Sungguh kesabaran Joe mulai menipis. Kedatanganya ke sini hanya untuk mengambil Kiara. Namun justru dia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari keluarga Jilly.
Apa mereka tidak malu? Seharusnya mereka bisa lebih bersikap baik pada Joe yang sudah menyelamatkan wajah keluarga Aland Miller dari masalah besar.
Tapi sepertinya itu tidak berlaku bagi mereka. Joe hanyalah sampah yang seharusnya memang berada di tempat pembuangan barang rongsokan.
Sebenarnya diam diam keluarga Jilly memiliki niat lain kenapa memilih Joe untuk menjadi bumper pada kasus Aland. Rosita yang ikut mendukung itu memiliki tujuan tersendiri. Karena hanya dengan cara itu dia dapat memisahkan Jilly dengan Joe. Dengan begitu Rosita bisa sangat bebas menjodohkan Jilly dengan Vino, pria pilihan dan juga kesayangannya.
Sayangnya, Jilly tidak tau niat buruk mamanya waktu itu. Dan usaha mamanya mendekatkan Vino padanya berhasil sempurna. Perasaan Jilly bisa berbalik seratus delapan puluh derajat jadi berpaling dari suaminya, Joe.
"Aku hanya meminta putriku. Berikan Kiara padaku, aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi," ujar Joe. Dia masih meminta baik baik pada Rosita.
"Wow! Kau mengajakku bernegoisasi! Tidak bisa! Kiara milik kami! Milik keluarga besar Miller! Apa kau paham!" Tegas Rosita.
"Hei gembel! Pantas saja adikku memilih meninggalkanmu! Ternyata selain bodoh, kau juga keras kepala! Kau tidak pantas berada di tengah tengah keluarga ini!" Hardik Felicia tajam.
Mereka memang keterlaluan! Tapi kenapa aku dari tadi tidak melihat Kiara? Mendengar suaranya pun tidak. Di mana dia? Apa dia sakit? Batin Joe agak cemas.
Tidak lama kemudian, Ferdinan pun datang.
"Tuan Ferdinan, anda datang di waktu tepat. Laki laki ini sudah melarikan diri dari penjara. Kau harus membawanya kembali," kata Rosita.
Tatapan mata Ferdinan berpaling menoleh Joe. Nampak licik, Ferdinan menatap Joe dengan menaikan sebelah alis matanya.
"Aku kira nyonya Felicia bergurau, ternyata benar. Kau sungguh ada di sini. Bagaimana bisa kau melarikan diri dari penjara?" Ferdinan bernada sinis mengatakan ini.
Sungguh bodoh! Apa dia tidak tau kalau aku dibebaskan langsung oleh pimpinan tanpa syarat, hah! Nampaknya aku harus memberinya pelajaran. Dia yang sudah mengusulkan ide gila pada tuan Aland. Kau tunggu saja Ferdinan. Aku akan membuat hidupmu menyesal karena sudah berurusan denganku! Seru Joe dalam hati.
Padahal sore ini Ferdinan akan terbang ke kota S. Tapi dia memilih membatalkannya lantaran telpon Felicia yang mengatakan kalau Joe ada di rumahnya. Ferdinan mengerti kalau keluarga Miller membutuhkannya. Itu menandakan akan ada segepok uang besar menanti.
Kesempatan bagus untuk mengisi dompetku yang kosong, pikir Ferdinan. Dia berkeinginan untuk sok jadi pahlawan keluarga Miller.
"Ayo tunggu apa lagi, paman. Seret dia kembali ke dalam bui!" Seru Felicia. Sekaligus memberi perintah kepada pengacara keluarganya ini.
Ferdinan pun terpancing. Tapi dia berpikir untuk membuat Joe lebih menderita lagi. "Itu sangat mudah. Tapi rasanya sayang sekali kalau harus tergesa gesa." Pada saat mengatakan ini, wajah Ferdinan mengulas senyum licik memandangi semua orang.
Rosita yang pertama kali mengerti dengan maksud senyum itu.
"Hei jongos! Apa yang kau inginkan dari keluarga ini, hah?" Tanya Ferdinan kasar.
"Aku mencari putriku, Kiara. Berikan dia padaku dan aku berjanji tidak akan mengganggu kalian lagi," sahut Joe.
Tentu saja membuat Ferdinan tergelak. "Benarkah?"
Dahi Joe berkerut tajam, heran. "Apa yang membuatmu tertawa?"
"Dasar bodoh! Kau memang tidak berguna! Pantas saja Jilly lebih memilih tidur dengan laki laki lain dari pada menunggu kau kembali!"
Panas betul telinga Joe mendengarnya. Kenapa harus selancang itu dia berbicara tentang istriku? Joe geram.
"Apa kau tidak tau kalau Kiara su-."
"Paman!" Sela Felicia dan Salika bersamaan dengan menatap wajah Ferdinan tajam. Seakan itu teguran agar Ferdinan menjaga mulutnya.
