Share

3. THE BRIDAL SHOWER

PARAMITHA POV

Satu bulan berlalu usai hari lamaran berlangsung.

Hari ini, aku akan mengisi acara Bridal Shower yang diadakan oleh kerabat terdekat dan para sahabat terbaikku.

Bridal shower adalah pesta untuk calon pengantin perempuan dalam rangka merayakan lepasnya masa lajang sebelum hari pernikahannya tiba. Acara ini dihadiri oleh teman, sahabat dan keluarga besar dari calon ke dua mempelai.

Kata shower di sini bukan berarti mandi dalam makna sesungguhnya, melainkan bermakna momen di mana calon pengantin wanita dihujani banyak kado dan kebahagiaan dari orang-orang terdekatnya.

Tujuan acara ini, selain untuk bersenang-senang juga sebagai momen pemberian hadiah untuk calon pengantin sebelum ia memulai kehidupan barunya.

Semua kerabat terdekatku merancang acara hari ini dengan sedemikian rupa dan menjadikan aku serta Mas Handaru, calon suamiku sebagai pangeran dan ratu dalam acara.

Segala hal yang menyangkut dengan kegiatan acara semua atas koordinasi Eren, dibantu teman-teman terdekatku yang lain dan juga para Om, Tante, serta beberapa sepupu-sepupu tersayangku.

Ya, keluargaku memang merupakan keluarga besar.

Ayahku yang seorang Dosen di salah satu Universitas terkemuka di Jakarta memiliki lima saudara kandung yang ke semuanya sudah menikah dan sukses dengan karirnya masing-masing. Salah satunya adalah Om Drajat. Dia adalah seorang perwira militer angkatan darat. Terakhir aku bertemu dengan Om Drajat itu sekitar satu tahun lalu saat Pamanku itu masih bertugas di Jakarta. Sementara Ibuku adalah anak tunggal yang berprofesi sebagai seorang designer.

Sejak kecil aku dididik dalam lingkungan yang baik dengan penerapan kedisiplinan yang tinggi. Ayah tidak pernah mengizinkan aku keluar rumah saat hari sudah gelap jika tidak untuk tujuan yang jelas, seperti kepentingan sekolah, kuliah, bahkan di saat aku sudah bekerja sebagai salah satu Manager di perusahaan terkemuka di Jakarta, Ayah masih saja mengkhawatirkan aku, si anak semata wayangnya.

Sejauh ini aku sama sekali tidak terbebani atas sikap over protektif yang diterapkan Ayah padaku karena aku sadar apa yang Ayah lakukan semuanya kembali untuk diriku sendiri. Banyak hal yang terjadi di luar sana, yang bisa kujadikan sebagai pelajaran berharga di saat aku mendapati teman-temanku justru terlibat dalam pergaulan bebas yang akhirnya merugikan diri mereka sendiri.

Mereka bilang, aku kuper karena tidak pernah mau ikut jika mereka mengajakku hang out ke Club malam. Tidak mau mencoba minuman beralkohol, tidak merokok, bahkan aku tidak pernah memakai pakaian minim ketika aku keluar rumah. Sampai akhirnya aku bertemu Eren, satu-satunya sahabat terbaik yang aku miliki hingga saat ini. Sebab, sejauh ini hanya Eren yang mengerti akan diriku.

Itulah mengapa, hanya kepada Eren lah aku berani mengungkapkan semua keluh kesah yang aku rasakan dalam hati selama ini.

Bagiku, Eren bukan sekedar sahabat tapi lebih daripada itu.

"Aduh calon pengantin wanita ini lama sekali dandannya. Acara sudah mulai sejak tadi dia baru datang. Kasihankan Mas Handaru menunggu terlalu lama," oceh Tante Rina. Dia adalah adik bungsu Ayahku dan salah satu keluarga yang paling dekat denganku.

Usia Tante Rina yang hanya terpaut lima tahun lebih tua dariku membuatku nyaman menceritakan tentang banyak hal padanya. Selain cerewet dan genit, Tante Rina ini sangatlah perhatian padaku.

"Maaf ya sudah membuat kalian menunggu," ucapku dengan senyuman lebar kepada para hadirin di dalam acara.

Tante Rina menggandeng lenganku dan mendudukkan aku di kursi kayu yang bersebelahan dengan Mas Handaru karena acara ke dua akan segera di mulai, yakni sesi games atau permainan.

