Share

6. BERSEDIA DIMADU

"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran setelah dia memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY".

Mereka sudah sama-sama selesai mandi. Gibran sudah rapi dengan setelan jeans dan kaus ketatnya. Sementara Gaby terlihat begitu sexy dengan gaun satin tidurnya yang berwarna hitam.

Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Di mana ada 10 hal yang tertulis di sana yang wajib dia patuhi selama satu tahun pernikahan palsu mereka berlangsung.

Dan pada perjanjian nomor 5, Gibran dibuat gagal paham dengan isinya, meski setelahnya dia mencoba untuk acuh dan tak perduli. Gibran adalah tipikal laki-laki dengan pemikirannya yang simpel dan realistis.

Dia tidak menyukai hal-hal yang rumit yang dapat membuatnya berpikir berat. Apapun masalah yang sedang dihadapinya, Gibran selalu berusaha untuk terlihat santai dan tenang. Baginya hidup itu bukan untuk disesali, tapi untuk dinikmati. Jadi, tetaplah tersenyum selagi kita masih diberi kesempatan untuk tersenyum.

"Kayaknya nggak ada satu pun dari perjanjian ini yang menguntungkan buat gue? Pinter banget lo! Mau menang sendiri!" ucap Gibran, setelah dia selesai membaca isi perjanjian itu.

Gaby tersenyum miring. "Yaiyalah, secara gue cewek dan lo cowok, jadi gue nggak mau memberi celah sedikit pun buat lo ngedeketin gue, apalagi sampai grepe-grepe gue! Najis tau nggak!"

Gibran tertawa kecut.

"Omongan lo Gab-gab, nggak ada manis-manisnya sih? Untung gue udah kenal sama lo dari kecil, jadi udah tahulah luar dalem dan semua sifat jelek lo! Gue udah kebal sama semua perkataan lo yang ceplas-ceplos dan bikin kuping panas! Lo pikir, gue ini sampah? Kotoran? Hah? Sampe lo segitu jijiknya sama gue? Penyakit gue nggak menular kali! Lagian kalau emang penyakit gue ini menular, lo udah kena dari dulu! Lo amnesia ya, dulu sering nyosor gue duluan minta di cipok? Jadi cewek nafsuan! Tapi munafik!" tutur Gibran jengkel. Ingin sekali dia menjitak kepala Gaby saat ini, supaya wanita dihadapannya itu bisa sedikit menghargai orang lain.

"Eh, kok lo jadi ceramahin gue sih?" potong Gaby tidak terima. Dia melotot marah kepada Gibran.

"Apa yang gue bilang fakta kok! Salah? Tersinggung? Marah? Silahkan. Lo pikir gue perduli!" Tatapan Gibran tampak remeh ke arah Gaby.

Gibran sungguh dibuat kecewa oleh Gaby. Dia tak menyangka Gaby bisa memperlakukan dia seolah-olah dirinya adalah sesuatu yang bahkan lebih hina dan lebih kotor dari apapun. Bahkan Gibran sudah tak merasakan lagi adanya getaran-getaran aneh yang dulu kerap dia rasakan setiap kali dirinya berdekatan dengan Gaby.

Gibran muak dengan sikap Gaby yang semakin hari semakin menyebalkan pasca wanita itu tahu akan kekurangan yang dimiliki oleh Gibran selama ini. Sejak saat itulah sikap Gaby berubah seratus delapan puluh derajat padanya. Dari baik, jadi tidak baik. Dari ramah jadi jutek. Dan dari asik jadi menyebalkan.

Gibran menyesal telah menyetujui perjodohan ini.

Gibran menyesal telah menyanggupi pernikahan ini.

Terlebih, Gibran menyesal pernah termakan rayuan busuk Gaby hingga dia sempat jatuh cinta pada wanita itu.

Tapi sekarang Gibran akan memastikan, bahwa mulai detik ini, keberadaan Gaby hanya seonggok manekin tak bernyawa yang akan dia anggap tak pernah ada. Enough!

"Gue mau tambahin dua perjanjian di bawahnya, supaya gue bisa tetap leluasa bergerak, seandainya apa yang terjadi nanti berubah jalur!" tegas Gibran dengan kalimatnya yang sinis, sesinis tatapan matanya.

Gaby tertawa remeh. "Berubah jalur? Lo pikir rel kereta, berubah jalur!" cibirnya menganggap lucu omongan Gibran.

"Hati seseorang itu nggak ada yang tahu, Gab, kalau seandainya lo yang justru berbalik suka sama gue gimana?" potong Gibran dengan senyuman miring tanda bahaya.

"Aduuuhhh, Gib... Lo itu seneng banget mimpi sih? Ya kali gue suka sama lo? Cowok lemah kayak lo? Ya nggak mungkinlah!" ucap Gaby dengan satu tangannya yang terayun didepan wajahnya. Dia tertawa begitu geli.

"Ya, walau gue tau dari luar body lo oke punya, tapi, apa lo kuat bermain double atau triple dalam satu waktu di atas ranjang? Nggak yakin gue! Paling juga baru pompa sekali lo langsung lemes! Terus lo cari-cari obat lo tuh, temen seumur hidup lo yang nggak boleh ketinggalan sedikit pun! Asal lo tahu ya, Gib, gue butuh laki-laki yang kuat yang bisa memuaskan gue kapanpun gue mau! Dan yang jelas laki-laki itu bukan lo!"

Miris.

Lagi dan lagi Gibran harus mendengar hinaan itu keluar dari mulut Gaby. Hingga setelahnya dia hanya bisa tersenyum hambar.

"Nggak usah menjudge gue yang nggak-nggak, kalo lo belum tahu gimana rasanya main sama gue! Kalo lo tahu, lo bakal ketagihan!" balas Gibran mencoba menghibur dirinya sendiri.

Perkataan Gaby tadi sungguh menyakiti perasaannya. Menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang laki-laki sejati.

Lagi dan lagi Gaby dibuat terpingkal-pingkal oleh kalimat Gibran.

"Nggak usah terlalu berharap ya, Gib! Jangankan lo ajak main, lo sentuh aja gue nggak mau!"

Kali ini Gibran diam. Intensitas nyeri dihatinya jelas sudah tak tertahankan lagi. Ada baiknya dia segera pergi dari hadapan Gaby, sekarang!

Setelah Gibran selesai menulis dua perjanjian tambahan lalu menandatangani perjanjian itu, Gibran pun hengkang dari kamar pengantinnya bahkan tanpa dia mengucapkan sepatah katapun pada Gaby.

Sepeninggal Gibran, Gaby terpaku di tempatnya duduk menatap ke arah pintu namun Gibran sudah tak ada di sana.

Sebersit sesal hinggap di benak Gaby. Meski dia berhasil menepisnya dengan cepat.

Dan kini, tatapan Gaby beralih ke kertas HVS di atas meja. Dia mengambil kertas itu dan mulai membaca isi perjanjian tambahan hasil tulisan tangan Gibran di bagian terbawah.

11. Jika pihak pertama melanggar isi perjanjian yang telah dia tulis, maka pihak ke dua berhak menggugat cerai pihak pertama kapanpun dia mau dan pihak pertama harus menyetujui hal tersebut tanpa embel-embel lain di belakang.

12. Bersedia di madu. Ikhlas menerima, no complaint.

Gaby terperangah tak percaya saat dia membaca isi perjanjian terakhir.

Emosinya kembali naik ke permukaan detik itu juga.

Gibran, sialan! Makinya dalam hati.

***

Buat yang suka sama cerita ini jangan lupa vote dan berikan komentar kalian di kolom ulasan yya...

Terima kasih...

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ana💞
Gaby kok segitunya benci sm Gibran?? entar Gibran ketemu sm cinta sejatinya lo lgi yg nyesel??
goodnovel comment avatar
Dilla Doni
emang Gibran sakit apa ya...bukannya sakit jantung ya???
goodnovel comment avatar
Nietha
tambahan isi kontrak dri Gibran gk ada yg buruk sih, orang dri awal emg Gaby ngajakin ribut, yg terakhir juga lebih wajar, Gaby kn gk mo di tidurin, lh kok di tidurin, di sentuh aja oh katanya....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status