Share

KIARA DIJUAL?

"Kiara sudah kami jual!" Seru Rosita lantang. Sungguh lancang dia mengatakan ini tanpa merasa berdosa. 

Nanar lah Joe mendengar itu. Seketika wajah Joe menjadi  bengis menatap ibu kandung dari mantan istrinya. 

Sudah gila! Apa yang dia katakan! Batin Joe. 

Sementara Salika dan Felicia tercengang mendapatkan ibunya berkata cablak seperti ini. Bukankah perjanjiannya kalau keluarga ini sudah sepakat untuk merahasiakannya dari Joe? 

"Sepertinya sudah tidak perlu lagi kita tutup tutupi dari laki laki busuk ini! Kau mencari Kiara? Sampai kiamat pun tidak akan kau temui lagi Kiara di rumah ini. Karena Kiara sudah aku tukar dengan gelang cantik ini." 

Langsung mendidih bola mata Joe mendengarnya. Sungguh bajingan mereka! 

Tanpa rasa bersalah Rosita memamerkan gelang cantik Queen's Mary senilai 1,5 juta US yang dia dapatkan dari hasil menjual Kiara. Nyaris seharga kalung yang Joe hadiahkan untuk Jilly. Tapi sayangnya Jilly mengira itu barang tiruan. Padahal niatan Joe membelikan itu sebagai hadiah kejutan untuk Jilly karena sudah setia menunggunya. Dan Joe pun akan mengungkap siapa dirinya yang sebenarnya. Dan juga sebuah Mansion mewah lengkap dengan fasilitas yang berada di tengah tengah pulau termasuk helikopter pribadi sudah Joe siapkan untuknya. Joe berpikir, sudah seharusnya Jilly tau siapa aku. 

Namun justru Joe lah yang diberi kejutan oleh Jilly dengan mendapatkannya berselingkuh di kamar yang dulu pernah menjadi saksi kisah cinta Joe dengannya. 

"Kemana kalian jual anakku?" Suara Joe terdengar tenang, namun sorot matanya begitu tajam. 

"Hei Joe! Kau pikir kami mau merawat anak haram itu, hah? Apalagi dia lahir dari bapak penjahat sepertimu! Gembel! Dan miskin! Tidak mungkin keluarga Miller akan menampung anak haram itu. Lagipula, Jilly tidak mempermasalahkannya. Jadi dari pada mubazir, lebih baik aku jual saja pada yang membutuhkan. Dan ternyata, anakmu dihargai sangat tinggi," ujar Rosita. Sungguh, tanpa merasa berdosa dia mengatakan ini. 

Habis sudah kesabaran Joe. Semua tenaga sepertinya sudah terkumpul di kepalan tangan. Sekali terhempas dan mengenai wajah, tentu akan membuat orang yang menerimanya pingsan. Apalagi seorang Rosita, mungkin bisa mati ditempat kalau sampai itu terjadi. 

Tentu saja Ferdinan dan Tim serta laki laki lain yang ada di rumah ini tidak membiarkan Joe untuk menyentuh Rosita. Pak Tim sudah siap dengan senjata tongkat listrik yang siap dia hunuskan ke tubuh Joe kalau sampai Joe macam macam untuk mencoba mencelakai tuan rumah. 

Joe pun sadar kalau dia nekat dan salah ambil keputusan justru dirinya yang akan dirugikan. 

Walaupun bisa saja Joe mengalahkan semua laki laki ini dengan tangannya. Tapi tetap saja, dia harus memikirkan resiko kemungkinan sampai yang terkecil sekalipun. Karena kalau sampai alat setrum itu mengenai tubuhnya, seketika Joe akan terkapar. Dan setelah itu, bisa saja mereka melakukan sesuatu yang lain yang bisa mencederai diri Joe. 

Untuk sementara Joe berusaha meredam emosinya dan memikirkan cara lain untuk menemukan Kiara. 