Permainan pertama dinamakan tes kekompakan calon pengantin. Di mana para host yaitu Tante Rina dan Eren akan meminta calon pengantin perempuan untuk menjawab serangkaian pertanyaan yang sebelumnya telah ditanyakan pada calon pengantin pria. Apabila jawaban mereka tidak saling cocok, maka calon pengantin perempuan akan mendapat hukuman, begitu pun jika yang terjadi sebaliknya.

Momen bermain games seperti inilah yang nantinya akan menghiasi kemeriahan pesta, menciptakan banyak canda tawa dan memori tak terlupakan.

Biasanya ada tiga aktivitas penting yang dilakukan saat pesta.

Pertama, diawali dengan menikmati makanan dan minuman bersama-sama. Selepas acara makan-makan, lalu berlanjut dengan bermain games bridal shower, dan terakhir adalah acara paling spesial, yaitu buka kado.

Aku memang sudah melewatkan acara makan-makan karena aku berniat untuk diet demi mempersiapkan hari pernikahanku kelak. Sadar bahwa akhir-akhir ini bobot tubuhku naik, maka aku harus segera mengambil tindakan sebelum semuanya berubah menjadi berlebih.

"Belum jadi pengantin saja cantiknya sudah kelewatan," bisik lelaki berkemeja hitam di sampingku. Dia Mas Handaru, calon suamiku. Lelaki paling jahil yang sangat suka menggombal di hadapanku. "Aku sangat bersyukur bisa jadi satu-satunya lelaki yang diberi kesempatan memiliki bidadari seperti dirimu," tambah Handaru lagi yang langsung kusambut dengan sebuah cubitan kecil di pinggangnya. Membuat Mas Handaru meringis kesakitan.

"Gombalan kamu itu pasaran, Mas!" Balasku menahan senyum.

"Gombalan boleh pasaran, tapi cintaku padamu dijamin limited edition,"

"Dasar!" Aku langsung memalingkan wajahku yang terasa memanas. Gombalan Mas Handaru memang pasaran dan receh, tapi anehnya hal itu selalu sukses membuat pipiku merona dan jantungku berdentum-dentum keras.

Permainan pun dimulai.

Aku dan Mas Handaru diminta untuk duduk saling memunggungi dengan jarak yang cukup jauh.

Eren berada di kubuku, sedangkan Tante Rina berada di kubu Mas Handaru.

Kedua host itu mengajukan beberapa pertanyaan pada kami masing-masing hingga setelahnya hendak dicocokkan satu sama lain.

"Apa makanan favoritnya Handaru?" Tanya Tante Rina padaku.

"Sate Padang," jawabku cepat tanpa berpikir. Mas Handaru itu orang Minang dan dia sangat suka sate yang berasal dari tanah kelahirannya Sumatra Barat.

"Oke, betul. Pertanyaan kedua, lanjut Eren," sahut Tante Rina mempersilahkan Eren untuk mengajukan pertanyaan pada Mas Handaru.

"Apa sebenarnya cita-cita Mitha sewaktu kecil?"

Susah payah aku menahan tawa. Eren memang paling jago membuat lawannya tidak berkutik. Melihat tampang Mas Handaru yang kebingungan membuatku jadi sakit perut.

"Polwan,"

Aku dan Eren sontak saling pandang. Jawaban Mas Handaru benar. Padahal seingatku, aku tidak pernah membahas hal ini jika sedang bersama dengannya sejauh ini.

Aku tersenyum kecut saat melihat Mas Handaru menyunggingkan senyum penuh kemenangannya.

Saatnya giliranku ditanya kembali. Semoga saja aku bisa menjawabnya dengan mudah.

"Sebutkan nama mantan Handaru yang terakhir sebelum dia mengenal dirimu?" Tanya Tante Rina padaku.

Aku ingat, kalau masalah ini pernah dibahas oleh Mas Handaru sebelumnya. Tapi kenapa aku bisa lupa ya siapa nama mantan Mas Handaru itu?

Aku terus berpikir dan berusaha mengingat lebih jauh meski pada akhirnya aku tetap saja lupa.

Sial!

"Waktu habis," teriak Tante Rina pada akhirnya.

Aku mendesah berat dan harus terpaksa menerima kekalahan.

"Hukum Mitha! Hukum Mitha! Cium-cium-cium!"

