Untuk pertama kalinya seumur hidup, Mitha berhasil menjejakkan kakinya di sebuah Club malam elit di pusat Jakarta.
The Dragon's Club, sebuah tempat hiburan malam yang selalu ramai pengunjung, di mana para pengunjungnya kebanyakan berasal dari kalangan atas.
Seiring maju zaman dan semakin berkembangnya tekhnologi, tempat hiburan dan wisata malam kian menjamur di berbagai penjuru Ibu Kota.
Hiruk pikuk Kota Jakarta yang semakin ramai dengan berbagai aktifitas dan rutinitas penduduknya, membuat kota ini tak pernah sepi dari pagi hingga larut malam. Tak dapat dipungkiri, kota ini seakan tak pernah mati dengan berbagai kegiatan yang ada di dalamnya. Termasuk betapa gemerlapnya Ibukota di malam hari.
Keadaan ini menyiratkan ke-hedonis-an yang berhubungan dengan berubahnya gaya hidup.
Jika selama ini, kesenangan yang Mitha ketahui hanyalah seputaran kehidupan dengan rutinitasnya yang monoton dan teratur, namun segalanya berubah di hari perayaan Bridal Showernya malam ini.
Mitha memang sudah menjadi warga Ibukota sejak dia terlahir ke dunia, tapi tak banyak tempat-tempat di Ibukota yang pernah dia singgahi akibat terlalu sibuk mengejar karir dan berkutat dengan setumpuk buku-buku berbasis bisnis di kamarnya.
Mitha bahkan hampir tak pernah keluar rumah kecuali di hari weekend, itu pun lebih sering bersama keluarga ketimbang teman atau sahabatnya.
Eren, satu-satunya sahabat terdekat Mitha juga sibuk mengurus usaha bisnis keluarganya dalam bidang pengolahan makanan cepat saji. Eren baru saja membuka cabang baru restorannya di daerah Bandung. Itulah sebabnya, intensitas pertemuan Mitha dan Eren tidak bisa sesering dulu, saat mereka masih menempuh perguruan tinggi di universitas yang sama.
"Ayo Mitha, kita joget di lantai dansa," ajak Eren dan Tante Rina.
Mitha yang memang pemalu langsung menolak. Dia masih merasa asing berada di tengah-tengah kerumunan orang di dalam Club yang seolah asik dengan dunia mereka sendiri. Menjadi sebuah hal baru bagi Mitha saat dirinya harus melihat betapa liarnya manusia-manusia di tempat ini.
Urat malu mereka seolah sudah putus karena dengan leluasanya saling bercumbu, berciuman bibir di tengah keramaian. Belum lagi aroma santer alkohol yang terhirup rongga pernapasannya. Membuat Mitha sedikit mual.
"Aku tunggu di sini saja, kalian bersenang-senanglah," ucap Mitha menolak dengan halus ajakan Eren dan Tante Rina serta sahabat-sahabatnya yang lain.
"Ya sudah, kamu jangan kemana-mana ya. Tetap stay di sana dan duduk cantik. Oke? Jika ada yang berani mengganggumu, langsung panggil aku," perintah Eren sebelum dia beranjak ke lantai dansa.
Mitha hanya tersenyum lebar mendengar ucapan Eren, sahabatnya yang tomboy itu.
"Hm, Mas," sapa Mitha pada salah satu Bartender di sana.
"Ya, ada yang bisa kubantu, Nona cantik?" Jawab seorang bartender bernama Riko.
"Aku haus, aku ingin pesan minuman tapi yang non alkohol ya," ucap Mitha.
"Oke baiklah. Tunggu sebentar ya,"
Sang bartender tampak berlalu.
Mitha kembali menikmati suasana. Tatapannya mengitari sekeliling ruangan bernuansa gelap dengan pencahayaan lampu disko berwarna-warni. Hentakan music house terdengar memekik telinga. Membuat debaran jantung Mitha ikutan berdisko ria.
