Share

Diarak (13)

-Diarak-

Aku terkesiap.

“Kamu sadar apa yang kamu lakukan, Hangga?” tanya Papa.

“Ia, Pa. Sadar, Pa. Maafin Hangga, Pa. Hangga nggak mengira kejadiannya akan seperti ini.”

Ia masih menangis dan memohon maaf pada Papa.

Di detik ini, aku sudah tak bisa menahan buncahan air mata. Benakku dijejali kenangan masa lalu. Terbayang kilasan-kilasan peristiwa dimana ia bersumpah akan sehidup semati denganku. Pakaian pengantin itu, terkemas gagah di tubuhnya, lantas ia bersujud memohon restu kepada Papa dan Mama. Lalu tangan kekar itu, menyambut tangan dan mencium jari-jemariku dengan lembut.

Terbayang hari pertama Sefina lahir, wajah Mas Hangga sumringah bahagia. Terbayang kebersamaan Mas Hangga dan anak-anak bermain di Kidzania.

Tangisku tambah menderas membayangkan betapa anak-anak sangat mencintai Mas Hangga begitu pula Mas Hangga.

Sampai tiba-tiba di ruangan ini terdengar pekikan. kubalikkan tubuh.

Inem!

Inem sudah memegang pisau kecil dan bersiap menyayat nadinya!

Aku terkesiap.

“Kalau k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status