Home / Romansa / TERPASUNG CINTA PALSU / BAB 3. KERESAHAN MERRIANA.

Share

BAB 3. KERESAHAN MERRIANA.

Author: MARIWINA
last update Last Updated: 2025-01-22 18:25:49

Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari  Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.

‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’

Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.

Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.

Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali  bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah saraf  di Korea.

Ponsel Merri berdenting.

‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’

‘Merri: Aku nagih janjimu, katanya ada oleh-oleh dari Korea.’

‘Dante: memberikan emoji tangan maaf.’

‘Merri : Dasar janji palsu.’

Tidak ada balasan, Merri mencoba menelpon langsung, jawabannya ,Tuut…Tuut..

“Beginilah kalau pacaran dengan dokter bedah, waktunya lebih banyak untuk pasien daripada dengan pacarnya. Huh! Bagaimana kalau kami menikah, aku pasti kesepian sering ditinggalkan.” Kata Merri bermonolog dengan dirinya sendiri.

Dua jam menunggu, antusiasmenya bertemu dengan Dante mulai memudar setelah mandi menunggu kedatangan Dante. Rindu yang ditahannya setelah lima bulan tidak bertemu,  Merri berinisiatif  menjenguk Dante di Semarang, besok  tahun ketiga  mereka berpacaran, ingin dirayakan secara spesial  bersama  Dante.

“Aku ingin membuatnya meleleh, memanggil namaku, kalau dia terangsang baru dia menyatakan cintanya, Merri  love you, My love, make me crazy , you are the best  reliever of my stress, bla..bla…Aku semakin blingsatan di bawah belenggu tubuhnya, tubuhku bagai dipasung dalam kenikmatan yang kami nikmati bersama.” Merri kembali berbicara dengan dirinya sendiri membaringkan dirinya di satu-satunya sofa panjang yang menjadi saksi di awal permainan cinta mereka, sambil menikmati lagu kesayangan Dante, Fire on fire , suara  Sam Smith  mendayu lembut.

Tiba-tiba sebuah tangan menutup matanya dari belakang. Harum parfum khas lelaki menyentuh hidung Merri. Ia hapal betul siapa pemilik parfum itu.

“Maaf. Aku baru saja mengoperasi pasien. Operasinya berat dan lama.”Bisik Dante mesra di telinga Merri.

Merri menoleh, pura-pura memasang wajah cemberutnya, yang kemudian sirna melihat tangan Dante memegang sebuket bunga, memberikan buket bunga anyelir merah, mengusap lembut rambut Merri yang menunggunya sejak tadi.

“Happy anniversary,terima kasih sabar  menungguku untuk melamarmu.”Ujar Dante ,mencium kening Merri dengan mesra.

“Happy Anniversary, my love.”Bisik Merri memegang tangan Dante yang sedang memegang buket anyelir.

Merri meraih buket anyelir menciumnya sepintas, “Hmm.. harum.”

“Hum, aku mandi dulu, baru kita melepaskan rindu.” Kata Dante sambil melangkah ke kamar mandi.

“Aku menunggumu.”Kata Merri , memperbaiki jas kamarnya mencari vas bunga untuk meletakkan buket bunga anyelir , memasukkan ponselnya ke dalam kantong jas kamar kemudian menuju ke kamar tidur.

 “Kamu sudah makan?” Tanya Dante keluar kamar mandi , handuk membalut tubuhnya yang kekar membuat Merri menatapnya penuh gairah.

“Hum, makan siang? Belum.” Jawab Merri ,matanya tidak lepas dari tubuh yang menjulang tinggi di pinggir tempat tidur .

Rindu, hasrat dan gairah  memenuhi kedua makhluk yang sedang menatap satu sama lain, kemudian bibir mereka saling melumat dilanjutkan dengan tubuh saling berpagut, desahan dan erangan memenuhi kamar  sempit apartemen.

Tiga tahun menjalin kasih, mereka telah melakukan hal-hal yang melanggar norma agama ketika Merri mengunjungi Dante ke Semarang. Dia rela menyerahkan keperawannya pada Dante, pria yang dicintainya dan diyakini juga mencintainya.Untuk mengikat Dane yang over dosis dicintainya, Merri merelakan apa saja demi Dante. 