Tatapan Mitha sempat tertuju pada salah satu bangku di ujung ruangan, di mana di sana terdapat sekitar lima orang lelaki bertubuh tegap dengan potongan rambut bak tentara yang sedang asik bercengkrama sambil sesekali menenggak minuman.
Sepersekian detik, tatapan Mitha bertubrukan dengan tatapan salah satu lelaki di sana yang juga sedang menatap ke arahnya.
Tatapan lelaki itu tajam dan menusuk. Meski dari wajahnya yang berparas tampan, dia terlihat seperti orang baik. Entahlah, tidak penting juga untuk dipikirkan.
Mitha buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain di saat minuman yang dia pesan pun datang.
Karena haus, Mitha pun langsung menenggak minuman itu hingga tandas tak bersisa.
Waktu terus berjalan.
Tante Rina dan Eren masih asik berjoget di lantai dansa sementara Mitha masih tetap dalam posisinya semula. Duduk di depan salah satu meja bar sambil menikmati keadaan di sekitarnya.
Hingga pada saatnya, Mitha mulai merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuhnya.
Kepalanya mendadak pening dan berkunang-kunang.
Pandangannya pun kian berkabut.
Mitha sempat melihat siluet seseorang yang diyakininya adalah seorang perempuan yang berhambur ke arahnya tepat satu detik sebelum akhirnya Mitha benar-benar kehilangan kesadaran.
*****
Di sebuah kamar hotel berbintang lima dengan fasilitas mewah kelas Wahid, dua orang manusia tampak tertidur berbalut selimut putih di atas ranjang super besar.
Keadaan kamar itu berantakan dengan beberapa helai pakaian yang tercecer di lantai.
Siluet sinar matahari mengintip di balik gorden berwarna golden yang terayun tertiup angin dari arah balkon.
Perlahan tapi pasti tubuh salah satu manusia di atas ranjang itu bergerak.
Seorang wanita berambut panjang dengan tubuh yang tertutup selimut berwarna putih tampak menggeliat. Sesuatu yang begitu kuat memeluk tubuhnya dari samping membuat ruang geraknya terbatasi.
Wanita itu membuka mata dan menatap langit-langit kamar yang bernuansa putih keemasan dengan lampu gantung yang cukup besar berada di tengah-tengah ruangan.
Kepalanya masih terasa pening hingga wajah cantiknya meringis.
Mitha menelan salivanya susah payah di tengah usahanya untuk mengembalikan kesadaran secara penuh. Saat dirinya menoleh ke samping, bersamaan dengan semakin jelasnya pandangan matanya, betapa terkejutnya Mitha ketika mendapati sesosok tubuh kekar seorang lelaki bertelanjang dada berada di sampingnya. Lelaki asing yang tak sama sekali dikenalnya. Lelaki itu tertidur dengan begitu pulas di ranjang yang sama dengannya. Bahkan dengan leluasa memeluk tubuhnya yang saat itu...
Polos, tanpa sehelai benang pun yang menempel di sana.
Apa yang telah terjadi padaku?
Kemana Tante Rina? Eren? Dan yang lain?
Kenapa aku bisa ada di sini?
Siapa lelaki ini?
Mitha hanya bisa bertanya-tanya sendiri tanpa bisa menemukan jawabannya.
Panik, Mitha menggeser cepat tangan lelaki yang berada di atas perutnya. Tak perduli jikalau lelaki itu akan terbangun karena yang Mitha tahu, dia harus lekas pergi dari tempat itu.
Di tengah kekalutan dan ketakutannya itu, Mitha benar-benar berharap, bahwa apa yang telah terjadi saat ini hanyalah sebuah mimpi.
Mimpi terburuk yang pernah dia alami.
Seumur hidupnya.