Pasti orang yang merawatnya bukan orang jauh, pikir Joe. 

"Hei Ferdinan, bukankah kau ingin membawaku kembali ke penjara?" Joe sengaja memancing si mata duitan itu keluar dari rumah ini berdua dengannya. Dengan begitu, Joe dengan mudah membuat mulutnya Ferdinan mengaku kepada siapa keluarga Miller menjual putrinya. 

"Rupanya kau sudah tidak sabar untuk bertemu teman teman gembelmu di sana, haha," sahut Ferdinan sambil tergelak. Namun rupanya, Rosita membisikan ke telinga Ferdinan. Dan setelah itu, Ferdinan seperti tidak tertarik lagi untuk membawa Joe kembali rumah tahanan. 

Entah apa yang Rosita bisikan, tapi Ferdinan jelas mengatakan, "kali ini kau aku biarkan kau bebas. Sebaiknya kau pergilah. Angkat kaki dari sini sebelum pikiranku berubah." 

Sial! Sepertinya mama Jilly tau apa yang akan aku lakukan pada Ferdinan, batin Joe. 

Namun begitu, tapi ini kesempatan bagus juga untuk Joe menghindar dan memikirkan cara lain untuk mendapatkan Kiara. Karena memang, tujuan Joe adalah Kiara. Joe sudah tidak ada urusan lagi dengan keluarga penghianat ini. 

***

Ting! 

Joe membuka pesan singkat dari Ceasar. 

'Master Joe. Temuilah Jack Palm direksi Bank X. Pimpinan sudah menyiapkan uang senilai dua milliar dollar yang bisa anda gunakan untuk kebutuhan anda mencari putri anda yang ada di dalam kartu Black Diamond yang harus anda ambil ke bank X International. Dan akses yang bisa membuka itu hanyalah pindai jari anda. Apa perlu saya temani?' 

'Tidak perlu. Aku bisa mengambilnya sendiri. Kau fokus saja pada pencarian putriku. Dan katakan pada pimpinan, setelah pekerjaanku di sini selesai, aku akan segera kembali ke Menara. Dan jangan lupa kabari kalau kau menemukan informasi apapun tentang putriku.' 

Jack Palm, nama itu sepertinya tidak asing bagiku. Oh iya aku ingat, gumam Joe dalam hati. 

Setelah membalas pesan ini, Joe langsung mematahkan kartu SIM dan juga menghancurkan iphone x miliknya. Dia tidak mau dirinya terlacak dengan apapun yang bisa menghambatnya menemukan siapa pembunuh Nadira dan juga menemukan putrinya Kiara. Joe tidak bisa mempercayai siapapun di sini. Karena itu, dia harus tetap menjadi Joe Hans yang dikenal sebagai sekurity di perusahaan PT Prima Multiguna. 

Kiara, tunggu papa sayang, gumam Joe dalam hati sambil membayangi wajah manis putrinya yang masih berusia dua tahun. 

Tidak terasa, Joe sudah sampai di pintu lobby bank X international. Dengan pakaian ala kadarnya, tentu saja membuat semua orang yang berpapasan menatap remeh dirinya. Termasuk sekurity bank yang kebetulan lagi bertugas menjaga pintu lobby, memperhatikan Joe dari atas sampai bawah. Pikirnya, siapa pengemis ini? Apa dia tidak tau kalau pengunjung di bank ini harus mengenakan kemeja dan sepatu bukan kaos poloshirt dengan sendal gunung seperti itu? Sudah gila mungkin dia. 

"Hei berhenti!" Tahan seorang sekurity dengan menghalangi jalan Joe sambil memamerkan senjata api laras pendek yang ada di pinggangnya. Memang, khusus  di bank ini semua petugas keamanan dibekali senjata api dengan alasan keamanan. Tidak terkecuali satpam. Lantaran bank X merupakan salah satu bank dunia yang trafiknya begitu padat. 

