Arsana menatap lekat-lekat orang yang tiba-tiba menciumnya dengan begitu beringas. Udara terasa tegang di sekitar mereka, dan Arsana merasakan denyut nadi yang cepat di lehernya. Kini Arsana tahu siapa orang yang menciumnya, setelah ciuman itu dilepaskan olehnya.“Zayver?” Arsana berucap dengan nafas terengah-engah. Zayver menyeringai, membuat Arsana merasa merinding dengan senyum yang muncul di bibir nya itu. “Z-Zayver, bukankah kamu sedang bekerja?” Arsana sedikit gelagapan melihat Zayver yang berada di hadapannya saat ini. Arsana sedikit waspada, takut ada barang-barang yang dipakai Arsana untuk berpura-pura menyamar menjadi Arsa semalam, tidak disimpan dengan baik. “Itu bukan urusanmu!” jawab Zayver dengan begitu dingin. “Ya, aku tahu pekerjaanmu memang bukan urusanku, tetapi kenapa pulang tiba-tiba lalu datang kemari? Jika kamu merindukanku, aku bisa pulang kerumah terlebih dahulu kamu hanya perlu mengabariku saja!” Arsana mencoba bersikap tenang, walaupun di dalam hatinya
Saat keduanya berjalan menuju sudut gelap yang tersembunyi di balik tembok sekolah di bagian belakang.Dengan keberaniannya dan tekad yang bulat, Arsana bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya. Misi rahasia yang masih belum terungkap, kali ini Arsana harus mengungkapnya, setidaknya dia sudah tahu beberapa lokasi tertentu.Setiap langkahnya diatur dengan penuh kehati-hatian, menggenggam erat kamera yang di pinggulnya. Arsana tidak bisa membiarkan misinya terus tertunda. Ada banyak anak kecil yang hilang akhir-akhir ini, dan juga para gadis.Krek!Arsana menginjak ranting pohon, dengan cepat dia bersembunyi di balik pohon besar.Jojo dan salah satu rekannya saling bertatapan untuk sesaat sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju gudang sekolah.Arsana semakin dibuat penasaran dengan mereka. Dia terus merekam semua perjalanan sampai Arsana melihat ada 4 orang yang sudah menunggu di sana. Arsana melihat Jojo berbicara dengan orang yang memakai topi sebelum orang
Para pasukan khusus yang diperintahkan untuk datang ke tempat Arsana berada mulai dalam perjalanan, menuju lokasi yang telah mereka temukan. Mereka juga cukup terkejut dengan keberanian Arsana yang seperti sekarang ini. Dia rela tertangkap demi menyelesaikan misinya.**** Zayver baru saja tiba di lokasi di mana Matteo berada.“Kau, cepat sekali Zayver,” ucap Matteo sambil mengajak Zayver masuk ke sebuah bangunan.“Tunggu, mengapa kamu membawa saya ke sini?” Zayver menghentikan langkahnya.“Seperti biasa, aku kalah dalam permainan.” ucapan singkat Matteo membuat Zayver bertanya-tanya.Zayver tidak berkata apa-apa setelah melihat tatapan memelas dari Matteo dan luka di sudut bibirnya, menandakan bahwa Matteo membutuhkan bantuan.Tidak biasanya Matteo meminta bantuan dengan cara seperti ini, terutama di tempat yang tampaknya bukan sembarangan.Zayver dan Matteo masuk ke dalam bangunan yang sekarang cukup dipahami oleh Zayver setelah melihat sekilas.“Human Trafficking,” gumam Zayver pel
Kimchi tertawa senang mendengar apa yang dikatakan Matteo.“Apa aku tertarik?”“Tentu saja aku tertarik, tetapi aku ingin memilih wanita cantik secara langsung, karena setelah masuk ke klub, wanita jelek pun bisa menjadi cantik dengan make upnya! Ngomong-ngomong, kalian bagaimana menyeleksi mereka? Apa dengan cara melihat milik mereka?”Matteo terus saja banyak bicara, dia sengaja memancing pembicaraan itu agar semakin cepat menemukan Arsana yang telah dekat dengan tempat seleksi.“Kau sangat pintar menebak, kami memang menyeleksi para wanita itu dengan cara seperti itu! Aku akan membawa kalian ke tempatnya langsung.”Kimchi mulai berjalan ke lantai bawah, menuju ruangan tempat seleksi.“Tuan Matteo, kamu bisa masuk ke dalam dan melihatnya lebih jelas lagi! Namun, harus-”Kimchi belum selesai berucap, Matteo sudah memotongnya.“Kau tenang saja! Aku akan membayarnya sekarang juga,”Matteo segera mentransfer sejumlah uang pada Kimchi dengan nominal yang cukup banyak.“Ini baru setengahn