Pagi itu Mitha pulang naik taksi.Sesampainya di rumah, kepulangan Mitha disambut kepanikan oleh kedua orang tuanya dan Tante Rina.Seketika mereka mencecar Mitha dengan berbagai pertanyaan setelah Tante Rina melaporkan bahwa Mitha tiba-tiba saja menghilang malam tadi."Kamu dari mana saja Mitha? Kenapa tiba-tiba menghilang semalam? Tante hubungi juga tidak diangkat, ada apa?" Tanya Tante Rina."Mitha, kamu baik-baik saja Nak?" Tanya Nyonya Frida, Ibunda Mitha. Wajah wanita paruh baya itu tampak khawatir.Sementara sang Ayah, Arya, terlihat diam dengan tatapan sarat amarah. "Pergi dengan siapa kamu semalaman tadi?" Tanya sang Ayah dengan suara sinis.Entah pertanyaan siapa yang harus Mitha jawab lebih dulu, Mitha sendiri bingung. Terlebih apa jawaban yang harus dia berikan pada keluarganya, Mitha benar-benar tidak tahu. Mitha sadar betul bahwa dirinya tak pandai berbohong.
Dalam upacara pembukaan pelatihan Glagaspur pagi ini Arsen mendapat kehormatan untuk memberikan penjelasan lebih mendalam tentang materi P5T yang merupakan bagian dari kehidupan dinas di militer sehingga setiap prajurit di haruskan untuk memahami dan melaksanakan setiap kegiatan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan kemiliteran.Tidak hanya ditunjuk sebagai pemberi materi namun Arsen juga yang akan diberi tugas oleh sang Kapten untuk memimpin barisan dalam pelatihan kali ini.Kemampuan Arsen yang memang lebih menonjol dibanding prajurit lain membuat dirinya selalu menjadi sasaran para pemimpin untuk dijadikan sebagai contoh dalam berbagai hal yang menyangkut tugas kedinasan di Militer.Itulah sebabnya, kini jabatan Arsen sudah lebih tinggi dibanding jabatan para sahabat satu angkatannya.Bahkan kabarnya, Arsen sudah mendapat panggilan khusus untuk melanjutkan pendidikan sebagai Perwira.Sejak kecil, Arsen memang sudah bercita-cita
Satu Minggu sebelum hari pernikahannya berlangsung, hari ini Mitha dan Handaru akan melakukan fitting final baju pengantin mereka.Bertempat di sebuah butik pribadi milik salah satu designer kondang tanah air, Mitha terlihat begitu anggun dengan setelan gaun pengantin berwarna putih susu.Sebuah inovasi terbaru dari model gaun pengantin yang pernah dikenakan oleh Kate Middleton dengan memilih jenis strap wedding dress dengan bagian dada yang terbuka. Memberi kesan eksotis dan mewah secara bersamaan, terlebih jika Mitha yang mengenakannya.Paduan bahan Lace di atas dengan sutera di bagian bawah menyempurnakan segalanya."Wah, kalau sudah seperti ini mana mungkin aku bisa hidup berjauhan denganmu? Yang ada aku bisa gila Mitha," ujar Handaru dengan sinar kekaguman yang nyata dibalik tatapannya. Lelaki itu menatap Mitha terkesima seolah ada sebuah magnet yang begitu kuat dalam diri seor
Seperti biasa, hari ini Arsen kembali mengawasi aktifitas yang dilakukan Mitha dari kejauhan.Seolah menjadi kegiatan rutin bagi seorang Arsen ketika dirinya memiliki waktu senggang di tengah kesibukannya sebagai seorang tentara militer. Membuntuti kemana Mitha pergi untuk kemudian mencari cara agar dirinya dan Mitha memiliki timing yang pas untuk bicara.Entah kenapa, semakin hari, daya tarik Mitha membuat Arsen semakin sulit melupakan wanita itu. Seolah ada sebuah magnet yang begitu kuat hingga mengalihkan seluruh pikiran dan perhatiannya hanya untuk Mitha.Aktifitas yang dilaluinya tak pernah lepas dari bayang-bayang Mitha.Bahkan hebatnya, Arsen kerap dilanda mimpi basah jika sebelum tidur dirinya terus saja memikirkan Mitha.Hari ini dilihatnya Mitha pergi bersama seorang wanita yang usianya mungkin tak berbeda jauh dari Mitha. Mereka terlihat akrab.Keduanya pergi me