Tentu saja membuat Ferdinan menghentikan perkataannya. Dia memandangi kedua putri Rosita yang wajahnya sudah nampak mengencang antara urat satu dengan yang lainnya.
Sementara Joe menangkap kecurigaan dari mereka. Ada apa? Kenapa dengan Kiara? Apa yang ingin dikatakan Ferdinan tadi? Joe gelisah penasaran.
"Katakan, apa yang terjadi dengan putriku? Di mana Kiara?" Desak Joe.
Ferdinan pun yang tadinya ingin bermain main dulu dengan Joe, sekarang memutuskan untuk langsung saja membawa Joe kembali ke penjara.
"Sudah jangan banyak bicara! Sekarang kau ikut denganku!"
Apa makudnya? Di mana Kiara? Apa yang sudah mereka lakukan pada anakku?
Joe memandang tajam wajah Ferdinan dalam diamnya.
"Ayo ikut!" Ferdinan menarik lengan Joe dengan sangat keras. Tapi, sesentipun Joe tidak bergerak dari posisinya. Sampai kewalahan Ferdinan sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk membuat Joe bergerak, namun sia sia.
"Katakan, di mana Kiara?" Tanya Joe dengan suara datar namun penuh penekanan.
Akan tetapi tetap saja tidak ada yang menghiraukan. Justru Ferdinan semakin membuat Joe jengkel dengan sikap petantang petentengnya.
"Keras sekali tubuhmu. Boleh juga!" Kata Ferdinan, sambil menggulung lengan baju sampai setengah lengan. Seolah olah dia siap menghadapi duel dengan Joe satu lawan satu.
Apa dia tidak melihat tangan Joe yang sudah mengepal dan juga bola mata Joe yang berapi api? Sungguh, Ferdinan sudah membangunkan singa yang sedang tidur.
"Kau ingin bertemu dengan Kiara?" Tanya Ferdinan dengan angkuh.
Kali ini Joe hanya membalasnya dengan anggukan kepala sambil menatap serius Ferdinan.
"Cium kakiku dulu," ucap Ferdinan. Akibatnya, dua rahang Joe mengeras.
"Ayo cium! Dan bermohonlah kalau kau mau bertemu dengan Kiara."
"Ayo! Lakukanlah apa yang dikatakan paman Ferdinan. Setelah itu kau akan menemui Kiara," timpal Salika ikut memprovokasi.
Semakin mengeras Joe menggeretak giginya. Kemudian, perlahan Joe pun merendahkan dirinya, seakan mengikuti apa yang dikatakan Ferdinan. Kejadian ini mengundang tawa Rosita dan kedua putrinya.
Sementara Felicia dan Salika sibuk mengabadikan momen ini dengan kamera hp sambil terkekeh.
"Sepertinya ini akan viral di sosmed," cibir Salika.
"Pasti likenya akan banyak," timpal Felicia.
Sementara Rosita sendiri hanya menikmatinya dengan rasa puas. Dendamnya terhadap Joe selama ini sepertinya akan tuntas hari ini. Ferdinan sungguh bisa membuat Joe tidak punya harga diri.
Namun siapa sangka, begitu kepala Joe melewati selangkangan Ferdinan, dengan sangat keras Joe mengayunkan kepalanya hingga menghajar milik Ferdinan.
Ferdinan meringis sakit luar biasa menjerit.
"Keparaaaaat!" Teriaknya kesakitan sambil memegangi miliknya.
Sementara Felicia yang sedang menayangi ini secara live di sosmednya, tersontak kaget. Dia panik tidak tau mau berbuat apa. Sementara kamera hpnya terus menyiarkannya secara langsung. Viewernya sudah terlalu banyak yang menyaksikan ini.
"Bodoh! Matikan kamera kalian!" Perintah Rosita. Kemudian dia pun menolong Ferdinan yang merasa kalau dua telur miliknya pecah.
"Keterlaluan kau Joe!" Ucap Rosita dengan nada tinggi. Joe hanya diam saja dengan wajah polos tanpa dosa seperti tidak terjadi apa apa.
"Keparat!" Hardik Ferdinan murka. Wajahnya sudah memerah saking menahan sakit luar biasa.
Itu belum seberapa! Setelah ini kau akan mendapatkan yang lebih! Lihat saja nanti, Ferdinan! Batin Joe.
Memanfaatkan waktu ditengah tengah keluarga Miller yang sibuk mengurus Ferdinan, Joe mengubungi Ceasar. Dia meminta Ceasar untuk membantunya.
'Ini putriku, aku ingin kita menemukannya.' Joe mengirimkan pesan singkat sekaligus dengan poto Kiara kepada Ceasar.
'Baik master.' Ceasar membalas pesan Joe.
Bersamaan dengan Joe selesai membaca balasan pesan dari Ceasar, Ferdinan sudah kembali.
Ini saatnya aku memberikan kau pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan seumur hidup, Ferdinan! Batin Joe.
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel