Share

7. MIRELLA SI WANITA SIMPANAN

Seorang laki-laki bertubuh jangkung berkulit putih terlihat menghampiri Gibran di dalam mobil.

Gibran yang sudah menunggu kedatangan Edward sejak setengah jam yang lalu di pelataran parkir sebuah apartemen mewah di daerah Jakarta selatan.

Edward adalah asisten kepercayaan Gibran yang selama ini membantunya di perusahaan sang Papah. Mereka sudah lama bekerja sama tapi kedekatan mereka hanya tetap sebatas atasan dengan bawahan saja.

Sikap Gibran yang terlalu cuek dan lebih banyak diam seringkali membuat Edward malas mengajaknya bicara jika mereka sedang terlibat dalam urusan pekerjaan di waktu yang bersamaan. Padahal, Edward tahu kalau Gibran itu sangat membutuhkan teman untuk berbagi cerita mengenai masalah kehidupannya selama ini, terutama masalah wanita. Edward tahu, Gibran adalah seorang bucin yang seringkali tersakiti hatinya oleh wanita. Meski, wajah sangar dan tatapan dingin Gibran selalu sempurna menutupi semua kelemahan laki-laki itu.

Dan satu hal kelebihan Gibran, jika dia sudah jatuh cinta pada seorang wanita, maka dia akan rela mengorbankan apapun untuk wanita tersebut. Meski keyakinan itu kini perlahan runtuh saat Gibran justru menyuruh Edward menyelidiki wanita lain di saat Gibran sudah menikah dengan Gaby.

"Info apa yang lo dapet?" tanya Gibran langsung to the point.

"Wait, santai Bro! Pengantin baru galak amat? Btw, lo nggak..."

"Niat kita bahas Mimi, bukan yang lain, nggak usah mulai deh lo?" potong Gibran yang mulai membaca gelagat otak cabulnya Edward.

Edward terkekeh. "Peace man, peace..." serunya pada Gibran. Edward pun terlihat mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Lalu dia mulai membuka sesuatu di layar ponselnya itu.

"Nama cewek itu Mirella Hanami, umur 25 Tahun, tinggal sendirian di kawasan elit Kemang Village Apartemen, dan dia itu berliannya Freddy Santiago. Nggak ada satu pun orang yang berani deketin dia karena nggak mau berurusan sama Mafia kelas kakap macam Freddy. Gue cek ke apartemennya cewek itu di Kemang, ada dua bodyguard yang jaga persis di depan apartemen dia. Dan kalau mau masuk, harus melewati serangkaian pemeriksaan ketat oleh dua bodyguard penjaganya. Ya, macam anjing penunggu rumah gitu, dan mereka berdua akan terus mengawasi gerak gerik Mirella dari kejauhan kemana pun cewek itu pergi. Sejauh ini, baru itu aja sih, informasi yang gue dapet tentang cewek itu," Edward selesai dengan kalimat panjang lebarnya tentang Mirella. Seorang wanita cantik yang sempat membuat Edward terkesima ketika pertama kalinya melihat wajah dan penampilan gadis itu.

Saat itu Gibran hanya diam. Seolah masih mencerna dengan baik semua kalimat informasi yang diberikan Edward padanya.

Sementara Edward sendiri memilih diam dan menunggu. Sesekali tatapannya menyelidik ke arah Gibran. Edward jadi senyum-senyum.

Melihat keseriusan wajah Gibran, Edward tak kuasa menahan diri untuk tidak bicara.

"Gue tahu, Bro, lo itu bukan cowok yang suka dengan hal-hal yang rumit kayak begini, jadi saran gue daripada lo menghabiskan waktu lo yang berharga cuma buat ngurusin cewek nakal macem Mirella itu, mending lo urusin tuh istri lo, si Gaby! Punya istri Ajeb begitu, malah lo anggurin! Aneh lo, sumpah!" oceh Edward lagi. Dia jadi geleng-geleng kepala melihat tingkah Gibran yang memang terkadang di anggapnya aneh.

"Lanjutin penyelidikan lo, cari tahu tentang kehidupan masa kecil cewek itu. Siapa orang tuanya dan dimana tempat tinggal dia waktu kecil, gue mau laporannya besok!" balas Gibran masih dengan raut wajahnya yang serius. No senyum.

"Eh, gila kali! Lo pikir gampang cari informasi?" bantah Edward tidak terima.

"Turun lo!" perintah Gibran tiba-tiba. Tatapan dinginnya membekukan nyali Edward.

