertawa mendengar cerita mereka ketika Rissa menjelaskan PHP ke pak Baron. "Waktu aku katakan mertua mu turlap, wajahnya terlihat bingung,aku tunggu ia bertanya." "Apakah mertuaku bertanya?"tanya Merri menahan senyum. Rissa tertawa,"Mungkin ia segan bertanya karena ketika mengatakannya aku tersenyum-senyum seakan memujinya dan dibalik itu ingin mengetahui apakah ia mengenal bahasa gaul kami anak-anak jaman now."Kamu ini suka memancing di air terjun,"Ucap Merri disambut teman-temannya dengan tertawa tergelak-gelak. Setelah video call dengan teman-temannya, Merri menemui mamanya yang sedang duduk di sofa,"Ma, tadi Oom Baron dan mas Dragnar mencari kita di rumah kontrakan teman-teman."Ibu Anna membalikkan badannya,keningnya berkerut,"Mas Baron ? Mama sungguh tidak percaya kalau ia sendiri mencari kita, ""Oom Baron dan mas Dragnar. Semalam mas Dragnar dan pengawalnya mencari ki
“Danur, dad ikut di mobilmu,” ujar pak Baron.“Kita pakai mobil masing-masing saja,” jawab Dragnar.“Dad khawatir kamu nanti menghilang seperti isterimu, “Ada keinginan Dragnar untuk membantah ayahnya, kemudian memasang wajahnya senormal mungkin agar ayahnya tidak curiga pada rencananya sebelum ke kantor akan kembali ke rumah teman-teman Merri.“Andri, kamu pakai mobilku, aku akan ikut mobil Danur.”Pak Baron memberi perin tah pada sekretaris sekaligus asisten pribadi Dragnar.Andri membungkuk, meraih jas dan tas kerja Dragnar, menuju ke pintu melintasi ruang tamu menuju ke teras, meletakkan jas dan tas kerja Dragnar di jok penumpang.“Drangnar, ikut dad, mungkin ada pembicaraan khusus denganmu . Tidak mungkin dibicarakan di kantor,”ujar ibu Aida tersenyum , kemudian beranjak ke suaminya mencium kening suaminya.“Dragnar , dengar kata-kata ayahmu. Semua yang dikatakannya adalah demi kepentinganmu, apalagi ayahmu sekarang sedang mempersiapkanmu menjadi CEO di perusahaannya.”“Ok, mom.
Setelah diberi obat penenang, Dragnar tertidur pulas. Atas perintah tuan Baron , seorang pengawal pribadi berjaga di luar kamar tidur, kedua orangtuanya kembali ke kamar mereka.“Dragnar sudah kacau logikanya sejak menikah dengan Merri. Apa yang Merri lakukan kepadanya sehingga ia menjadi tergila-gila pada perempuan yang tidak mempunyai harga diri.” Ujar ibu Aida ketika mereka berada di kamar.“Kamu kan tahu, Danur sudah lama suka sama Merri. Waktu jumpa kembali ketika liburan mereka bertemu, katanya cinta pertamanya kambuh dan ia setuju dengan rencanaku untuk menjodohkannya dengan Merri."“Itulah kamu, mau merajut kembali persahabatanmu dengan Andrew, kita tidak tahu Merri yang dulu polos, manis berubah menjadi liar.”“Liar?” Tanya pak Baron.“Iya, dengan pacarnya yang dokter sering ketemuan di Semarang, tinggal bersama di apartemen pacarnya berhari-hari, apa yang dilakukan seorang perempuan dan pria dalam satu kamar berhari-hari?”Pak Baron menatap isterinya,kemudian tersenyum,”Ci
Kepanikan semakin mendera pikiran Dragnar, diambilnya ponselnya, jempolnya bergulir mencari nomor Merri, tidak ada tanggapan. Dragnar kemudian menghubungi pengawal pribadinya,“Kamu, tanya ke pos jaga apakah mereka melihat nyonya muda keluar dengan nyonya besar?” Perintahnya.Setelah menunggu sekian detik, ponselnya berbunyi,”Apa? nyonya muda ,ibu Anna dan suster keluar tanpa diantar supir? Kemana mereka?”Mendapat jawaban dari pengawal pribadinya, Dragnar langsung memberi perintah,”Siapkan mobil, saya akan mencari isteriku!”Dragnar gelisah , Merri tidak bisa dihubungi, satu-satu jalan hanyalah menuju ke tempat kost teman-teman Merri.Dragnar tidak tahu tempat kost teman-teman Merri, supir yang pernah mengantar mereka pasti tahu tempat kost teman-teman Merri.Dragnar gelisah tidak saja karena menghilangnya Merri, khawatir Merri hamil. Ia tidak ingin bayi yang dikandungnya akan mengalami masalah,’Aku harus mem punyai keturunan, ini satu-satunya warisan yang indah kuberikan jika aku