Dante tidak pernah mengobral kata-kata romantis bahkan kata-kata,"Aku mencintaimu." Kata-kata itu tercetus dari bibirnya ketika mereka sedang bercinta , di saat mereka saling menelpon tidak pernah Dante mengucapakna kata Aku mencintaimu, aku merindukanmu, malah Merri lah yang selalu mengucapkannya.

"Dia bukan pria romantis, lingkungan yang membesarkannya mungkin yang membuatnya tidak terbiasa mengekspresikan perasaannya." Bisik Merri lirih .

Merri mengetahui asal usul Dante yang identitas dirinya misterius, siapa orangtuanya, siapa keluarganya, tidak diketahui  bahkan Dante tidak mengetahui asal usulnya. Merri menulikan telinganya ketika orangtuanya mencibir tidak kunjung dilamar Dante.

“Papa dan mama sebenarnya mempermasalahkan silsilah keluarga Dante, tapi karena kamu sangat mencinta pria doktermu , papa dan mama mencoba berdamai dengan hati .Yang penting kamu bahagia. Sudah tiga tahun kalian berpacaran, datang ke rumah inipun dia jarang, malah kalian kalau ketemu di panti asuhan, di café, di mall bahkan kamu sering ke Semarang.” Gerutu papanya Andrew Kristanto.

“Mer, jawab mama dengan jujur,”

“Apa ma?”

“Kamu selama dengan Dante, dia memberlakukanmu dengan sopan?”Tanya mamanya, Anna Siswono Kristanto.

“Iyalah mam,”

“Maksud mama, apakah kalian tidak melewati batas?”

“Mum, Merri menjaganya.”Jawab Merri mengalihkan matanya dari tatapan tajam mamanya, takut mamanya bisa membaca matanya yang telah berbohong.

Bahkan temannya, Rissa, Stella dan Donna selalu menanyakan apakah Dante serius berpacaran dengannya.

“Mer, kamu itu cantik, banyak lho yang ingin mendapatkanmu. Yonas  juga naksir kamu, aku katakan kamu sudah punya pacar.”

“ Mereka tidak tahu aku juga resah dan bingung, apakah Dante benar mencintaiku? Apakah dia hanya menginginkan tubuhku, memenuhi hasrat liarnya ? Mudah-mudahan Dante tidak melupakan bahwa aku telah menemaninya, memberi support sehingga dia bisa menjadi dokter spesialis bedah saraf.” Bisik Merri lirih, kemudian memejamkan matanya.

Wajah Dante  melintas di matanya yang sedang terpejam, dua malam bersama Dante yang sangat piawai memainkan titik-titik nikmat membuat Merri liar.”Dua malam penuh kegilaan cinta kami. Cinta? Nafsu?”Bisiknya lagi memegang lehernya , Dante menyesap lehernya meninggalkan kissmark di sana.

Merri mencari syal kemudian membelit di lehernya yang jenjang untuk menutupi kissmark yang dicetak Dante di lehernya, takut terlihat mama dan papanya jika dia pulang ke rumah.

Sampai di rumah, perjalanan panjang dan melelahkan dari Semarang ke Surabaya, Merri bermaksud beristirahat sebentar kemudian berangkat kerja. Memasuki ruang tamu rumah besar yang belum menampakkan kesibukan di pagi hari, keinginannya naik tangga ke kamarnya di lantai dua, suara bariton khas milik papanya menyambutnya.

“Baru tiba?”

Merri segera menoleh, ayahnya duduk di sofa, tangannya memegang cangkir pasti berisi kopi hitam pahit.

“Papa sudah bangun?” tanya Merri.

“Hum, bagaimana Dante?” Papanya meletakkan cangkir ke meja kopi di sampingnya.

“Jangan berdiri bingung di sana. Sini, duduk di samping papa.”

Merri mengernyitkan keningnya, otomatis tangannya memperbaiki syal yang masih melilit di lehernya.

“Apakah kamu menanyakan kapan Dante melamarmu?”

Merri menunduk, ada ketakutan mendengar pertanyaan papanya.

“Kalian sudah pacaran hum.. tiga tahun lebih, ada niat sih Dante menikahimu?”

“Ada, tapi Dante katakan dia akan mengumpulkan duit dulu baru melamar aku.”

“Mengumpul duit? Apakah dia tahu gantungngin anak gadis sampai tiga tahun tanpa ada kejelasan hubungan bukan sikap gentleman. Lagian umurnya sudah mapan untuk menikah.Waktu papa tanya kapan dia melamarmu, kamu katakan kalian belum siap. Siap apanya? Duit? Papa akan membiayai seluruh biaya pernikahan kalian bahkan bulan madu kalian!”