"Ah, dasar! Habis manis sepah dibuang!" gerutu Edward. "Lo mau kemana sih? Nggak mampir dulu ke apartemen gue?"

"Gue mau ke kemang," jawab Gibran tegas.

Edward langsung melongo dengan rahangnya yang menganga lebar.

"Lo bener-bener gila ya? Lo mau datengin tuh cewek?" pekiknya tak percaya.

"Turun cepet!" bentak Gibran tanpa sedikitpun menatap ke arah Edward.

"Oke-oke, terserah lo deh! Tapi gue nggak ikut campur ya kalau sampe terjadi sesuatu sama lo! Dan jangan bawa-bawa nama gue!" Edward pun keluar dari dalam mobil mewah milik Gibran yang langsung cabut dari parkiran apartemennya satu detik saat pintu mobil itu di tutup oleh Edward.

Ckckck... Apa hebatnya sih tuh cewek sampe Gibran kayak begitu? Tau gitu, mending Gaby buat gue? Huh...

Edward hanya bisa menatap lekat ke arah laju mobil Gibran yang begitu cepat menghilang dari pandangannya.

Dan berharap tak akan terjadi hal buruk menimpa Gibran.

*****

Kemang Village Apartment.

Itulah nama gedung di mana wanita bernama Mirella itu tinggal.

Gibran baru saja mendapati nomor Apartemen wanita itu dari bagian resepsionis. Dia bermaksud untuk mendatangi langsung wanita itu ke apartemennya, persetan dengan bodyguard-bodyguard yang dikatakan oleh Edward tadi.

Gibran benar-benar tidak perduli.

Rasa penasarannya terhadap wanita itu kian menjadi-jadi. Gibran tidak akan bisa tenang sebelum dia bisa bicara langsung dengan wanita bernama Mirella itu.

"Ada perlu apa Mas?" tanya salah satu laki-laki berpenampilan preman yang kini berdiri menghadang Gibran di depan pintu apartemen dengan nomor 51 itu.

"Saya mau bertemu dengan pemilik apartemen ini," jawab Gibran tanpa basa basi.

"Sudah buat janji?"

Gibran berpikir sejenak, jika dia mengatakan belum, dia pasti akan langsung di usir, jadilah dia berbohong. "Sudah," jawabnya yakin.

"Atas nama siapa?" tanya laki-laki itu lagi.

"Gibran,"

"Sebentar, saya panggilkan Nona Ella dulu,"

Lalu, salah satu laki-laki itu menekan bel pintu apartemen dimana bel itu langsung terhubung ke doorbot yang terpasang di pintu apartemen.

DoorBot tersebut menghubungkan orang yang berada di depan pintu apartemen dengan smartphone sang majikan.

"Ada apa?" sahut suara dari dalam sana. Suara seorang wanita.

"Ada yang mau bertemu dengan anda, Nona. Namanya, Gibran. Ini orangnya," laki-laki bertubuh kekar itu menunjuk ke arah Gibran dibelakangnya.

Wanita di dalam sana langsung terbelalak kaget saat melihat wajah siapa yang kini terpampang jelas di dalam kamera doorbot apartemennya.

Gibran?

Pekiknya kaget dalam hati.

Seketika, kelopak mata wanita itu pun memanas dan mulai berkaca-kaca. Nafasnya mulai terlihat naik turun lebih cepat.

"Dia bilang sudah buat janji dengan Nona Ella," ucap salah satu bodyguard Mirella yang lain, yang sedari tadi hanya diam dan terus menatap Gibran dengan tatapan menyelidik.

Ella menelan salivanya satu kali. Haruskah dia menerima laki-laki itu untuk masuk ke dalam sini?

Jujur, keinginan itu sangat besar. Namun dia sadar dirinya tidak boleh egois dengan membiarkan Gibran mendekatinya, karena itu artinya sama saja dia menjebloskan Gibran ke dalam kandang singa.

Lagipula, bukankah Gibran baru saja menikah? Untuk apa dia malah datang ke sini justru di malam pertama pernikahannya?

Ella hanya bisa bertanya-tanya sendiri.

"Permisi, Nona Ella? Apa laki-laki ini di izinkan masuk?" suara sang bodyguard memecah pikiran Ella.

Hingga setelahnya, Ella menjawab dengan penuh keyakinan.

"Suruh dia pergi! Aku tidak ada urusan dengannya!"

Layar Cctv itu pun langsung dimatikan oleh Ella.

Begitu saja.

*****

Hayo, siapa yang penasaran?

Vote dan koment ya...

Salam herofah...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status