Kompak seluruh hadirin di acara Bridal Shower hari ini memintaku untuk mencium Mas Handaru.

Tak punya pilihan, aku pun mencium cepat pipi Mas Handaru yang terus saja mengerling genit ke arahku dihadapan begitu banyak orang yang langsung menyoraki kami.

"Kok cuma sebelah ciumnya? Pipiku ada dua loh ini," kata Mas Handaru tak tahu malu. Dia menunjuk ke arah pipi kirinya mengisyaratkan aku untuk segera menciumnya kembali.

Ish! Dasar mesum!

Makiku sewot dalam hati. Malu sekali rasanya. Meski sesungguhnya aku menikmati acara hari ini. Bahkan sangat-sangat menikmatinya.

Acara hari ini semakin terasa ramai dan meriah saat aku dibantu beberapa sepupu kecilku membuka satu persatu kado dari para bridesmaid.

Hingga suatu ketika, aku memekik tertahan saat mendapati sebuah kotak kado yang berisi mayat seekor kucing dengan kepala yang Termutilasi.

"Ada apa Mitha?" Tanya Mas Handaru yang langsung cekatan menghampiriku yang menangis sambil menutup mulut saking terkejut dan takut.

Mas Handaru merangkul tubuhku setelah dia melempar jauh-jauh kotak kado itu.

"Sudah-sudah, jangan menangis," ucap Mas Handaru menenangkan.

Keadaan ruangan yang tadinya ramai mendadak hening. Kejadian itu cukup membuat para keluarga menjadi resah dan bertanya-tanya.

"Sudah-sudah, mungkin cuma kelakuan orang iseng. Tidak usah diperpanjang," ucap Tante Rina mencoba mencairkan suasana.

Tante Rina mendekatiku seraya berkata, "lebih baik kita lanjutkan acara penutup saja, Mitha,"

"Iya Tante, benar sekali. Lebih baik sekarang kita langsung saja berangkat, bagaimana?" Sambung Eren.

Jujur, aku masih tidak mengerti apa yang mereka maksud. Acara penutup? Bukankah acara penutup adalah acara buka kado tadi? Memang ada acara apa lagi? Pikirku membatin.

Hingga akhirnya Ayah dan Ibu mendekatiku juga dan mengatakan sesuatu padaku, "Tante Rina mengajakmu mampir ke sebuah Club Malam milik teman dekatnya. Untuk hari ini, Ayah dan Ibu mengizinkan. Kamu boleh bersenang-senang di sana Mitha. Pergilah,"

"Tapi Ayah?"

"Mitha, selama ini kamu itu sudah melaksanakan peranmu dengan sangat baik sebagai seorang anak. Kamu anak yang sangat berbakti karena telah menuruti semua perintah Ayah selama ini tanpa pernah melawan. Kamu bisa menjaga nama baik keluarga dan membuat Ayah bangga dengan keberhasilanmu. Malam ini, Ayah dan Ibu sepakat untuk memberi izin padamu, sekadar memberimu kesempatan untuk lebih mengenal dunia luar. Bagaimana Handaru? Kamu mengizinkan Mitha pergi bersama kawan-kawannya kan?"

Mas Handaru tersenyum pada Ayah diikuti anggukan pasti kepalanya.

"Tentu Ayah. Handaru pasti mengizinkan, hanya saja, Handaru tidak bisa ikut karena ada pekerjaan malam ini. Tidak apa kan Mitha jika aku tidak menemanimu malam ini?"

"Tidak apa-apa, Mas,"

"Sudah tidak usah drama. Malam ini Mitha akan aman bersamaku. Aku yang akan menjaga Mitha malam ini, oke? Kita berangkat sekarang saja ya?" Kata Tante Rina memberi komando.

Jujur, aku memang senang telah diberi kesempatan untuk merasakan bagaimana gemerlapnya dunia malam di Jakarta.

Setelah hampir sebagian hidupku selama ini aku pergunakan untuk mendekam diri di dalam kamar dan belajar.

Hanya saja, entah kenapa, perasaanku mendadak tidak enak

Tepat saat aku kembali mengingat kejadian isi kotak kado tadi.

Semoga saja, itu bukan pertanda buruk.

Semoga saja, acara penutup Bridal Shower ku malam ini akan menjadi malam terindah yang tak akan mampu aku lupakan seumur hidupku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status