Share

4. THIS MUST BE A NIGHTMARE

Untuk pertama kalinya seumur hidup, Mitha berhasil menjejakkan kakinya di sebuah Club malam elit di pusat Jakarta.

The Dragon's Club, sebuah tempat hiburan malam yang selalu ramai pengunjung, di mana para pengunjungnya kebanyakan berasal dari kalangan atas.

Seiring maju zaman dan semakin berkembangnya tekhnologi, tempat hiburan dan wisata malam kian menjamur di berbagai penjuru Ibu Kota.

Hiruk pikuk Kota Jakarta yang semakin ramai dengan berbagai aktifitas dan rutinitas penduduknya, membuat kota ini tak pernah sepi dari pagi hingga larut malam. Tak dapat dipungkiri, kota ini seakan tak pernah mati dengan berbagai kegiatan yang ada di dalamnya. Termasuk betapa gemerlapnya Ibukota di malam hari.

Keadaan ini menyiratkan ke-hedonis-an yang berhubungan dengan berubahnya gaya hidup.

Jika selama ini, kesenangan yang Mitha ketahui hanyalah seputaran kehidupan dengan rutinitasnya yang monoton dan teratur, namun segalanya berubah di hari perayaan Bridal Showernya malam ini.

Mitha memang sudah menjadi warga Ibukota sejak dia terlahir ke dunia, tapi tak banyak tempat-tempat di Ibukota yang pernah dia singgahi akibat terlalu sibuk mengejar karir dan berkutat dengan setumpuk buku-buku berbasis bisnis di kamarnya.

Mitha bahkan hampir tak pernah keluar rumah kecuali di hari weekend, itu pun lebih sering bersama keluarga ketimbang teman atau sahabatnya.

Eren, satu-satunya sahabat terdekat Mitha juga sibuk mengurus usaha bisnis keluarganya dalam bidang pengolahan makanan cepat saji. Eren baru saja membuka cabang baru restorannya di daerah Bandung. Itulah sebabnya, intensitas pertemuan Mitha dan Eren tidak bisa sesering dulu, saat mereka masih menempuh perguruan tinggi di universitas yang sama.

"Ayo Mitha, kita joget di lantai dansa," ajak Eren dan Tante Rina.

Mitha yang memang pemalu langsung menolak. Dia masih merasa asing berada di tengah-tengah kerumunan orang di dalam Club yang seolah asik dengan dunia mereka sendiri. Menjadi sebuah hal baru bagi Mitha saat dirinya harus melihat betapa liarnya manusia-manusia di tempat ini.

Urat malu mereka seolah sudah putus karena dengan leluasanya saling bercumbu, berciuman bibir di tengah keramaian. Belum lagi aroma santer alkohol yang terhirup rongga pernapasannya. Membuat Mitha sedikit mual.

"Aku tunggu di sini saja, kalian bersenang-senanglah," ucap Mitha menolak dengan halus ajakan Eren dan Tante Rina serta sahabat-sahabatnya yang lain.

"Ya sudah, kamu jangan kemana-mana ya. Tetap stay di sana dan duduk cantik. Oke? Jika ada yang berani mengganggumu, langsung panggil aku," perintah Eren sebelum dia beranjak ke lantai dansa.

Mitha hanya tersenyum lebar mendengar ucapan Eren, sahabatnya yang tomboy itu.

"Hm, Mas," sapa Mitha pada salah satu Bartender di sana.

"Ya, ada yang bisa kubantu, Nona cantik?" Jawab seorang bartender bernama Riko.

"Aku haus, aku ingin pesan minuman tapi yang non alkohol ya," ucap Mitha.

"Oke baiklah. Tunggu sebentar ya,"

Sang bartender tampak berlalu.

Mitha kembali menikmati suasana. Tatapannya mengitari sekeliling ruangan bernuansa gelap dengan pencahayaan lampu disko berwarna-warni. Hentakan music house terdengar memekik telinga. Membuat debaran jantung Mitha ikutan berdisko ria.

Tatapan Mitha sempat tertuju pada salah satu bangku di ujung ruangan, di mana di sana terdapat sekitar lima orang lelaki bertubuh tegap dengan potongan rambut bak tentara yang sedang asik bercengkrama sambil sesekali menenggak minuman.

Sepersekian detik, tatapan Mitha bertubrukan dengan tatapan salah satu lelaki di sana yang juga sedang menatap ke arahnya.

Tatapan lelaki itu tajam dan menusuk. Meski dari wajahnya yang berparas tampan, dia terlihat seperti orang baik. Entahlah, tidak penting juga untuk dipikirkan.

Mitha buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain di saat minuman yang dia pesan pun datang.

Karena haus, Mitha pun langsung menenggak minuman itu hingga tandas tak bersisa.

Waktu terus berjalan.

Tante Rina dan Eren masih asik berjoget di lantai dansa sementara Mitha masih tetap dalam posisinya semula. Duduk di depan salah satu meja bar sambil menikmati keadaan di sekitarnya.

Hingga pada saatnya, Mitha mulai merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuhnya.

Kepalanya mendadak pening dan berkunang-kunang.

Pandangannya pun kian berkabut.

Mitha sempat melihat siluet seseorang yang diyakininya adalah seorang perempuan yang berhambur ke arahnya tepat satu detik sebelum akhirnya Mitha benar-benar kehilangan kesadaran.

*****

Di sebuah kamar hotel berbintang lima dengan fasilitas mewah kelas Wahid, dua orang manusia tampak tertidur berbalut selimut putih di atas ranjang super besar.

Keadaan kamar itu berantakan dengan beberapa helai pakaian yang tercecer di lantai.

Siluet sinar matahari mengintip di balik gorden berwarna golden yang terayun tertiup angin dari arah balkon.

Perlahan tapi pasti tubuh salah satu manusia di atas ranjang itu bergerak.

Seorang wanita berambut panjang dengan tubuh yang tertutup selimut berwarna putih tampak menggeliat. Sesuatu yang begitu kuat memeluk tubuhnya dari samping membuat ruang geraknya terbatasi.

Wanita itu membuka mata dan menatap langit-langit kamar yang bernuansa putih keemasan dengan lampu gantung yang cukup besar berada di tengah-tengah ruangan.

Kepalanya masih terasa pening hingga wajah cantiknya meringis.

Mitha menelan salivanya susah payah di tengah usahanya untuk mengembalikan kesadaran secara penuh. Saat dirinya menoleh ke samping, bersamaan dengan semakin jelasnya pandangan matanya, betapa terkejutnya Mitha ketika mendapati sesosok tubuh kekar seorang lelaki bertelanjang dada berada di sampingnya. Lelaki asing yang tak sama sekali dikenalnya. Lelaki itu tertidur dengan begitu pulas di ranjang yang sama dengannya. Bahkan dengan leluasa memeluk tubuhnya yang saat itu...

Polos, tanpa sehelai benang pun yang menempel di sana.

Apa yang telah terjadi padaku?

Kemana Tante Rina? Eren? Dan yang lain?

Kenapa aku bisa ada di sini?

Siapa lelaki ini?

Mitha hanya bisa bertanya-tanya sendiri tanpa bisa menemukan jawabannya.

Panik, Mitha menggeser cepat tangan lelaki yang berada di atas perutnya. Tak perduli jikalau lelaki itu akan terbangun karena yang Mitha tahu, dia harus lekas pergi dari tempat itu.

Di tengah kekalutan dan ketakutannya itu, Mitha benar-benar berharap, bahwa apa yang telah terjadi saat ini hanyalah sebuah mimpi.

Mimpi terburuk yang pernah dia alami.

Seumur hidupnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status