Arsana terus saja mencari kesana kemari, dia belum bisa menemukan keberadaan anak didiknya. “Arsana, dimana mereka?” tanya Zayver yang memang tidak tahu wajah anak-anak itu. “Zayver, mereka tidak ada disini!” Arsana terlihat gelisah, Zayver yang sejak tadi menggenggam erat tangan Arsana makin mempererat tangannya.“Kita, akan mencarinya di sana!” Zayver menarik Arsana semakin dalam, memasuki kerumunan orang-orang yang sedang berlarian kesana kemari, bahkan terus saja menabrak tubuh Arsana dan Zayver yang melawan arah. Hati Arsana mendadak menghangat dengan perlakukan Zayver yang berusaha melindunginya di tengah-tengah kerumunan tersebut. Zayver merangkul pundak Arsana agar orang-orang yang berlarian mencari jalan keluar tak dapat menyenggol pundaknya. Arsana berhasil menemukan anak-anak itu, mereka sedang ketakutan berada di pojokan. “Ibu guru…” Anak-anak itu memanggil Arsana, dengan senyum yang mengembang Arsana segera memeluk mereka semua, tak ada satu orang pun yang terpisah
Arsana yang kini berada di ruang rahasianya mencoba mencari tahu tentang pekerjaan Zayver melalui komputernya. Namun, Arsana tidak menemukan proyek besar seperti yang terlihat dalam gambar diambil dari ruang kerjanya.Saat Arsana sedang fokus pada gambar proyek tersebut, tiba-tiba dia teringat dengan Edward yang terlibat dalam perdagangan manusia. Arsana tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya terhadap Edward, yang sebelumnya dianggap sebagai rekan kerja. Dengan ragu, Arsana menatap nomor ponsel Edward yang masih tersimpan di kontak teleponnya, namun dia mengurungkan niatnya untuk tidak menelepon Edward.Arsana kemudian mengetik pesan dan mengirimnya pada rekan timnya, meminta data pelaku yang sudah ditangkap pada kejadian minggu lalu. Dalam waktu singkat, Arsana mendapatkan beberapa identitas para pelaku yang telah ditangkap. Namun, dahi Arsana mengkerut setelah membaca nama Edward yang ternyata telah tertangkap dan saat ini berada di tahanan.Setelah sejenak terdiam, tanpa berpiki
Huek! Huek! “Kau, mau aku panggilkan dokter?” tanya Zayver yang masih berdiri di samping Arsana. “Tidak perlu, aku baik-baik saja! Lebih baik, kamu pergilah bekerja.”“Ck! Kau memang keras kepala,” ucap Zayver memilih pergi ke kamarnya tanpa memperdulikan Arsana. Arsana terdiam, mendadak rasa mualnya menghilang saat Zayver pergi. “Sepertinya, aku alergi dengan pria itu!” Arsana bergumam sambil berjalan keluar dari kamar mandi. Matanya membulat, menatap tanggal yang ada di ponselnya. “Tidak mungkin! Aku-” Dengan wajah menunduk Arsana menatap ke arah perutnya yang masih rata, wajahnya terlihat cemas.**** Arsana terlihat murung saat menatap makanannya dengan tatapan kosong, seolah-olah pikirannya sedang melayang ke tempat yang jauh.Arsana terus menatap makanannya tanpa sepatah kata pun. Ekspresinya begitu suram, seakan-akan memperlihatkan beban pikiran yang terlalu berat baginya untuk diungkapkan. Suasana hening tercipta di sekitarnya, hanya suara sendok yang berada di tangan
"Astaga, Andre! Rara! Jadi ini yang kalian lakukan di belakangku?!" Arsana Putri membekap mulutnya tatkala melihat Andre dan Rara, sahabat Arsana yang sedang memadu kasih di atas ranjang apartemen milik Andre Wiranto, tunangannya. Seketika, Andre yang terkejut langsung menyingkirkan Rara dengan kasar yang sedari tadi bergerilya dan bergoyang di atas tubuhnya, lalu memakai handuk kimono dengan tergesa. "Dasar pengkhianat!" geram Arsana. "Arsana, ini tidak seperti yang kamu lihat!" ujar Andre seraya menarik tangan Arsana yang hendak pergi. "Apa? Kita ini sudah tunangan, Andre, sebentar lagi kita akan menikah!" teriak Arsana dengan mata yang berkaca-kaca. "Arsana, lebih baik kamu bergabung saja dengan kami. Ayo!" ajak Rara tanpa merasa berdosa. "Diam kamu, Rara!" Andre menatap tajam sahabat dari tunangannya itu. "Kalian berdua memang menjijikkan!" Arsana mengepalkan tangannya yang berkeringat, air matanya sudah tak bisa tertahankan lagi, tetapi dia tak ingin menunjukkan rasa sedi