"Kau mau kemana?" Tanya petugas yang satunya dengan menatap remeh Joe. 

"Aku ingin mengambil uangku, apa kalian bersedia membantuku?" 

Tentu saja membuat mereka berdua terkekeh. 

"Sudah gila! Kau lagi menghayal ya? Kalau mau ngamen jangan di sini! Tuh di warung sana!" 

Joe hanya geleng geleng kepala. Malas meladeni mereka sebenarnya dan berhendak ingin masuk saja. Namun, begitu kaki Joe mulai bergerak, sekurity itu sudah menarik lengan Joe kembali. 

"Dasar pengemis! Apa kau pikir ini warung kaki lima! Tuh baca!" Pada saat mengatakan ini, petugas itu menunjukan selembaran tempelan yang menerangkan larangan bagi pengunjung. Joe mendapatkan kalau gambar kaos dan sendal dicoret huruf x, yang menandakan kedua benda itu tidak diperkenankan untuk dipakai masuk ke dalam bank. Tapi uniknya, kenapa binatang peliharaan diperbolehkan masuk? Serendah itu kah orang berpakaian kaos dan sendal kalah dengan gu guk yang hina? 

"Aku tidak ada waktu untuk membeli itu. Lagipula aku sudah menghubungi Jack Palm sebelumnya. Dan dia tidak mengatakan apapun padaku selain mengundangku datang saja," ujar Joe. Dengan santainya dia menyebutkan nama direksi bank X yang sangat disegani semua orang. Sungguh, membuat kedua petugas itu sempurna kaget sejadi jadinya. 

"Bukan cuma penampilanmu yang kotor. Tapi mulutmu juga tidak punya aturan. Apa kau tidak punya sopan santun, hah? Kau tau siapa orang yang sudah kau sebut seenak jidatmu?" 

"Jack Palm? Direksi di sini kan?" Sahut Joe santai. Sungguh, membuat petugas semakin geram. 

"Pergi kau dari sini!" Usir petugas itu dengan kasar, sambil mendorong tubuh Joe. Sementara yang satunya lagi sudah nampak siap siap dengan senjata apinya. 

"Dasar pengemis! Kau mau membuat kericuhan di sini, hah!" Hardiknya. 

"Hentikan!" 

Saat yang bersamaan, seorang pria mencoba menahan kedua sekurity itu. Begitu Joe menoleh, dia mendapatkan laki laki berpakaian rapi yang sedang memasukan kedua tanganya ke dalam saku. Joe kenal betul siapa laki laki itu. 

"Tuan. Maaf tuan. Dia hanya pengemis yang ingin mencari keributan di sini," ujar petugas. 

"Iya. Iya saya tau siapa dia." 

"Jadi tuan kenal dengan orang ini?" Sempat merasa takut kedua sekurity itu ketika tau kalau manager bank X mengenalnya. Khawatir, dia marah lantaran bersikap kurang sopan terhadap sahabat atau sodaranya. 

"Maaf tuan kami tid-." 

Pria berdasi itu menyela cepat, memotong dengan tangannya. "Kalian tidak perlu minta maaf. Justru saya senang karena kalian sudah bertugas dengan baik." 

Kedua petugas itu saling pandang, heran. 

"Hei gembel! Apa yang mau kau lakukan di sini hah?" Yang mengatakan ini adalah Kevin Moore, pacar Salika Miller yang rencananya akan melangsungkan pernikahan bulan depan.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Bima aja
ceritanya sangat buaguuuuuuuuuuus
goodnovel comment avatar
Gaara Kokoro
betul betul betul , tokoh laki-lakinya terlalu bego .
goodnovel comment avatar
Boutuh Ghanal
Nah.....pada bab ini sudah mulai keliatan bego dan dungunya si tokoh lelakinya.....lalu ceritanya gak masuk akal dan ngawur. Apakah situs² novel begini hanya khusus utk penulis² goblok?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status