Turun dari lift dengan membawa satu tas yang dibawa sewaktu datang ke mansion, Merri menuju ruang tamu mamanya terlihat gelisah ditatap ibu Aida.“Kamu tidak mencuri perhiasanku?”tanya ibu Aida.Merri membuka risluting tas, mengeluarkan dua baju tidur miliknya dan dalaman miliknya, diletakkan di atas meja tamu.“Semua baju, lingerie yang dibeli Dragnar tidak saya bawa. Yang saya bawa hanya cincin kawin yang dibeli Dragnar. Saya tidak menyerahkan karena Dragnar belum menceraikan saya.Walaupun Dragnar kelak akan menceraikan saya, saya tidak mau bercerai! Karena apa yang sudah disatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan atau diceraikan manusia!” Ujar Merri.Ibu Aida memandang Merri dengan tatapan sinis,kemudian mengalihkan pandangannya ke miss Franka, ”Buang semua pakaian yang sudah dia pakai,jangan ada tersisa satupun.”Miss Franka membungkuk tanpa mengatakan satu katapun lalu pergi menjalankan perintah nyonya besar.“Hum..mana kunci rumah?”Tanya Merri.“Silahkan ambil map plastik yang ad
Merri masih tertidur lelap ketika Dragnar membangunkan dengan membelai lengannya , tidak ada reaksi, dilanjutkan dengan mengusap kepala, diakhiri dengan mengecup kening Merri.Mata yang semula redup tiba-tiba membesar melihat Dragnar sudah berpakaian rapi. Aroma parfum Dragnar membelai hidung Merri.“Honey, aku kerja dulu.Dad sudah menungguku di meja makan untuk sarapan. Mungkin aku pulang agak malam, ada beberapa meeting yang harus aku ikuti.”Merri mengangguk mengerti.“Hum, kalau kamu ketemu dengan mom, usahakan membiasakan memanggil dengan mom ,juga kalau bertemu dengan dad, usahakan memanggilnya dad.Kamu sekarang bukan orang lain, kamu bagian dari keluarga Braspati, kamu anak menantu mereka.”Merri mengangguk lagi,’Terpaksa aku mengalah dan bersabar. Kali ini aku mengalah demi suamiku, bukan demi tante Aida dan oom Baron, Oom Baron aku tidak perlu kuatir, dia menerimaku.’Batin Merri kemudian meraih bahu Dragnar.“Semoga Tuhan memberkatimu dan memberkati semua rencana dan aktivitasm
Bulan madu selama sembilan hari menjadi momen bonding yang hangat, kesempatan berdua mereka tidak hanya diisi dengan permainan cinta, saling mengutarakan isi hati sehingga memperkuat ikatan emosional. Momen bulan madu menciptakan rasa aman, nyaman,kepercayaan Merri terhadap Dragnar . Sampai di mansion, miss Franka dan beberapa pelayan dan pengawal pribadi telah menunggu mereka.Suasana mansion gelap dan dingin, tidak ada keramahan, seperti yang mereka alami di villa dan hotel. Miss Franka , pelayan dan pengawal pribadi menyambut mereka , membungkuk tanpa ekspresi gembira melihat majikannya pulang dari berbulan madu, tidak ada ucapan selamat datang di mansion, bibir mengatup, tubuh membungkuk kaku. Dragnar berjalan tegak, jemarinya memegang jemari Merri melewati mereka.Dragnar tidak mengucapkan sepatah katapun, melirikpun tidak. Merri yang berasal dari keluarga yang diajar menghargai sesama langsung tersenyum,”Sudah lebih jam sebelas malam, kalian belum tidur?” Tanya Merri sekedar b