"Aku baru saja mengunjungi Dragon's Club dan bertemu langsung dengan gremo di sana. Ternyata, wanita bernama Agnes itu bukan gremo, bahkan Mami Grace tidak mengenal siapa itu Agnes. Benar apa yang dikatakan Tio, kalau Mitha sebenarnya bukan seorang pelacur! Karena dari keterangan yang aku dapatkan dari Mami Grace, dia tidak memiliki anak buah bernama Paramitha..."Malam itu di sepanjang perjalanan menuju kediamannya, suara Bagas di telepon terus menerus terngiang dalam benak Arsen.Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang sudah terjadi.Apa yang harus dia lakukan jika memang kenyataannya Mitha bukanlah seorang pelacur?Ahk! Sial!Arsen hanya bisa mengutuk dirinya sendiri.Berkali-kali mengumpat dalam hati dan melampiaskan kegundahan hatinya pada dashboard mobil yang sedang dikemudikannya.Arsen hendak berbelok ketika tanpa sengaj
"Kamu itu anak laki-laki Mama satu-satunya. Kamu Kakak dari tiga adik perempuanmu. Itulah sebabnya, kamu tidak boleh mempermainkan perasaan wanita apalagi sampai merendahkan martabat dan harga dirinya. Ingat Arsen, sejak kecil Arsen hidup bersama Mama, pahit manis getir kehidupan sudah kita lalui bersama, Mama sangat berharap Arsen bisa tumbuh menjadi seorang lelaki sejati yang bisa menghormati wanita. Siapapun dia, apapun keadaannya, profesinya, jangan sekali-kali kamu menyakiti hatinya dengan lisan apalagi perbuatanmu. Arsen mengertikan? Sekarang, minta maaf ya sama Kiki?"*Itulah sekelebat ingatan tentang bagaimana dahulu Mischa, selaku Ibunda Arsen selalu mengajari sang anak untuk tidak berbuat kurang ajar terhadap perempuan.Seperti yang dahulu pernah Arsen lakukan pada Kiki sahabatnya sejak kecil. Arsen yang tidak sengaja menyakiti Kiki dengan lisannya, meski han
Acara pernikahan mewah itu baru saja selesai.Para tamu undangan sudah kembali pulang ke kediaman masing-masing dan para keluarga pun sudah terlampau lelah hingga lebih memilih untuk beristirahat di hotel tempat acara pernikahan itu berlangsung.Sama halnya dengan kedua mempelai yang kini sudah berada di dalam kamar pengantin mereka.Sebuah kamar yang telah dihias sedemikian rupa hingga menghadirkan kesan romantis dan manis.Selesai melepas sepatu dan kaus kakinya, Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya."Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki berparas tampan dengan wajah yang ditumbuhi brewok tipis itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha.Merasa malu karena ini pertama kalinya Mitha berada satu kamar dengan lelaki sebayanya, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengen
Malam semakin larut.Keadaan sekeliling area kafe yang terletak di lobby hotel terlihat mulai sepi pengunjung.Lantunan musik mellow terdengar merdu, mengalun syahdu dan mendayu-dayu.Sudah satu jam berlalu pasca pertengkarannya dengan Mitha, Handaru bahkan masih bergeming di tempatnya duduk, di salah satu meja kafe yang terletak di ujung ruangan.Handaru sengaja mencari lokasi yang tersembunyi karena dirinya memang sedang ingin menyendiri.Pengakuan Mitha yang diucapkan wanita itu di malam pertama mereka layaknya sebuah bom dahsyat yang menghancur leburkan hati Handaru hingga menjadi serpihan-serpihan kecil. Harapannya melewati malam pertama yang indah dan menyenangkan kini berubah menjadi mimpi buruk.Handaru benar-benar tidak menyangka jika Mitha bisa tega membodohinya, menipunya, membohonginya!Kenapa Mitha?Kenapa kamu me