“Pa, aku belum  tiga puluh. Dante baru tiga puluh dua , kami masih sama-sama sibuk berkarir dulu, menikah sih gampang, apalagi tadi papa katakan siap membiayai pernikahan dan bulan madu aku dan Dante.”

Ayah Merri menghela napasnya panjang, sudah beberapa kali dia menanyakan keseriusan Dante masih mendapatkan jawaban yang sama, belum siap, masih ingin berkarir dan mengumpulkan duit. Sebagai orangtua dia merasa wajib menanyakan kemajuan hubungan anaknya, masa depan anak gadisnya, takut anak gadisnya nanti kebablasan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPASUNG CINTA PALSU   BAB 150. SELESAI SUDAH.

    Setelah kembali ke rumah Ivanka, Merri membaringkan dirinya di tempat tidur, El sudah tertidur kembali. Merri membuka surat wasiat Dragnar. Tangannya dingin dan gemetar ketika membuka amplop , surat berwarna merah muda tiba-tiba meluncur turun karena tangan Merri terus bergetar.Melihat surat berwarna merah muda, Merri menangis teringat saat-saat dimana ia marah,merajuk, Dragnar selalu menyelipkan secarik kertas warna merah muda di bawah bantal, isinya berisi puisi yang melelehkan hati Merri. Sekarang surat dengan warna senada penuh dengan tulisan tangan Dragnar kembali ada di tangannya,Buat wanitaku, wanita istimewa yang kucintai,Merri, maafkan mas tidak bisa menemanimu sampai kita menua. Kita selalu berangan-angan akan menghabiskan masa tua kita di villa, di gunung. Malam yang dingin kita saling memeluk sambil bernostalgia cinta kita.Kanker jahanam ini memutuskan angan-angan kita, mas dan kamu tidak bisa melawannya bahkan para medis yang mengaku unggul juga tidak bisa melawanny

  • TERPASUNG CINTA PALSU   BAB 149. JANGAN AMBIL ANAK KU.

    "Hanya ada dua pilihan. Kamu dan Elnathan tinggal di mansion atau kamu tinggalkan Elnathan dalam asuhan ku dan kamu silahkan tinggalkan mansion." "Ma Aida, Elnathan masih membutuhkan aku. Ia masih menyusui." "Apa??? Sudah satu tahun masih menyusui? Nanti ia jadi anak cengeng, tidak mandiri dan tidak mampu bersikap tegas." Merri menatap ibu Anna ingin mendapatkan dukungan. "Belum setahun menjadi janda,kamu pasti akan menikah lagi dengan dokter Dante." BLESS!! Jantung Merri serasa ditusuk dengan belati. Merri menatap ibu Aida dengan tatapan mata tidak percaya, perkataan ibu Aida yang menusuk serasa menikam jantung Merri.Merri memegang dadanya ada sakit dan perih terasa sangat menyakitkan. "Aku tidak mengatakan asal keluar dari mulutku tapi itu yang ada dalam surat wasiat terakhir Dragnar." Ibu Aida lalu membunyikan bel kecil dekat meja tamu, Miss Franka tiba tiba telah ada di antara mereka. "Miss Franka,ambil dia surat yang ada di laci meja rias saya," Miss Franka membungkuk ba

  • TERPASUNG CINTA PALSU   148. KEGELISAHAN HATI MERRI.

    Pak Baron dan ibu Aida pulang ke mansion, mencari Merri,Elnathan dan suster Lita. Yang dicari tidak ada di kamar mereka. Langsung memanggil Miss Franka. "Apakah Merri dan anaknya kembali ke mansion? "Sampai saat ini mereka belum datang?" " Mereka pulang lebih dulu dari saya dan tuan besar," "Mungkin mereka singgah di motel." Kata pak Baron. "Seharusnya mereka langsung ke mansion," kata ibu Aida lalu mengambil ponselnya. "Merri mengapa kamu tidak pulang ke mansion?" tanya ibu Aida dengan nada tinggi. "Maaf ma,tadi saya mau nelpon ke papa, mama Aida sudah menelpon duluan .Untuk sementara saya dan El tidak ke mansion. Saya ingin menenangkan diri." "Huh, apakah suasana mansion tidak bisa untuk menenangkan diri? Justru motel sangat tidak tepat untuk menenangkan diri, banyak orang yang identitasnya tidak jelas masuk keluar motel!" "Ma, di mansion banyak kenangan indah bersama mas Dragnar ," "Kita akan adakan acara tiga malam dan tujuh malam di mansion. Catat! di mansion bukan di mo

  • TERPASUNG CINTA PALSU   BAB 147. LURUH HATI.

    Kedua orangtua Dragnar akhirnya pulang, mereka kembali ke mansion, tinggal Merri mendampingi Dragnar. Suara monitor mendominasi ketenangan dalam kamar perawatan.Kekuatan uang dan kuasa keluarga Braspati menginginkan Dragnar dirawat di ICU VVIP ,kamar perawatan VVIP dilengkapi dengan monitor ICU.Merri mendekati pembaringan Dragnar, meraih tangan Dragnar lalu memberikan Rosario ke tangan Dragnar. “Mas, kita berdoa Rosario. Aku yang mendaraskan mas tidak usah mengucapkan, takut kalau mas tambah sesak.”bisik Merri di telinga Dragnar. Terdengar Merri mendaraskan Rosario sekali-sekali menatap Dragnar yang masih memejamkan matanya, terlihat tenang. ‘Apakah ia tidur?’ batin Merri kemudian melirik ke arah monitor ICU, nampaknya normal-normal saja. Merri terus mendaraskan peristiwa sedih Rosario sampai lima puluhan, entah mengapa airmatanya menetes ke pipinya ketika pada Yesus wafat di salib,Dragnar yang semula tenang tiba-tiba sulit bernapas. Merri menoleh ke arah monitor ada garis kuning k

  • TERPASUNG CINTA PALSU   BAB 146. KEMBALI KE RUMAH SAKIT.

    "Maafkan aku telah membuatmu terluka hatimu karena kebandelanku,"bisik Dragnar.Merri membalikkan badannya, memunggungi tubuhnya, membelakangi tubuh Dragnar sebagai reaksi tidak peduli atas perkataan Dragnar. Dragnar tahu Merri marah, meskipun kemarahannya tidak diungkapkannya. Dragnar membalikkan tubuhnya lalu memeluk tubuh Merri dari belakang. Merri merasakan napas Dragnar tersengal-sengal.“Aku selalu membuatmu marah, maafkan aku,”ujar Dragnar dengan napas tersengal-sengal. “Mer.. I…love..you..,” Ucap Dragnar dengan nada rendah, terpatah-patah diselingi napasnya yang tersengal-sengal.“Jika kamu mencintaiku, kamu dengar perkataanku, besok ke rumah sakit. Aku bosan mendengar kata mati. Mas aku tahu mas menderita sesudah dikemo.Menghadapi efek kemo bukan berarti menolak rasa sakit, justru mas menerima dengan menangis, mengeluh bahkan mengumpat tapi tidak menyerah.”“Baiklah, besok aku ke rumah sakit. Aku tidak ingin melihatmu sedih kalau aku mati.”Perkataan Dragnar terdengar s

  • TERPASUNG CINTA PALSU   BAB 145. KEBANDELAN DRAGNAR.

    Setelah sarapan , baby El diajak suster Lita bermain di taman mansion. Sejak El hadir di mansion, pak Baron memanjakan dengan memfasilitasi aneka permainan anak-anak, ayunan,jungkat-jungkit,perosotan bahkan pak Baron membuat arena untuk kemah yang tidak diminati oleh baby El.“Pa dan ma , saya mau bicara,”kata Merri.“Apa yang ingin kau bicarakan?”Tanya Dragnar.“Lima hari lagi baby El ulang tahun. ““Oh, baby El berumur setahun, harus dirayakan itu.Kalau bisa kita rayakan secara besar-besaran.” Ujar ibu Aida antusias.Merri menatap Dragnar yang terlihat acuh tak acuh,’Ia terlihat tidak peduli, atau masa bodoh, apakah kemo berefek pada hilangnya empatinya yang biasanya dimiliki mas Dragnar?’ batin Merri.“Iya Ma,ulang tahun pertama baby El perlu dirayakan sebabai momen ungkapan syukur atas satu tahun kehidupan yang telah dilalui. Saya ingin mengundang anak panti asuhan.” Kata Merri.“Anak panti asuhan? Perlukan mereka diundang?”“Sebagai ungkapan syukur dan baby El belajar bahwa di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status